
Ketika bulan Ramadan akan datang, banyak umat muslim bersorak gembira menyambutnya. Pasalnya di bulan ini, amal ibadah kita akan dilipatgandakan berpuluh-puluh kali lipat. Laiknya seorang anak yang pergi merantau, kepulangannya sangat diharapkan dan dinanti-nantikan orangtuanya.
Di bulan yang penuh rahmat ini, umat muslim berlomba-lomba mengerjakan amal ibadah sebanyak mungkin. Yang biasanya jarang salat sunnah, di bulan ini mendadak rajin dan rutin mengerjakannya. Yang biasanya membaca al-Qur'an satu lembar per hari, di bulan ini ditambah sampai satu juz. Semua mendadak menjadi hamba yang rajin beribadah. Namun, apakah amalan di bulan ramadan hanya sebatas ibadah ritual itu saja?
Jika amalan di bulan ramadan hanya sebatas ibadah ritual saja, mengapa umat muslim diwajibkan berpuasa? Di balik perintah itu, tentunya ada hikmah dan pesan yang disampaikan. Bulan ramadan adalah syahrul muhasabah (bulan bercermin). Di bulan itu, kita hendakanya bermuhasabah/introspeksi diri.
Ketika kita bercermin, apa yang kita lihat? Ya, diri kita sendiri. Cobalah lihat dengan seksama seperti apa diri kita. Tidak hanya cerminan fisik di depan kaca, tetapi juga gambaran diri kita selama setahun sebelumnya seperti apa.
Baca Juga: Kenapa Kita Lebih Islami di Waktu Ramadan?
Melihat cerminan diri sendiri, kita dapat mengetahui kekurangan yang ada. Dengan melihat kekurangan dalam diri sendiri, tentunya manusia tidak sepantasnya merendahkan orang lain. Banyak orang merasa benar sendiri dan menganggap lainnya salah. Merasa lebih tinggi dibandingkan orang lain. Bersikap angkuh dan sombong.
Melihat cerminan diri sendiri, kita hendaknya bersyukur dengan apa yang telah diberikan. Menerima dan mensyukuri segala yang kita punya. Karena tidak sedikit dari kebanyakan orang mendapatkan apa seperti yang kita miliki.
Coba kita lihat, sering kita jumpai pengemis di pinggir jalan yang terlihat lusuh dan kotor. Mereka terlihat lemas dan tidak berdaya karena tidak makan berhari-hari. Perutnya kelaparan dan kosong tidak terisi.
Kewajiban berpuasa bukan berarti kita diharuskan meniru menjadi pengemis. Tidak. Dengan berpuasa, setidaknya kita belajar bagaimana keadaan tubuh ketika tidak mendapat asupan meski hanya dalam beberapa jam. Meski sebentar, kita bisa merasakan kehidupan mereka-mereka yang kekurangan. Dari situ, kita sebagai sesama manusia, tidak sepantasnya menyombongkan diri dan merendahkan orang lain.
Tidak hanya soal internal saja, bulan Ramadan ini mengajak kita meningkatkan kepekaan sosial. Membantu dan menolong mereka yang membutuhkan. Saling berbagi kebahagiaan dan kesenangan. Memandang semua orang sama, sehingga tidak ada kesenjangan sosial antara manusia satu dengan yang lainnya. Semua sama-sama makhluk sang Pencipta. Di hadapan-Nya, semua makhluk sama, hanya ketaqwaan hamba lah yang membedakannya.
Di bulan yang kaya keberkahan ini, marilah bermuhasabah dan bermunajat kepada sang Pencipta. Tidak hanya meningkatkan amalan-amalan ritual untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, tetapi juga merekatkan hubungan sosial dengan orang lain. Membuka kepekaan terhadap sesama dan membantu mereka yang membutuhkan. [Zain]
Artikel Lain:
Agar Ibadah di Bulan Ramadan Makin Berkah, Hindari 6 Kebiasaan Merugikan Ini
KOMENTAR