Hidup Tak Pernah Kehabisan Waktu

Gambar: Pixabay
Seorang penyair asal Inggris, John Milton pernah mengatakan, "Pikiran itu amatlah perkasa. Ia bisa membuat neraka seperti surga, dan surga seperti neraka". Dalam artian bahwa bagi manusia, tidak ada yang lebih mewah dari sebuah anugerah bernama akal yang mampu berpikir. Buah romantisme dialektis antara akal dan realitas empiris. Melalui pikiran, manusia mampu menciptakan hidupnya sendiri.

Terkadang, kita tidak mampu mengetahui hal hebat apa yang bisa kita lakukan. Selalu berada dalam ambang keragu-raguan dan ketidak-percayaan diri. Melewatkan kepercayaan bahwa pikiran bisa mengubah segala ketidakpastian menjadi sesuatu yang pasti, atau bahkan memutarbalikkan kepastian menjadi lebih tidak pasti lagi.

Faktanya, kekuatan pikiran seringkali mampu melampaui pikiran itu sendiri. Sebagaimana hidup yang selalu menuntut untuk bertindak lebih dan lebih lagi.

Sayangnya, menghadapi segala macam kompleksitas dunia tidak semudah mengandaikan berdiri di atas tahta dengan harta melimpah. Terlebih menghadapi kompleksitas diri sendiri yang selalu enggan beranjak dari ilusi-ilsui kehidupan.

Semuanya hanya tentang materialistik. Selalu tentang harapan-harapan hidup, bukan tentang bagaimanacara untuk sampai pada bentuk harapan itu sendiri. Yang sering terjadi hanyalah menderet harapan, hingga lupa dari mana ujung deretan itu bermula.

Baca Juga: Menyelami Ruang, Menguak Dimensi Waktu

Mengejar kebahagiaan tak ubahnya usaha untuk berlari sekencang-kencangnya, tetapi kaki masih saja bermalas-malasan tak mau mempercepat langkah. Banyak orang berkata, "hidup adalah pertempuran diri dengan sang waktu".

Lantas, siapakah sang waktu ini? Seberapa agungkah dia, sampai-sampai urusan nasib selalu dihadapkan dengannya. Bahkan, semesta seakan-akan tunduk di hadapan sang waktu.

Meski 'waktu' bukan sang "penentu" garis hidup, nampaknya manusia harus berlapang dada untuk selalu berurusan dengan sang waktu ini. Baik "waktu" hasil dialektika manusia (detik, menit, jam, hari, dan rangkaiannya), maupun romantisme "waktu" yang bermuara pada ke-Esa-an Sang Pencipta. Dua perspektif waktu ini tidak sekalipun tak pernah memeras pikiran yang hidup. Bahkan, diskursus tentang waktu selalu berhasil menarik para filsuf dunia untuk menjamahnya lebih intim.

Kali ini, kita tidak akan "menggila" bersama sang waktu. Kita hanya akan menukilnya sedikit.

Untuk memenangkan pertempuran dengan sang waktu, manusia di dunia ini, dihadapakan pada dua wajah tentang diri waktu. Pertama, waktu dalam perspektif linear. Dimana waktu ini selalu berjalan dinamis dan terus maju ke depan. Orang-orang modern yang menomorsatukan kemajuan, kecepatan, dan keberhasilan, waktu linear begitu tercermin dalam dirinya.

Baca Juga: Memahami tentang Waktu dari Kacamata Filsafat

Dalam pandangan ini, waktu tidak mungkin bisa berulang. Ia bersifat mutlak dan absolut. Tidak ada waktu kemarin atau esok, eksistensi waktu hanya ada pada satu tempat, yakni sekarang. Siapapun yang sedetik saja melalaikannya, waktu tidak akan berbaik hati memberi kesempatan kedua. Tetapi sekali menembak sasaran, hidup selamat selebihnya.

Waktu linear mengajarkan untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan. Tidak ada kata "nanti". Terus mengolah diri untuk menjadi manusia yang berkualitas dan mencapai "bahagia". Prinsipnya, manusia selalu berpacu dengan denting jam, dan akan selalu kehabisan waktu.

Kedua, waktu dalam perspektif sirkuler. Bahwa waktu selalu berputar. Dari segi kuantitas, waktu bisa saja hilang, tetapi tidak dengan kualitasnya. Manusia bisa memperbaiki kualitas waktu untuk menjadi lebih sempurna sebagaimana yang diharapkan, tidak berputus asa untuk terus berusaha.

Baca Juga: Hedonisme; Cara Bahagia A la Epicurus

Waktu dalam perspektif ini juga ada dalam ajaran Jawa yang disebut dengan "Cokro Manggilingan". Hidup, bagi orang Jawa, tak ubahnya sebuah roda. Selalu berputar dan bergantian posisi. Kapan pun, derajat mansuia di bumi bisa berada di atas atau pun di bawah. Antara berada dalam kejayaan atau kesengsaraan.

Orang Jawa percaya bahwa terdapat kunci agar bisa menguasai cokro manggilingan. Yakni dengan menguasai "Triwikromo" (tiga dunia), masa lampau, saat ini, dan hari esok. Dengan menguasai kunci triwikromo, manusia diyakini akan mampu menguasai sang waktu. Menguasai di sini bukan berarti menggenggam kekuasaan atas dunia, akan tetapi lebih pada penguasaan terhadap diri dan batin. Kapan pun, diri tidak akan resah apabila harus bertemu dengan problematika hidup. Tidak khawatir jika harus berada di bawah dan tidak kalap jika dalam posisi tinggi.

Tidak pernah ada diskriminasi untuk memijak waktu yang mana. Keduanya merupakan citra dari diri waktu dalam berkausalitas dengan semesta. Satu hal yang pasti, cara manusia mengarungi samudera waktu adalah tentang bagaimana cara manusia untuk menjadikan pikiran sebagai sampannya.

Pikiran; Sebuah Kacamata Waktu

Berbicara tentang waktu, tidak pernah terlepas dari apa yang namanya realitas empiris. Manusia mampu memfungsikan pikirannya jika hanya manusia itu mampu melihat. Bukan sekedar menangkap objek dengan retina, akan tetapi lebih menyentuh pada yang esensial, melihat yang benar-benar melihat.

Seorang Kaisar Romawi, Marcus Aurelius dalam ajaran Stoisismenya pernah mengatakan bahwa "Semua yang kita dengar adalah pendapat, bukan fakta. Semua yang kita lihat adalah perspektif, bukan kebenaran".

Penglihatan yang "hanya" melalui mata hanya mampu menangkap citra dari objek. Tidak mampu sampai pada ranah esensial dari objek tersebut. Mata hanyalah medium untuk menangkap perspektif dari segala kemungkinan yang ada.

Baca Juga: Manusia yang Terjebak dalam Permainan

Tetapi melalui mata, sebuah pengetahuan akan mampu diperoleh. Bagi Jorge Luis Borges, sastrawan Argentina yang pemikirannya begitu kemilau meski seluruh hidupnya kurang bermandikan cahaya, mengatakan bahwa dunia bisa dijinakkan ketika manusia mampu mengetahuinya dengan benar. Dan mengetahui dengan benar berarti "melihat", bukan ”mendengar”, ”mencicip”, ”menghirup”, atau ”meraba”. Yang visual memimpin pengenalan kita kepada dunia.

"Melihat" yang bersifat empiris, kemudian berdialektika dalam pikiran sehingga mampu menjadi bentuk "pengetahuan" yang esensial, bukan sekedar kepingan-kepingan informasi. Kualitas hidup bereksistensi dalam wujud terbaik ketika berhasil menyeberangi jembatan penglihatan, melalui ilmu pengetahuan. Dalam pengetahuannya orang Jawa misalnya, "ilmu" disebut sebagai bentuk "kawruh". Kata ini memiliki akar dalam kata "weruh" yang berarti "bisa menggunakan penglihatan" dan juga berarti "mengerti".

Ketika manusia berhasil "mengerti", semesta dan waktu akan menuntunnya menuju kebahagiaan. Bentuk bahagia yang tak berbatas dengan kesemuan. Namun untuk sampai pada keadaan ini, tidak pernah semudah bermimpi tentang bahagia itu sendiri. Manusia harus bertarung dengan gejolak emosi, menyeimbangkan spiritualitas, serta mengurai pikiran yang kacau. Peperangan terhadap kompleksitas hidup, adalah pertarungan melawan ego serta ketidaktahuan diri.

Baca Juga: Jam Karet

Takdir yang sudah digariskan-jika percaya takdir- manusia tidak bisa mengubahnya, bagaimana pun itu. Akan tetapi manusia memiliki kontrol atas pikiran dan emosi, sehingga apa yang dipikirkan akan sangat menentukan kualitas diri serta mencipta eksistensi terbaik terhadap hidup.

Ketakutan akan masa depan bukanlah bentuk dari rasa takut itu sendiri. Yang ada hanya takut oleh sesuatu yang ada di balik bayang masa depan tersebut. Bentuk keragu-raguan tak berdasar. Kabut ketidak-tahuan dan belenggu kecemasan bagaimana pun caranya, manusia harus mampu meleburnya sampai tak menyisakan sedikit pun asap.

Sehingga tidak ada lagi kesempatan bagi sang waktu untuk menelan dan membinasakan potensi diri terhadap pengetahuan dan menggenggam hidup. Terlebih berseru "kau sudah kehabisan waktu!"
[Ainun Nafisah]

KOMENTAR

Name

17 agustus,1,2021,4,2023,1,2024,1,22 Mei 2019,1,ab,1,Abu Nawas,1,academy,1,Advertorial,4,AFI,3,ai,5,al-ghazali,1,al-ikhlas,1,Al-Qur'an,4,Albert Camus,3,Albert Estein,2,Anak,1,Anak laki-laki,1,Analisis Utama,2,Animal Farm,1,aqidah dan filsafat islam,3,Artificial Intellgence,3,Artikel,525,Artikel sastra,1,atribut,1,audiensi,6,bali,3,Banding UKT 2023,2,banjir,2,bantuan ukt,2,Beasiswa,17,Begadang,1,belajar,5,berdoa,2,Berita,1583,berita potret,1,biografi,1,bonus demografi,1,buku,4,bulan muharram,2,Bulan Ramadan,10,calon wisudawan,1,camaba,10,camaba 2022,2,camaba 2023,1,Carl jung,2,ceremony,1,cerpen,30,Corona virus,65,critical thingking,1,cumlaude,2,cybersecurity. internet,1,darurat pernikahan dini,1,Daun kelor,1,dekan fuhum,1,dema,12,Demokrasi,1,demonstrasi,1,digital,2,diklatpimnas,1,diskon,1,Dokumen,1,dosen,2,dsign,1,Edukasi Seksual,1,ekologi,1,ekosistem,1,EkspreShe,35,era digital,1,Essay,121,fakultas kedokteran,5,Fasilitas,2,Fasilitas PKM,2,fdk,1,feature,2,film,5,Filsafat,38,FITK,1,fresh graduate,3,FUHUM,51,FUHum fest,2,FUPK,7,Gadis Kretek,1,Gagal Wisuda,3,gaya hidup,3,gender,2,General Library,2,Generasi Milenial,31,George Orwell,1,globalisasi,1,graduation cap,1,greencampus,1,Guru,3,hak cipta buku,1,Harapan,2,Hari Buku Internasional,1,Hari Buruh,1,Hari Buruh Internasional,3,hari guru,1,hari ibu,1,Hari Jumat,1,Hari Kartini,1,hari kemerdekaan,2,hari pahlawan,4,Hari Perempuan Internasional,1,Hari Raya,12,Hari Santri,6,Hari Santri Nasional 2022,6,Hari Sumpah Pemua 2022,2,heroisme,1,Hukum,1,Ibnu Sina,1,ide bisnis,1,idul adha,9,Ilmu Falak,1,Ilmu Pengetahuan,89,Imam Nawawi,1,Imlek,2,indonesia,4,info beasiswa,2,info kos ngaliyan,1,inspiratif,1,internasional,5,islam,2,isra' mi'raj,2,Iwan Fals,1,jawa timur,1,Jerat Hukuman,1,judul skripsi terbaik,4,Jurang Asmara,2,Kahlil Gibran,2,Kapitalis,1,Kasus Birokrasi,1,Keagamaan,74,Kebahagiaan,3,kebaya,1,kebudayaan,7,kecantikan,1,kecerdasan,2,Kedokteran,1,kekerasan seksual,2,kekerasan seksual anak,1,kemanusiaan,2,kemerdekaan,2,kerja,1,kesadaran,8,Kesehatan,27,KI Hajar Dewantara,1,KIP-K,6,Kitab Allah,1,kkl,12,KKN,20,Klarifikasi,2,Komunikasi,3,konten vidio,1,kopi,1,Korean Wave,1,korelasi,1,Korelasi 2023,3,Korupsi dosen,1,kos,1,ksr,1,KTT G20,3,KUHP,1,Kuliah,11,Kuliah luar negeri,4,Kuliah Online,21,Kuliah tatap muka,2,kuliner,1,kupi,1,kurban,3,Lahan Parkir,3,leaders declaration,1,liburan,2,lifestyle,1,Literasi,2,Logo HSN 2022,1,lukisan,1,Lulus Cepat,12,ma'had,9,maba 2023,6,maba2022,3,Machiavelli,1,Mahasiswa,632,mahasiswa baru,13,makna hidup,1,makna kembang api,1,Maksiat hati,1,Masa Jabatan,1,Masjid Kapal,1,media sosial,2,Membaca cepat,1,Mendikbud,1,mengingat,1,mental,2,Menulis,1,menwa,1,metaverse,1,modernitas,1,motivasi,8,Muhammad,6,Muhammad Iqbal,1,Munaqosah,2,Musik,1,Nabi Muhammad,2,nasional,15,natal,1,New Normal,18,Ngaliyan,5,Oase,387,Olahraga,2,Opini,251,opini mahasiswa,22,ORKM,2,ormawa,1,orsenik,24,outfit,1,pameran isai,1,pancasila,2,Pandemi,5,PBAK,29,PBAK 2022,5,pbak 2023,14,Pedagogi,1,peluang,1,Pemalsuan,5,Pembayaran UKT,1,Pemilu 2024,3,pemuda,2,Pendidikan,12,penemuan ular,1,pengembangan diri,7,Penjara,1,Penyair,1,Penyesuaian UKT 2022,3,perang ukraina,1,Perempuan,7,peringatan harlah NU,1,pernikahan dini,1,perpustakaan,1,Pertemanan,1,Pidana,1,Plagiasi Rektor,1,PMB,9,politik,5,pondok pesantren,4,pormawa,1,Post-truth,1,Potret Berita,11,potret wisuda,5,ppb,6,praktikum,1,Pramoedya Ananta Toer,1,presidensi,1,profesi,2,Psikologi,34,Puasa,9,Puasa Ramadan,45,Puisi,144,Quotes,1,qurban,1,ramadhan 2023,9,Ramadhan 2024,1,Rasulullah,1,recriutment,2,recruitment,4,refrensi,1,regulasi,1,rektor,7,Resensi,22,Resensi Buku,21,Resensi Film,29,revolusi industri,1,Riset,5,SAA,1,Sahabat,2,Sampah Juras,2,santri Ma'had,4,Sastra,119,Second Sex,1,sedekah,1,sejarah,1,sema,4,Semarang,179,Shalawat,1,Sidang,2,Sistem akademik,1,SK Jabatan 6 Bulan,1,SK Wajib Mahad,11,skill,1,Skripsi,18,sky,1,socrates,2,sosial,2,Sosok,2,stoic,1,sufisme,2,sukses,2,sumpah pemuda,2,Surat Pembaca,9,tafsir,6,Tafsir Misbah,1,Tafsir Surah Fatihah,2,Tahun baru,3,Taman Entrepreneur FEBI,1,TandaTangan,4,tasawuf,2,Taubat,1,teater,7,Teknologi,42,teladan,1,tips,4,Toefl-Imka,21,tokoh,1,Toxic,1,TP,1,tranformasi energi,1,Tugas Akhir,16,UHN,2,UIN Walisongo,749,UIN Walisongo Semarang,19,ujm,2,UKM,11,ukt,33,UKT 2024,2,UKT tinggi,1,ular piton,1,upz,1,video,2,Wajib mahad,4,wali camaba,2,wali wisuda,5,Walisongo Center,2,wanita,1,William Shakespeare,1,Wisuda,110,wisuda 2022,15,wisuda 2023,6,wisuda 2024,6,wisuda offline,5,wisudawan terbaik,28,Writer's block,1,Zodiak,3,zoom meeting,1,Zuhud,1,
ltr
item
IDEApers: Hidup Tak Pernah Kehabisan Waktu
Hidup Tak Pernah Kehabisan Waktu
Hidup adalah pertempuran diri dengan sang waktu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioIu4ZuVbvi5MwGLxZ1u5cLHqh6SMSXrfpHWSpBS8_ALHVp7DlnAbk80RjzJ7d3opTvuvBzfWAE3LKlBRlS0vEV9IEW6n41MIUhSKdZAhLueZUUflMCLbuPH0kun3WDrceAMjWlbO15btD/s1600/waktu+ainun.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioIu4ZuVbvi5MwGLxZ1u5cLHqh6SMSXrfpHWSpBS8_ALHVp7DlnAbk80RjzJ7d3opTvuvBzfWAE3LKlBRlS0vEV9IEW6n41MIUhSKdZAhLueZUUflMCLbuPH0kun3WDrceAMjWlbO15btD/s72-c/waktu+ainun.jpg
IDEApers
http://www.ideapers.com/2020/03/hidup-tak-pernah-kehabisan-waktu.html
http://www.ideapers.com/
http://www.ideapers.com/
http://www.ideapers.com/2020/03/hidup-tak-pernah-kehabisan-waktu.html
true
2845694181721974662
UTF-8
Lihat Semua Tidak Ditemukan LIHAT SEMUA Baca Balas Batalkan Komentar Hapus Oleh Beranda HALAMAN BERITA Lihat Semua BERITA TERKAIT RUBRIK ARSIP SEARCH SEMUA BERITA Tidak ditemukan Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit lalu $$1$$ minutes ago 1 jam lalu $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 minggu lalu Followers Follow KONTEN INI PREMIUM Share sebelum membuka Salin semua kode Pilih semua kode Semua kode telah disalin. Tidak bisa disalin