gambar: iprice.co.id |
Saya merasa ada yang aneh dengan teman saya. Dia tidak pernah bisa lepas dari smartphone-nya. Benda persegi itu lebih sering berada di posisi miring 90 derajat di genggaman tangannya. Teman saya tampak tersenyum kegirangan ketika berhasil mengalahkan lawannya. "An enemy has been slain", kalimat itu sudah akrab di telinga sejak teman saya mulai bermain Mobile Legend tujuh bulan lalu.
Awalnya saya menganggap kebiasaan teman saya itu sebagai sebuah hobi, mengikuti tren terkini. Namun hobi tersebut seakan telah menjadi candu yang mempengaruhi pola pikir dan tingkah lakunya. Hampir 14 jam dalam sehari, teman saya menghabiskan waktunya untuk bermain Mobile Legend. Entah itu di kamar, di kelas, di warung, bahkan di jalan sekalipun.
Suatu hari kami berangkat kuliah dengan jalan kaki. Ketika berjalan dari asrama ke kampus, teman saya terlihat asyik menggenggam ponsel yang dimiringkan. Sambil melangkahkan kaki, kedua ibu jarinya masih asyik menekan-nekan layar ponsel. Sampai-sampai, dia tidak mempedulikan keadaan sekitar.
Teman saya masih sibuk bermain Mobile Legend meskipun sedang berada di pinggir jalan. Banyak sekali kendaraan yang melintas. Ketika hendak menyeberang, saya menegurnya agar menghentikan permainannya terlebih dahulu. Tetapi, teman saya tidak mau menyudahi.
Saya melangkah menyeberangi jalan raya dengan hati-hati. Terlebih dahulu melihat ke kanan dan ke kiri, mencari celah agar bisa menyeberang dengan aman. Tetapi tidak demikian dengan teman saya. Dia tetap saja tidak bisa melepaskan benda itu dari genggaman tangannya. Hingga akhirnya, di tengah-tengah jalan, hampir saja sebuah motor menabraknya. Untungnya teman saya masih bisa menghindari motor yang melaju kencang. Nyawanya masih tertolong, meskipun smartphone-nya hancur berkeping-keping, tergilas roda-roda kendaraan yang berlalu-lalang pagi itu.
Candu Imajinatif
Saya sendiri menyadari bahwa bermain game online memang menyenangkan. Waktu SMA, saya pernah bermain Clash of Clans. Saya membutuhkan game online ini sebagai hiburan setelah mengerjakan soal ujian. Ketika bermain, saya merasakan kesenangan tersendiri.
David Kelley dalam bukunya The Art of Reasoning, menilai bahwa game online telah menjadi bentuk rekreasi digital. Di dalamnya terdapat rangkaian misi yang harus diselesaikan. Mobile Legend menawarkan fitur permainan digital yang mampu menggugah imajinasi pemainnya. Ketika bermain, seseorang akan merasakan dunia fantasi yang penuh dengan keseruan.
Mobile Legend memang menjadi game online favorit banyak orang. Angka download Mobile Legend di Google Play Store menunjukkan jumlah lebih dari 100 juta pengunduh. Game produksi Moonton ini memperoleh rating 7+. Maka tak heran jika game ini menjadi Top Free Game di Indonesia.
Berdasarkan data dari Country Manager Moonton, angka pengguna harian Mobile Legend di Indonesia mencapai 8 juta pemain. Jumlah itu membuat Indonesia menjadi penyumbang terbesar pemain Mobile Legend di dunia. Teman saya tadi termasuk salah satunya. Jika sudah bermain, ia akan benar-benar fokus dan tidak mau diganggu. Bahkan ia juga tidak mempedulikan keadaan sekitar, asyik dengan dunianya sendiri.
Sebenarnya bukan menjadi masalah ketika seseorang bermain Mobile Legend. Tetapi, apakah mereka tidak berpikir ulang mengenai seberapa banyak waktu yang mereka habiskan hanya untuk bermain game. Jika sudah kecanduan, pasti banyak waktu yang akan terbuang sia-sia. Padahal kita bisa memanfaatkan sedikit waktu itu untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Misalnya dengan membaca buku, berdiskusi, berwirausaha, atau menciptakan karya yang mempunyai nilai kegunaan.
Di kampus, tidak sedikit mahasiswa yang menggunakan waktunya untuk bermain Mobile Legend. Saya sering memperhatikan teman-teman saya. Entah itu di kelas, perpustakaan, masjid, kantin, semuanya menikmati dunia fantasinya. Bahkan waktu untuk mengerjakan tugas resume yang hanya satu halaman saja tidak sempat.
Barangkali masyarakat tidak sadar tentang betapa pentingnya memafaatkan waktu. Pepatah Arab mengatakan, "Waktu adalah pedang". Dalam kasus ini, kita perlu menggunakan waktu sebaik mungkin. Jangan sampai waktu kita terbuang tak berguna. Karena jika tidak bisa menggunakan waktu, maka waktulah yang akan menghunus kita sendiri.
Menyia-nyiakan Bonus Demografi?
Masa muda bisa dibilang menjadi tahap keemasan bagi manusia. Survei dari Badan Pusat Statistik mengungkapkan bahwa usia produktif seseorang terjadi pada usia 15-49 tahun. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif dari umur 15-29 tahun, mencapai 62 juta orang. Atau dalam kata lain, Indonesia tengah memasuki bonus demografi mulai tahun 2016 hingga 2040 mendatang.
Momentum ini perlu dimanfaatkan dengan baik. Indonesia membutuhkan pemuda yang bisa mengembangkan daya kreativitas dan produktivitas. Sehingga bisa menciptakan suatu karya, menemukan inovasi, dan mengukir prestasi yang dapat memajukan bangsa Indonesia.
Namun ini semua tergantung bagaimana diri seseorang dalam memanfaatkan waktunya. Jika kita menggunakan seluruh waktu untuk bermain Mobile Legend, pastinya tidak akan bisa memanfaatkan peluang itu. Artinya, kita sama saja menyia-nyiakan bonus demografi tersebut.
Pada dasarnya semua naluri manusia memang sama. Kita pasti menyukai game online seperti Mobile Legend yang asyik, seru, dan kaya dengan tantangan. Namun kita perlu mengontrol waktu supaya tidak kecenderungan dalam bermain. Seperti pepatah Arab tadi, apabila tidak bisa mengontrolnya, maka Mobile Legend-lah yang akan membunuh kita.
Usai kejadian nahas yang menimpa teman saya, ia bertanya mengapa saya tidak ikut menginstal Mobile Legend. "Untuk apa menginstal permainan di smartphone, jika di dalam al-Qur'an sudah jelas disebutkan bahwa hidup di dunia ini hanyalah permainan," begitulah jawaban saya. [Mahfud]
KOMENTAR