SEJAK pandemi virus corona (Covid-19) menyerang Indonesia pada 2 Maret lalu, sejumlah tindakan preventif dilakukan pemerintah. Kebijakan physical distansing dan anjuran untuk berdiam diri di rumah yang diterapkan berdampak pada aspek kehidupan masyarakat. Aktivitas sosial seperti sekolah dan bekerja dialihkan menjadi jarak jauh dengan sistem online.
Pandemi corona telah menyerang 209 negara di dunia. Hingga awal Mei (02/04), menjangkit sebanyak 10.843 jiwa dan membunuh 831 jiwa di Indonesia dalam kurun waktu enam minggu, terhitung dari pertengahan Maret.
Menghitung jumlah korban yang terus meningkat setiap harinya, hingga hari ini sudah tidak ada negara yang bisa lari dan meremehkan pandemi global ini. Demi memutus mata rantai penyebaran virus corona sejumlah negara memutuskan kebijkan seperti pyhsical distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan lockdown.
Karena pembatasan ini, kita menjadi berada pada krisis sosial dan terjebak dalam sosial virtual. Setiap harinya pola kehidupan kita hanya meraba-raba layar gadget dan entah sampai kapan hal ini akan berakhir. Kita dipaksa untuk mengubah kebiasaan, tradisi dan ritual keagamaan kita. Salah satunya bulan Ramadan yang dijalankan seluruh musim di dunia saat ini.
Baca Juga: Survive Karantina Hingga Akhir Tahun, Mampukah?
Bulan Ramadan menjadi momentum yang paling ditunngu-tunggu oleh umat muslim. Lantaran bulan Ramadan dianggap sebagai bulan suci yang penuh berkah. Umat muslim berlomba-lomba melakukan kebaikan karena pahala di bulan ini akan dilipatgandakan. Bahkan beberapa ritual ibadah juga khusus dilakukan di bulan Ramadan yang tidak ada pada bulan lain seperti salat tarawih dan zakat fitrah.
Namun tahun ini umat muslim di dunia harus menjalankan ibadah bulan Ramadan di tengah pandemi covid-19. Di mana hal ini mengubah tradisi rutin masyarakat kita dalam menjalankan ritual keagamaan. Berbagai kegiatan sosial keagamaan di bulan ini terpaksa harus dibatasi.
Di Indonesia sendiri, Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa terkait panduan ibadah Ramadan selama masih ada pandemi Corona. Beberapa daerah yang dianggap relatif aman terhadap risiko penyebaran virus atau zona hijau masih dibolehkan mengadakan salat tarawih berjamaah di masjid. Bagi yang masuk zona merah dan kuning, dilarang melaksanakan salat di masjid atau musala.
Baca Juga: Ngabuburit; Dari Budaya Hingga Gengsi Sosial
Dampak pandemi terhadap tradisi atau kegiatan Ramadan di masyarakat memang kompleks. Tadarus Al-Qur'an yang setiap sore menjelang puasa kita dengar melalui spiker masjid, untuk saat ini sudah jarang terdengar. Pasalnya banyak yang melakukan dirumah masing-masing sesuai imbauan dari pemerintah.
Kegiatan amal seperti berbuka puasa bersama sejumlah orang yang membutuhkan maupun rekan kerja, saat ini digeser dengan mengirimkan makanan yang untuk berbuka ke rumah warga atau masyarakat yang membutuhkan oleh petugas. Kebiasaan zakat yang disalurkan dalam bentuk langsung kini dialihkan ke lembaga amil yang terpercaya secara online.
Kemudian umat muslin juga diimbau terkait pelaksanaan pengajian yang rutin digelar secara langsung selama bulan Ramadan kini diganti menjadi pengajian online. Kebiasaan ngabuburit untuk menunggu waktu berbuka sekaligus momen silaturahmi bersama keluarga, teman maupun rekan kerja sudah tidak bisa dilakukan. Karena imbauan untuk membuat kerumunan kini diganti dengan video call menjadi solusi untuk mengobati rasa rindu karena tidak memungkinkan bertatap muka secara langsung.
Meskipun kita sekarang sedang dikarantina akibat kondisi mencekam di tengah pandemi ini, namun ibadah tetaplah ibadah yang mesti kita laksanakan sebagai bentuk keimanan serta keislaman kita. Kualitas ibadah tidak ditentukan oleh tempat melainkan keikhkasan, kekhusyuaan dan kesucian jiwa.
Baca Juga: 33 Aktivitas yang Dilakukan Orang di Bulan Puasa
Kita semua sama, sedang hidup di mode bertahan, di tengah situasi yang belum pernah kita bayangkan maupun persiapkan sebelumnya. Kita harus melawan sedikit-demi sedikit kebingungan dan tekanan yang kita hadapi dan melakukan selangkah demi selangkah hal yang membantu kita tetap merasa hidup.
Kita bisa membuat waktu yang kita miliki memiliki kualitas yang lebih baik selama menjalankan ibadah puasa. Kita bisa menjalankan berbagai anjuran ibadah di Bulan Ramadan ini dengan akses yang paling dekat yakni akses jarak jauh maupun ruang virtual.
Meskipun sulit menjalankan ibadah di tengah pandemi covid-19 ini, namun berpikir revolusioner bahwa pandemi ini bukanlah hal yang membuat kita terjebak dalam kebingungan dan stres karena isolasi diri. Ada banyak hal yang bisa dilakukan saat bulan Ramadan meski #dirumahaja, tetap lalukan hal positif karena itu juga bagian dari ibadah. Selamat menjalankan ibadah puasa.
[Gita Fajri]
KOMENTAR