gambar: kisahmuslimin.com |
Ironisnya, kekacauan itu ditumpangi para tokoh agama. Mereka menggembor-gemborkan atas aksinya, yang menurutnya demi agama. Yang menjadi pertanyaan, agama apa atau agama mana yang dimaksud oleh mereka?
Soekarno pernah mengatakan, esensi beragama adalah ketaatan terhadap Allah. Ini dinyatakan dengan akhlak murni yang disetujui dengan syariat ketuhanan sejati.
Dalam semua agama, sesungguhnya ajarannya berdasarkan wahyu Tuhan. Akan tetapi, bentuk wahyu yang diturunkan itu berbeda-beda. Perbedaan turunnya wahyu memiliki nilai-nilai yang sesuai dengan kondisi sosial pada masanya.
Baca Juga: "People Power" Amien Rais dan Hantu Ancaman Kedaulatan
Misalnya, agama Yahudi dipimpin oleh Nabinya, Moses alias Musa di agama lainnya. Nilai wahyu yang dibawa oleh Moses bercorak hukum legal-formal. Ini merespon keadaan pada zamannya melawan konstitusi rezim dari Raja Ramses. Konstitusi yang dibawa oleh Moses ini bercirikan dengan kata untuk mencegah kepada apa yang dibuat oleh rezim saat itu.
Moses membawa ajaran agar umatnya jangan membunuh, tidak boleh berbuat zina, jangan melakukan praktik perbudakan dan sejenisnya. Ini semua jika melihat teks yang ada pada kekuasaan Ramses atau Fir'aun telah berbuat semena-mena kepada rakyatnya atas nama kekuasaan, bahkan mencap dirinya sebagai Tuhan. Nabi Musa datang untuk merevolusi itu.
Nabi Musa dimodali tongkat yang memili kecanggihan luar biasa. Ia menggunakannya untuk melawan semua kekacauan pada zaman Fir'aun. Terkenal dalam sejarahnya, ia dapat membelah lautan, sehingga menjadikan jalan pencerahan, sekaligus menyelamatkan umatnya.
Baca Juga: Suara Rakyat Dalam Pesta Demokrasi Indonesia
Sama halnya Yesus, atau Nabi Isa dalam Islam. Ada tiga hal yang setidaknya menjadi nilai pokok dalam ajaran agama Kristen. Yesus, memiliki mukjizat bisa menyembuhkan orang yang lumpuh, bisa menghidupkan manusia yang mati, serta bisa menyembuhkan orang yang buta. Ia sama-sama revolusioner.
Kalau Nabi Muhammad, di zamannya melawan persoalan kekuasaan ekonomi dan politik agama. Ajaran agama dikuasai oleh para kompeni yang ujungnya untuk kepentingan kembali pada kekayaannya. Makannya, Nabi Muhammad mengajarkan sesuatu yang bertolak belakang dengan kondisi itu. Ajaran pengharaman "riba", penghasilan dari kerja keras sendiri pada batasan tertentu diwajibkan untuk hak orang lain. Ini termasuk ajaran Islam yang sosialis.
Berarti, agama ada sebagai penuntun kehidupan setiap orang yang beragama menuju Tuhan yang suci. Menuju pencerahan, kemanusiaan, kesantunan, dan saling menghormati antar sesama. Bukan untuk menang sendiri.
Jika semua hal pada kenyataannya seperti ini, lantas agama yang mana yang mengajarkan kekacauan, kapitalis, penindasan, dan sejenisnya itu? [Sae]
Artikel Lain:
Era-nya Milenial dan Redesign Skema Politik Nasional
Membendung Bahaya Laten Politik Identitas
Pasca Perang Politik dan Filsafat 'Maaf'
Sejarah, Jenis, dan Bagaimana Menyikapi Golput di Pemilu
Menyoal Bonus Demografi di Indonesia
KOMENTAR