Judul Buku: Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Penulis: Muhibbin M. Dahlan
Penerbit: ScriPtamanent
Tebal: 318 halaman
|
Novel ini menyorot lorong gelap hidup perempuan yang berusaha mencari eksistensi diri. Bukan eksistensi manusia dalam lingkar keduniawian, melainkan keberadaannya sebagai makhluk Tuhan.
Mengisahkan tentang seorang mahasiswi salah satu universitas di Yogyakarta bernama Nidah Kirani. Ia seorang perempuan cerdas yang tertarik mendalami Islam lebih dalam.
Ketertarikan tersebut mengantarnya pada kelompok kajian keislaman di Masjid Tarbiyah Yogyakarta. Di sana ia diajari doktrin-doktrin Islam yang sebelumnya tidak diketahui.
Namun, bibit-bibit kekecewaan muncul ketika dalam perjalanan hijrahnya, banyak hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi Nidah Kirani. Pertemuannya dengan Dahiri, salah satu anggota forum kajian keislaman, mengawali kisah Kirani yang penuh pergolakan.
Awalnya, Kirani memang meyakini bahwa bergabung dengan kajian keislaman dapat menjembataninya menuju syariat Islam yang ia citakan. Namun, sebaliknya. Beberapa ajaran jemaat tersebut bertolakbelakang dengan keyakinan yang bercokol dalam dirinya. Salah satunya adalah pernyataan yang tertulis di halaman 72, "Kita boleh berbohong sepanjang berkaitan dengan kepentingan Islam dan kerahasiaan perjuangan, bahkan boleh menipu, mencuri, merampok, menjual barang-barang pribadi maupun melacur. Ini jihad bukan foya-foya. Dan Allah Maha Tahu itu semua."
Ruang dakwah yang dirasanya semakin sempit dan hambar, membawanya pada keputusan bahwa ia harus kembali ke kampung halamannya di Wonosari. Sayang, ajaran yang dibawanya dilabeli sesat oleh masyarakat setempat. Mengetahui hal tersebut, ia kembali lagi kepada kelompok jemaatnya di Yogyakarta. Namun, tetap saja tidak ada perubahan yang dirasa di dalam batinnya. Kembali, ia menelan pil pahit bernama kenyataan.
Kirani di ambang jalan buntu. Ia buta dalam segala hal yang berkaitan dengan ajaran jemaatnya. Berbagai pertanyaan dan protes menyeruak dari kepalanya. Namun, tetap saja ia tidak menemukan titik terang.
Ia menganggap alasan dirinya hidup selama ini diabdikan untuk menghamba kepada Tuhan, menyucikan diri, dan berjihad di jalan-Nya. Akan tetapi anggapan tersebut terantuk kekecewaan dan patah hatinya kepada Tuhan.
Kirani berada di lorong tergelap dalam hidupnya. Tarikan pergolakan dalam dirinya memaksa ada pada titik pembalikan. Ia pun memutuskan jadi seorang pelacur.
Kisah Nidah Kirani menggambarkan dengan jelas perjalanan manusia mencari kebenaran dalam titik absurditas. Bagaimana hidup, meski sudah dipersiapkan dengan matang, selalu dalam warna ketidakjelasan.
Albert Camus pernah mengungkap bahwa hubungan antara manusia dengan dunia yang tidak jelas. Sebab keinginan manusia yang tidak sejalan dengan kehidupan. Satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian.
Dalam hidup, manusia selalu mencari eksistensi dirinya. Eksistensi hadir ketika ia memberontak terhadap absurditas. Jadi, ketika manusia dirundung banyak masalah hidup, mereka akan menggunakan rasionalitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Namun, ketika akal sehat sudah tidak mampu memberi jalan keluar, manusia akan terperosok lubang hitam kehidupan.
Dalam hal ini tokoh utama dalam novel Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur! melakonkan bagaimana titik absurditas benar-benar menghampiri hidupnya. Di sudut lain, novel ini juga menukil tentang perkembangan kelompok atau lembaga berlabel Islam yang perkembangannya tidak dibarengi dengan kualitas ilmu keislaman yang memadai.
Diakui, kelompok keislaman tersebut menyasar anak-anak muda, utamanya mahasiswa. Bukan tanpa alasan. Pada usia tersebut pencarian jati diri dan makna hidup seorang individu sedang membara. Pada titik kebimbangan dan pencarian eksistensi, ideologi yang dibawa kelompok keislaman tersebut lebih mudah masuk dan diterima.
Kekritisan yang dimiliki generasi muda harusnya mampu meredam perkembangan ideologi yang tidak sejalan dengan Pancasila dan norma masyarakat. Well, biar bagaimanapun pilihan hidup akan selalu datang. Keterasingan tidak selalu dapat dihindari. Tapi pilihan untuk tetap eksis dalam keterasingan akan selalu ada.
Novel dengan judul yang begitu sensualitas Tuhan! Izinkan Aku Menjadi Pelacur, tentunya akan menimbulkan berbagai spekulatif bagi yang membacanya. Namun, secara kesuluruhan cerita novel ini sangat menarik karena menyorot kisah perempuan dari sisi yang berbeda. begitupun dengan rentetan peristiwa yang terjadi disetiap alurnya, begitu dekat dengan kehidupan sosial saat ini. Alur cerita yang begitu runtut dan bahasa yang digunakan memudahkan bagi pembaca, tetapi tidak mengurangi sisi keidahan tulisannya. Novel ini cocok untuk dibaca usai 17 lebih, dimana usia fase pencarian jati diri sangat relevan dengan isi ceritanya.
Bagi pembaca novel ini mestinya tidak menelelan mentah-mentah isi cerita, dimana pada akhirnya Kirani memutuskan menjadi pekacur dengan berbagai alasan, tetap saja tidak bisa dibenarkan. Perlu adanya pemahaman lebih untuk mengambil moral velue dari novel ini. Tentunya novel ini tidak bisa dibaca oleh semua kalangan terutama pada anak-anak, karena isi cerita dan perlunya pemahaman untuk membacanya. [Gita]
KOMENTAR