Dear cebong dan kampret; siapa pun presidennya, he wouldnt change anything. Hidup kita tidak akan lebih baik dari hari ini. I promise.
Kenapa? Well, karena bumi akan mengalami kenaikan suhu global melewati ambang minimum yang ditetapkan 1,5 derajat Celcius (laporan dari IPCC-PBB).
Maksudnya? Jadi, begini. Ketika pemanasan global sudah mencapai 1,5 derajat Celcius, maka akan terjadi kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, banjir, longsor, dan bencana2 lain yang mungkin terjadi. Kemungkinan terburuk yakni, kekurangan pangan bagi ratusan juta orang di bumi.
Saat ini, panas bumi mulai bertambah 1 derajat Celcius dari suhu normal. Gara-gara hal tersebut, bumi sekarang tengah berada di level 6 kepunahan massal. Sekitar 200 spesies di bumi akan punah setiap hari. Punah. Menghilang selama-lamanya.
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan manusia untuk mendinginkan suhu bumi adalah dengan menurunkan emisi karbon hingga nol persen.
Baca Juga: Pasca Perang Politik dan Filsafat 'Maaf'
Menurunkan emisi karbon sampai level nol tentunya membutuhkan perubahan luas dalam kebijakan energi, perindustrian, infrastruktur, transportasi dan tata perkotaan. Sebab, kita harus menghentikan penggunaan BBM seluruhnya.
Pemerintah di seluruh dunia harus mengambil "perubahan yang cepat, luas dan belum pernah terjadi sebelumnya di semua aspek masyarakat" untuk menghindari tingkat pemanasan global yang berbahaya, menurut laporan otoritas ilmiah global PBB tentang perubahan iklim.
Kita butuh tatanan politik baru untuk menyelamatkan bumi yang sekarat. Suatu aturan politik yang melarang keras manusia mengeksploitasi bumi demi uang. Suatu aturan politik yang menyuruh manusia berpuasa dalam menggunakan hal apa pun yang akan merusak bumi. Suatu aturan politik yang kuat dan mampu memperbarui teknologi jadi ramah lingkungan dan nol persen emisi karbon.
Parahnya, manusia hanya diberi estimasi waktu 12 tahun untuk membalik keadaan bumi dengan mengubah sistem yang saat ini digunakan.
Indonesia Jadi Negara Industri, Kiamat Bagi Bumi
Dulu, Indonesia jadi salah satu andalan paru-paru bumi, sebab masih menyimpan begitu banyak hutan-hutan asri.
Tapi itu dulu, saat Indonesia tidak sedang membangun diri jadi negara yang kuat perekonomiannya.
Fokus pemerintah sekarang adalah, "bagaimana cara agar kemiskinan di Indonesia berkurang". Oleh sebab itu, banyak investor swasta baik dalam maupun luar negeri menanamkan saham di Indonesia. Mereka berinvestasi dengan membabat 'lahan tidak produktif' alias kebun-kebun (alas.red) dan hutan-hutan menjadi pabrik, kebun sawit, sawah, dan lain-lain.
See? Selalu ada harga yang dibayar saat kita mendapatkan 'sesuatu'. It is always no free lunch.
Hari ini, kita menggunakan 100 juta barel minyak bumi setiap hari. Dan salah satu penyokong tetap minyak bumi dunia adalah Indonesia. Impor minyak bumi menjadi salah satu sumber pendapatan negara ini.
Masih ingat dengan film Sexy Killer? Meski pembahasan film tersebut mengacu pada penambangan batubara dan pendirian PLTU. Setidaknya, film itu menyuguhkan skema yang menggambarkan bahwa kebanyakan para penguasa negeri ini adalah sekaligus pengusaha tambang Indonesia.
Solusinya? Secara eksplisit digambarkan bahwa solusi manusia menghadapi kiamat bumi sebab perubahan iklim, yakni dengan memperbarui bahan bakar jadi nol emisi dan menghentikan segala bentuk eksploitasi bumi.
Namun, dampak yang terjadi akan mengerikan jika manusia, khususnya masyarakat Indonesia tidak memiliki kesadaran akan hal tersebut.
Membiarkan alas dan hutan di Indonesia tetap menjadi 'lahan tidak produktif' sama artinya menutup investasi Indonesia dan juga memotong lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia.
Baca Juga: Membendung Bahaya Laten Politik Identitas
Ketika kita ingin mempertahankan hutan-hutan Indonesia, secara tidak langsung kita kembali menempatkan Indonesia sebagai negara tidak produktif. Akibatnya, Indonesia akan kembali menjadi negara miskin.
Menghentikan konsumsi BBM, artinya mematikan industri tambang minyak Indonesia. Kegiatan pertambangan Indonesia berhenti total, investor asing mangkat ke negara asal mereka, BUMN macet, dan para pekerja tambang seluruhnya di phk.
Jadi, selain krisis kemiskinan, Indonesia di masa depan akan mengalami kenaikan demografi pengangguran terbesar sepanjang sejarah.
Hal tersebut, tentu akan berdampak bagi pemerintahan. Sistem politik jadi tidak stabil, karena ekonomi Indonesia mengalami krisis. Banyaknya pengangguran memicu peningkatan kejahatan dan kriminalitas. Masyarakat mengalami krisis kepercayaan, stres, dan cenderung tidak dapat dikondisikan. Indonesia menjadi chaos.
Solusi dari semua hal di atas adalah mengubah sistem kenegaraan, bahkan dunia. Hanya pemerintah yang kuat dan berani dapat melakukan hal tersebut.
Pertanyaannya, siapa presiden yang cukup kuat menampung kekacauan Indonesia pasca pergantian sistem? Mengingat bagaimana nalar masyarakat Indonesia saat ini, akankah ia bersedia dicap sebagai perusak tatanan negeri yang semula 'baik-baik saja?'
[Filosofia]
Artikel Lain:
Siapa Pendekar Berwatak Jahat yang Sesungguhnya?
Membincang Para Pecundang di Bumi Pertiwi
Menabikan Diri di Pilpres 2019
Suka Boleh, Fanatik Jangan
Membincang Para Pecundang di Bumi Pertiwi
Menabikan Diri di Pilpres 2019
Suka Boleh, Fanatik Jangan
KOMENTAR