Judul Film: Imperfect
Sutradara: Ernest Prakasa
Produksi: Stravision
Durasi: 113 menit
|
Agaknya Naomi Wolf menemukan cantik hanya di ambang mitos dan hampir saja menjadi sebuah kebohongan. Pasalnya kecantikan tidak ubahnya piala yang diperebutkan demi indikator yang sama sekali tidak baku. Pantas saja kata relatif selalu mengekor dibalik kata cantik, molek dan ajektiva lainnya.
Namun, sedikit pun tidak mengurangi pamor piala kecantikan tersebut. Alih-alih skeptis, hampir setiap perempuan mencibir bayangan gendut, hitam, pendek, dan pantulan yang dianggap 'tidak sempurna' di balik cerminnya.
Imperfect, film garapan Ernest Prakasa ini membungkus mitos kecantikan dalam seri komedi keluarga. Film ini mengisahkan tentang perempuan yang terjebak iming-iming kesempurnaan. Segala hal menjadi 'seperti' sangat bernilai hanya jika prestise tersebut terpenuhi. Konsekuensinya, mereka yang dianggap 'tidak sempurna' tidak mendapatkan bangku, apalagi kesempatan.
Baca Juga: Mencari Pejuang Kebenaran
Film ini menceritakan tentang tokoh Rara yang diperankan Jessica Milla. Ia anak pertama dari pernikahan Ibu Debby (Karina Suwandi) dan Pak Hendro (Kiki Narendra). Rara lahir mewarisi gen ayahnya, ia memiliki bentuk tubuh gempal, berambut keriting, berkulit hitam dan hobi makan. Berbanding terbalik dengan adiknya, Lulu (Yasmin Napper) yang mewakili gen ibunya yang dulunya adalah seorang model. Tubuhnya langsing, rambutnya lurus, dan berkulit putih.
Seperti yang sudah menjadi adat, Rara selalu dibanding-bandingkan dengan Lulu sejak kecil, baik itu ibunya, atau teman-teman ibunya sesama model. Namun, Rara kecil memiliki 'Ayah Hendro' yang selalu menyemangatinya. Malangnya, ayahnya mengalami kecelakaan tol dan tewas seketika. Sejak saat itu, Rara tak pernah peduli mengenai berat badan dan olokan yang datang padanya.
Ketika dewasa, ia bekerja di sebuah perusahaan kecantikan, bernama Malathi. Ia memiliki sahabat bernama Fey (Shareefa Danish), perempuan tomboi yang easy going dengan penampilan. Mereka berdua cocok karena sama-sama tidak terlalu mempermasalahkan penampilan. Karena itu juga mereka berdua mendapatkan perlakuan sinis dari rekan kerja mereka. Tetapi mereka berdua tetap enjoy menanggapinya.
Baca Juga: Perempuan dan Keterasingan
Semua itu berubah sampai ketika ada manajer perusahan tersebut yang keluar. Rara dianggap pantas menggantikan posisi kosong tersebut, hal itu diutarakan atasannya, Kelvin (Dion Wiyoko). Inilah impian terbesar Rara. Namun, menurut Kelvin untuk mendapatkan posisi tersebut, otak saja tidaklah cukup, penampilan menjadi pertimbangan yang sama besarnya.
Pada waktu yang sama, ada rekan kerjanya yang jelita hampir saja ditunjuk menggantikan posisi tersebut. Akhirnya, Rara meminta waktu satu bulan untuk merubah penampilannya.
Mama dan adiknya sudah barang tentu mendukungnya. Karena selama ini merekalah yang gencar untuk membuat Rara berubah. Tidak demikian dengan kekasih Rara, Dika yang diperankan aktor kondang Reza Rahardian, Dika menerima Rara dengan kondisinya saat itu. Dika mencintai hal yang orang lain anggap 'tidak sempurna' dari Rara. Rencana perubahan Rara membuat Dika sedikit khawatir akan turut merubah kepribadiannya.
Baca Juga: Terlalu Takut
Kekhawatiran Dika teramini. Satu bulan kemudian, Rara berhasil merubah dirinya menjadi 'sempurna'. Rara berubah menjadi 'cantik' yang selama ini diasosiasikan dengan langsing, putih, dan pintar bermake-up. Ia pun mendapatkan jabatan manajernya. Ia juga diterima rekan kerja yang selama ini mengolok-oloknya. Rara mendapatkan semua impiannya. Alih-alih bahagia, disaat yang sama Rara mulai kehilangan dirinya.
Rara selalu sibuk dengan penampilannya. Ia juga mulai meninggalkan Fey, dan memilih bergabung dengan rekan kerjanya yang dulunya selalu mencacinya. Rara jelita terlalu sibuk sehingga membuat hubungannya dengan Dika merenggang. Dika merasa hampir tidak mengenal Rara.
Keadaan menjadi makin runyam ketika perusahaan Malathi tidak mengalami peningkatan apapun dibawah manajerial Rara. Dalam rapat yang berlangsung, Rara jatuh pingsan, belakangan diketahui bahwa ia kekurangan asupan nutrisi karena program dietnya. Rara merasa sangat terpukul, ia merasa satu-persatu menghilang dari kehidupannya. Ditambah Lulu, adiknya, kepergok berduaan dengan Dika dalam sesi pemotretan.
Baca Juga: Memahami Negara Khilafah Melalui Gus Dur
Kesalahpahaman tersebut membuat Rara bertengkar dengan Lulu dan pecahlah semua kemarahan Rara, tentang anggapannya bahwa ia dianaktirikan oleh ibunya karena ia dianggap 'tidak sempurna'. Sampai disini, konflik tersebut menemui puncaknya.
Ibunya menyadari bahwa ada hal yang sangat perlu dijelaskannya. Ibu Debby memperlihatkan perutnya kepada kedua anaknya. Ada bekas jahitan operasi caesar yang diperoleh sewaktu melahirkan Rara. Ibu Debby mengorbankan karir modelnya demi anak pertamanya yang saat itu berbobot sangat berat. Inilah alasan mengapa ibunya selalu menuntut kedua putrinya untuk menjaga penampilannya. Akhirnya, mereka menyadari bahwa apa yang selama ini dianggap sempurna tetap saja tidak dapat mengantarkan kebahagiaan.
Dari titik ini, Rara mulai membangun kehidupannya kembali. Mulai dari kinerjanya, persahabatannya dan hubungannya dengan Dika. Perjalanan hidupnya membawa Rara pada kesimpulan bahwa menjadi tidak sempurna itu tidak menjadi masalah, dan 'tidak sempurna adalah bagian lain dari kesempurnaan itu sendiri'. Gagasannya ini ia tuangkan dalam projeknya yang kemudian mengantarkannya pada kesukesan. Melalui projeknya, ia ingin mengatakan bahwa cantik tidak harus selalu 'sempurna' dan bagian terpenting dari kecantikan ada di dalam hati.
Baca Juga: Belajar dari Sufi Gila
Film ini sukses mengemas problematika sosial yang ada dikehidupan sehari-hari. Mulai dari insecure, karakter narsistik para naravloger sampai peliknya industri kecantikan. Peran serta komika layaknya Uus, Kiki Saputri, Zsazsa Utari, Aci Resti, Neneng Wulandari turut mewarnai film tersebut. Sampai di sini, Ernest berusaha menghadirkan realita sosial yang ada dimasyarakat.
Cantik tidak harus sempurna. Esensi kecantikan ada pada perubahan yang diakibatkannya. Seperti kata Naomi Wolf dalam bukunya The Myth of Beauty, "Saya menyimpulkan, musuh kita bukanlah lipstik tetapi rasa bersalah. Kita berhak mempunyai lipstik jika kita menginginkannya, dan kebebasan berbicara. Kita berhak terlihat sensual dan serius, atau apapun yang membuat kita senang. Kita ditakdirkan untuk memakai sepatu cowboy dan membangun revolusi kita." [Adha]
KOMENTAR