
Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau
Sambung-menyambung menjadi satu, itulah Indonesia
Kutipan lagu Dari Sabang sampai Merauke di atas menjelaskan bahwa Indonesia memiliki banyak pulau yang berbeda-beda. Tentunya adat, kebiasaan, dan masyarakat tiap-tiap pulau juga berbeda-beda. Itulah yang menjadikan Indonesia kaya akan entitas keragaman suku, agama, ras dan budaya.
Keragaman yang begitu banyaknya menjadi warna tersendiri untuk Indonesia. Laiknya pelangi yang berbeda-beda warnanya tapi tampak indah. Bukankah harusnya seperti itu?
Saling menghormati dan menghargai antargolongan perlu dijunjung tinggi untuk menciptakan masyarakat yang damai dan rukun. Sayangnya akhir-akhir ini justru tidak terlihat seperti itu. Realita yang ada, tidak semua orang bisa menerima perbedaan dan memandang sebelah mata satu dengan yang lain.
Isu agama acapkali menjadi perdebatan antargolongan. Data Setara Institute menunjukkan kasus intoleransi merupakan yang tertinggi dibandingkan enam kasus pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan. Lima kasus lainnya adalah intimidasi, penodaan agama, penyesatan, pembubaran kegiatan keagamaan dan persekusi.
Tidak bisa dipungkiri, sebanyak 28% kasus tersebut dilakukan oleh kelompok masyarakat. Hal itu mengindikasikan bahwa beberapa kelompok masyarakat belum bisa menerima arti perbedaan. Diskriminasi seolah masih menjadi momok di negeri yang kaya akan keragaman ini.
Perbedaan dan Persamaan
Perbedaan tidak seharusnya dipandang sebagai pertentangan. Perbedaan ada untuk mengenal satu sama lain. Perbedaan lahir untuk mengerti satu sama lain.
Bukankah kita lahir di negara yang sama, bangsa yang sama dan tanah air yang sama. Negara ini tidak hanya milik satu orang atau kelompok mana pun. Ini adalah Indonesia. Rumah bagi seluruh penduduk Indonesia. Salahkah bila ingin tinggal di rumahnya sendiri?
Dalam al-Qur'an sendiri telah dijelaskan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal (Al-Hujurat:13). Tidak hanya sekadar mengenal, tetapi juga mengerti dan memahami, supaya menjadi akrab dan dekat.
Ahmad Musthofa Bisri atau yang biasa dikenal dengan Gus Mus mengungkapkan "Mereka yang hanya tahu hitam dan putih, tak mengherankan bila terkaget-kaget melihat warna-warna yang lain".
Sungguh ironis jika melihat bangsa yang indah ini dinodai dengan aksi-aksi intoleransi, dan diskriminasi. Masyarakat perlu memahami bahwa kita adalah sama. Sama-sama Indonesia. Sama-sama manusia. Sama-sama hamba, yang tak pantas mengklaim dirinya sebagai yang paling benar, paling berkuasa. Tidak ada yang lebih mulia dan agung daripada Tuhan sang Pencipta.
Indonesia ini indah. Beragam budaya, etnis dan bahasanya. Tidakkah memandang pelangi yang warna-warni itu menentramkan dan menyejukkan jiwa?
[Zain]
Artikel Lain:
Belajar dari Sufi Gila
Ramadan Bulan Bercermin
KOMENTAR