
Ketika bulan suci Ramadan datang, ada satu kegiatan yang tidak bisa dilepaskan darinya, yakni ngabuburit. Entah dari mana dan kapan budaya ini ada, namun yang pasti hingga saat ini tetap dan terus dilakukan oleh sebagian muslim.
Ngabuburit sendiri sudah dikenal cukup lama, karena istilah itu berasal dari bahasa Sunda. Kata dasar 'burit' mempunyai makna waktu sore, senja atau menjelang Maghrib. Karena mempunyai makna senja, maka kata ngabuburit sering diucapkan sebagai penanda sore hari ketika menunggu waktu berbuka saat bulan Ramadan.
Istilah dan budaya ngabuburit bisa dikenal di berbagai daerah sebab telah menjadi tren yang sangat laku ketika memasuki bulan Ramadan. Bukan hanya dilakukan oleh masyarakat tetapi juga menjadi program TV yang melibatkan banyak publik figur.
Baca Juga: 33 Aktivitas yang Dilakukan Orang di Bulan Puasa
Ngabuburit idelanya dijadikan sebagai kegiatan menunggu azan Maghrib berkumandang saat bulan Ramadan. Dulunya ngabuburit dikenal dengan kegiatan pengajian bersama di masjid atau program pesantren kilat. Selain itu, ada juga yang memanen hasil perkebunan untuk menu buka puasa, misal seperti memetik kelapa, mencabut singkong, mencari rebung (tunas bambu muda), dan lain-lain.
Berbeda dengan zaman dulu, kini orang-orang lebih banyak mengisi ngabuburit dengan nongkrong di taman kota, kumpul bareng teman sekolah, teman kerja, bahkan ada yang jalan-jalan ke tempat tertentu. Tidak ada yang salah sebenarnya, selama kegiatan ngabuburit itu positif dan tidak mengurangi nilai ibadah puasa kita.
Kelas Sosial
Ngabuburit yang sudah membudaya di Indonesia, kini seakan menunjukan kelas sosial masyarakat. Orang dengan tingkat ekonomi di atas, akan melakukan kegiatan ngabuburit di cafe, tempat ngehits atau tempat prestis yang nantinya akan diposting ke media sosial mereka masing-masing.
Hal itu dilakukan atas nama eksistensi dan look at me karena ingin keberadaannya diakui banyak orang. Banyak di antara mereka menggunakan media sosial untuk memamerkan harta yang akhirnya burujung pada gaya hidup konsumtif.
Berbeda dengan masyarakat dengan ekonomi bawah yang melakukan kegiatan ngabuburit dengan low budget. Contohnya dengan sekadar nonton TV, membaca buku, ataupun berbincang-bincang di depan rumah dengan tetangga.
Baca Juga: Lupakan Rasa Laparmu di Empat Spot Ngabuburit di UIN Walisongo
Walaupun ngabuburit sudah menjadi pandangan kelas ekonomi, tidak memungkiri ada sebagian dari mereka tidak melakukan kegiatan itu. Mereka lebih mengutamakan kegiatan yang berfaedah dalam mengisi waktu menunggu berbuka.
Ramadan sejatinya ibadah untuk menyucikan diri. Ngabuburit bisa dijadikan sebagai kegiatan yang memiliki nilai ibadah untuk menyucikan diri dengan mengisi segala macam aktivitas yang baik, seperti diskusi, tadarus al-Qur'an dan juga mengikuti kajian keislaman.Tidak hanya sebatas nongkrong dan jalan-jalan yang yang tidak memiliki faedah sama sekali. [Zamzami]
Artikel Terkait:
6 Kebiasaan Mahasiswa UIN Walisongo Saat Ramadhan
Hari Raya, Rokok, dan Anak-anak
Tips Sehat Jalani Puasa Ramadhan A la Denok Walisongo 2017
KOMENTAR