gambar: http://mentalfloss.com |
“Kita adalah manusia-manusia yang mendorong negara ke kancah peperangan dan meraih kemenangan,” seru Mussolini.
Pasca Perang Dunia Pertama, Italia mengalami krisis ekonomi di mana hutang negara bertumpuk dan ratusan ribu rakyatnya menganggur. Hal tersebut kemudian yang melatarbelakangi lahirnya fasisme. Sebagai negara pemenang perang, Italia ternyata mengalami kegagalan dalam mendapatkan pembagian wilayah di Afrika Utara. Sehingga pada akhirnya, Mussolini yang pada saat itu menjadi tokoh Partai Sosialis dan pemimpin koran Avanti datang menawarkan satu gerakan perubahan.
Awalnya, gerakan fasis yang diusung Mussolini hanya berupa kelompok aksi ultranasionalis. Gerakan ini dinamakan Fasci d’ Azione Rivoluzionarea (kelompok pemuda yang ingin perang). Dengan simbol "Fasces" yang diadaptasi dari zaman Romawi kuno dan melambangkan hukum juga kekuatan. Sedang salamnya diambil dari gaya legiun Roma, legiun d’ Annunzio, yaitu lengan tangan kanan naik.
Muussolini mengusung kampanye Italia Raya sama seperti Imperium Romawi yang tercetus dalam konsep Italia, la Prima di masa kejayaannya. Propaganda ini laris termakan oleh rakyat. Dalam romantika masa lalu, wilayah Italia terbentang dari Negara Italia, Laut Mediterania, Afrika Utara, sampai Ethiopia.
Baca Juga: Pasca Perang Politik dan Filsafat 'Maaf'
Tercatat dalam Compendio di Statistica Ellettorale, pada tahun 1921 Partai Fasis berhasil menduduki parlemen dengan raihan 35 kursi. Dalam tulisan Hugh Purcell yang berjudul "Fascism: People and Politics", mengatakan bahwa Mussolini menggunakan metode menyusun fasis-nya menjadi angkatan perang politik. Bersifat privat dan beroperasi di luar parlemen dengan mengintimidasi lawan untuk mendapatkan kekuasaan. Pun dalam sepak terjangnya, mereka tak segan menghancurkan lawan politiknya dengan cara membuat rusuh hingga membunuh. Sebab, partai ini mengandalkan unit pasukan khusus bernama "Squadirsti".
Pertumbuhan Fasis yang cukup pesat membuktikan bahwa Mussolini cakap dalam mengorganisasi. Itu terbukti dengan dilantiknya ia sebagai Perdana Menteri termuda Italia, yakni di usia 39 tahun pada 30 Oktober 1922. Sehingga menjadikan Mussolini mendapatkan gelar kehormatan dari rakyatnya, "Il Duce" yang berarti "sang pemimpin".
William Ebenstein dalam "Today's Isms" menyebutkan bahwa Mussolini memerintah secara totaliter dengan ciri: sangat nasionalis chauvinistik, rasialis, militeris, dan imperialis. Dengan tangan besinya, selama Partai Fasis berkuasa, Italia menjadi negara yang stabil tanpa unjuk rasa atau mogok kerja. Namun, ketertiban umum harus dibayar dengan kehilangan kebebasan berpendapat. Untuk terus memajukan negaranya, Mussolini menganggap bahwa pengaruh suatu bangsa sangat bergantung pada kekuatan demografi. Alhasil, pertumbuhan penduduk terus digenjot agar menghasilkan generasi baru Italia.
Untuk mendapatkan bonus demografi, Mussolini menerapkan sistem pajak bagi para bujangan dan tunjangan untuk para ibu. Usahanya berhasil. Dalam catatan kependudukan, menunjukkan dari 93 wanita melahirkan sekitar 1300 orang anak. Kualitas sumber daya manusia maningkat. Terlihat dari munculnya kekuatan baru di bidang olahraga, meskipun para atlitnya bermain dalam bayang-bayang ancaman. Setelah kuat di dalam negeri, pemerintahan fasisme mulai gencar melancarkan politik ekspansi ke berbagai daerah.
Langkah pertama yakni dengan menginvasi Ethiopia. Alasannya, negara tersebut masuk dalam mandala Italia Irredenta. Dari segi ekonomi, Italia pun membutuhkan bahan mentah yang harus diambil dari Ethiopia. Semakin bertambahnya penduduk Italia, ruang hidup yang dibutuhkan semakin banyak.
Italia di bawah komando Marsekal Badoglio, mampu menaklukan Ethiopia dalam kurun waktu tujuh bulan. Tepatnya pada tanggal 5 Mei 1936, Italia mampu menduduki Ethiopia. Pemimpin Ethiopia pada waktu itu, Kaisar Haile Salassie melarikan diri ke Inggris karena invasi yang dilakukan Italia. Pada akhirnya, Liga Bangsa-Bangsa menegur agresi tersebut dan dijawab langsung oleh Italia dengan keluar dari keanggotaan organisasi.
Dalam perang saudara di Spanyol, Italia juga melibatkan diri dalam membesarkan pengaruhnya di Eropa. Dengan menyokong tokoh Fasisme, Jenderal Francisco Franco ingin melakukan pemberontakan terhadap Partai Komunis yang dipimpin oleh Manuel Azana. Hal tersebut dilakukan Italia dengan turut campur dalam kisruh politik Spanyol. Aksi ini dilakukan guna mencari sekutu Fasis, juga menjadi langkah awal dalam memfasiskan seluruh Eropa.
Memang tidak dapat dipungkiri, di dalamnya juga terselubung motif kekuasaan yang dibawa oleh Italia. Melihat letak Spanyol yang strategis, membuat Mussolini ingin menjadikannya sebagai laut Italia, sebagaimana halnya pada zaman Imperium Romawi.
Baca Juga: Membincang Para Pecundang di Bumi Pertiwi
Pengalaman memenangkan perang kecil di Ethiopia membuat Mussolini jumawa. Keberhasilannya mampu menginspirasi Adolf Hitler, yang akhirnya mendirikan Partai Nasionalis Sosialis, NAZI di Jerman. Pada perang Dunia II di tahun 1939, Italia tergabung dalam blok poros bersama Jerman dan Jepang. Sedangkan lawan yang dihadapinya ialah blok sekutu. Terdiri dari Inggris, Perancis, Uni Soviet, Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya.
Sebenarnya, Italia belum siap menghadapi perang besar. Menjelang pecahnya Perang Dunia II, Italia masih mengandalkan persenjataan sisa-sisa Perang Dunia Pertama. Senapan yang digunakan merupakan senjata buatan tahun 1819, bahkan tidak diganti hingga akhir Perang Dunia II.
Di awal Perang Dunia II, Italia yang bertempur di Front Balkan dan Afrika Utara justru keok di mana-mana. Berbeda dengan Jerman yang memenangkan perang di berbagai front pertempuran di Eropa. Jepang juga menjadi negara yang digdaya di Asia Timur Raya. Hingga pada 9 Juli 1943, Sekutu berhasil memasuki Italia melalui jalur pulau Sisilia. Mussolini goyah dan berada di ambang kejatuhan. Blok poros pun kalah telak dari Sekutu. Pada 28 April 1945, Mussolini menyamar untuk melarikan diri ke Swiss. Akan tetapi berhasil dikenali dan ditangkap kaum partisan komunis.
Mussolini dihukum mati, mayatnya beserta sang kekasih Clara Pettaci dibawa ke Milan. Sesampainya di tengah kota, mayat Mussolini digantung dengan posisi kepala di bawah. Dahulu, Milan menjadi tempat pertama kali Mussolini meneriakkan kalimat yang berapi-api di hadapan lautan massa pemuja kejayaan Fasisme. Kemudian, berakhirnya hidup Mussolini juga menandai akhir dari rezim Fasisme di Italia.
[YenPU]
KOMENTAR