Bulan Ramadan identik dengan memperbanyak ibadah. Antusiasme diwujudkan dengan banyak melakukan kebaikan, mulai dari anak-anak, remaja hingga orang tua ramai membanjiri masjid dan musala. Bahkan muslimah yang sering memakai pakaian ketat pada bulan Ramadan mulai mengenakan pakaian longgar, yang al-Qur'annya berdebu kembali diusap dan dibaca kembali.
Mayoritas masyarakat muslim melakukan hal itu karena melihat begitu banyak pahala yang ditawarkan Allah ketika berbuat kebaikan di bulan itu. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah dijelaskan, pada malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satupun yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: "wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah". Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadan".
Dalam hadis tersebut jelas menunjukan bahwa Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya, bahkan setan-setan pun tidak diijinkan menggoda manusia pada bulan suci itu.
Namun, terkadang ada juga yang melakukan itu karena hanya ikut-ikutan. Atau bahkan melakukan hal itu untuk menjaga muruah di tengah masyarakat. Jadi tidak heran ketika sudah memasuki akhir bulan Ramadan, masjid yang awalnya dipenuhi dengan jamaah untuk salat tarawih sudah mulai sepi kembali.
Tidak Perlu Menunggu Ramadan
"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya. Dan mereka tidak diitutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya." (QS. Yunus, 10:26).
Ayat di atas menjelaskan, untuk melakukan kebaikan memang tidak perlu menunggu bulan Ramadan. Kapanpun dan di manapun, kebaikan harus tetap kita lakukan. Karena seyogyanya yang menilai dan memberi pahala adalah Allah. Manusia bebas melakukan apapun selama itu baik dan positif. Jadi, beberapa hadis yang diterangkan di atas bisa kita anggap sebagai penyemangat dalam melaksanakan ibadah di bulan mulia itu.
Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, suatu ketika ada seseorang yang datang kepada Nabi saw seraya bertanya, "wahai Rasullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?" lalu, beliau menjawab, "bersedekahlah selama kamu masih sehat, bakhil (suka harta), takut miskin dan masih berkeinginan untuk kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda, sehingga apabila nyawa sudah sampai tenggorokan maka kamu baru berkata, "untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian', padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya)".
Baca Juga: Kenapa Kita Lebih Islami di Waktu Ramadan?
Hadis tersebut menjelaskan, jika seseorang ingin melakukan kebaikan, hendaklah disegerakan, tidak baik untuk menundanya. Padahal, kita tidak pernah tahu kapan ajal akan datang kepada kita. Jadi, dalam hadis itu Rasul menekankan untuk sesegera mungkin dalam melakukan kebaikan.
Dari pemaparan di atas, tentu bukan hal yang tepat bila kita menunggu Ramadan untuk berbuat kebaikan, sedang di bulan lain full bermaksiat. Karena setiap manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi satu atau bahkan dua detik ke depan. [Safira]
Artikel Lain:
Ngabuburit; Dari Budaya Hingga Gengsi Sosial
Belum Qadha Puasa Tapi Udah Ramadan Lagi? Ini Denda Yang Harus Dibayar
4 Hal ini Bisa Mendorong Kamu Semangat Berpuasa
KOMENTAR