Banyak di antara kita yang tiba-tiba menjadi 'religius' saat bulan Ramadan dengan berusaha giat melakukan ibadah. Bahkan, sampai mengatur jadwal-jadwal kegiatan keagamaan mana saja yang akan diikuti. Fenomena menjadi lebih islami banyak kita jumpai di tengah masyarakat dan seperti menjadi rutinitas wajib setiap bulan Ramadan. Hal berbau keagamaan yang tidak biasa dilakukan setiap hari seperti hal wajib yang harus dikerjakan.
Spiker masjid yang biasanya selalu tepat waktu mengumandangkan azan, masih kalah tepat waktu dengan jamaah salat yang datang sebelum azan tiba. Setiap shaf masjid atau musholla mendadak penuh oleh para jamaah, padahal biasanya hanya terisi dua sampai tiga baris, itupun masih ada yang renggang. Salat sunnah yang tidak menjadi keharusan, ketika bulan Ramadan menjadi kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.
Ada pula yang tiba-tiba rajin menyisihkan uang saku. Kemudian digunakan untuk bersedekah. Padahal, di hari-hari biasanya sangat jarang sekali bersedekah. Akan tetapi, ada pula yang nominal sedekahnya jauh lebih besar dibandingkan hari-hari biasanya. Dengan dalih ingin mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
Tidak hanya itu, para muslim dan muslimah ketika malam tiba lebih memilih untuk mengikuti tadarus al-Qur'an, bukan nongkrong seperti hari-hari biasanya. Mereka juga menargetkan berapa kali bisa khatam 30 juz dari al-Qur'an selama Ramadan. Oleh sebab itu, tidak heran untuk membantu melancarkan program-program dalam rangka pembenahan kualitas diri, mereka rela mengikuti pesantren kilat, dan memilih pesantren yang dianggap paling baik, meskipun harus merogoh kocek cukup banyak.
Baca Juga: Serukan Pesan Damai di Bulan Ramadhan
Tidak jarang pula, di antara mereka berbondong-bondong mengikuti kegiatan keagamaan hanya sekadar ikut-ikutan (Taqlid). Asalkan kegiatan keagamaan mereka tidak kosong di bulan Ramadan.
Bercermin dari fenomena di atas, Ramadan bukanlah sebatas seremonial belaka. Artinya, segala sesuatu yang dikerjakan selama bulan Ramadan tetap harus dilakukan pula di hari-hari biasanya. Karena, menjadi salih atau islami tercermin dari apa yang kita lakukan sehari-hari, bukan hanya bulan Ramadan saja.
Sebagian besar umat Islam pasti mengetahui keistimewaan bulan Ramadan dibandingkan bulan lainnya. Namun, bukan berarti bulan-bulan lainnya menjadi tidak penting. Maka, di bulan Ramadan ini umat Islam cenderung berlomba-lomba melakukan kebaikan. Ditambah pula, pahala kebaikan yang akan diperoleh selama bulan Ramadan akan berlipat ganda.
Hal ini, menjadi salah satu alasan mengapa sebagian orang-orang Islam lebih berusaha menggunakan waktunya untuk beribadah secara maksimal di bulan Ramadan. Dengan mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada dan bahkan mempersempit celah untuk tidak melakukan hal-hal yang membuang-buang waktu. Meskipun, harus dilalui dengan niat yang tidak ikhlas, memaksa diri, atau sekadar ikut-ikutan.
Namun, yang terpenting dari semua itu, menjadi pribadi yang lebih islami tidak perlu menunggu saat Ramadan. Memulai dan melakukan kebaikan bisa dilakuakan kapan saja. Praktiknya pun bisa dilakukan sehari-hari. Karena nilai dari kebaikan tidak dilihat dari kacamata orang lain atau seberapa besar feedback yang kita dapat. Namun kontinuitas dan istikomah dengan apa yang kita lakukan.
[Gita]
Artikel Lain:
33 Aktivitas yang Dilakukan Orang di Bulan Puasa
Lupakan Rasa Laparmu di Empat Spot Ngabuburit di UIN Walisongo
6 Kebiasaan Mahasiswa UIN Walisongo Saat Ramadhan
KOMENTAR