
"Besok kalian beli buku ini ya, buat pegangan pas belajar di luar kelas," perintah salah satu dosen yang mengajar di kelas saya.
Salah satu teman saya yang maniak buku menjawab, "Kalau pdf boleh, Pak? Saya soalnya sudah punya e-booknya," tanyanya kepada dosen itu.
Dosennya menjawab, "Yang buku saja, ya, e-book kadang beda sama buku aslinya. Apalagi kalau penerbitnya tidak jelas," tegas dosen tersebut.
Apa yang terjadi kepada teman saya mungkin juga dialami oleh para mahasiswa lain di luar sana. Di mana sebagian dosen tidak mau menerima referensi yang berbau digital. Entah itu buku elektronik ataupun mengambil refensi dari website. Mereka beranggapan bahwa data apapun yang ada di internet kurang akurat. Terutama apabila sesuatu itu dicantumkan dalam bab daftar pustaka. Meskipun data dalam konten tersebut tidak diragukan kebenarannya.
Baca Juga: Indeks Dosen Favorit FUHum I
Terlebih mereka melihat banyak sekali informasi sampah yang tersebar di internet. Hal ini menjadikan alasan mereka semakin kuat. Menganggap buku konvensional adalah sumber satu-satunya yang paling akurat. Padahal buku-buku tersebut juga tersedia dalam bentuk digital. Hanya tinggal klik "download" buku tersebut menjadi milik kita. Tanpa harus pergi ke toko buku membeli bentuk cetaknya.
Bagi kita, cara tersebut memang mudah. Namun yang terjadi adalah mereka tetap menganalogikan internet sebagai danau kecil, sedangkan buku adalah samudera tanpa batas. Alasan tersebut akhirnya membuat mereka terkadang menyalahkan generasi milenial.
Hal itu mengakibatkan generasi sekarang membenci tindakan mereka yang demikian. Menggunakan cara-cara lama, tanpa mencoba melihat dan memahami bagaimana cara berpikir generasi saat ini. Tidak hanya dalam hal bentuk sebuah buku tetapi juga bagaimana mereka menghadapi generasi saat ini. Sehingga, terasa sia-sia internet itu diciptakan.
Kita Akan Dibenci
Apa yang dirasakan generasi milenial saat ini, bukan tidak mungkin akan dirasakan anak-anak kita di masa yang akan datang. Dampaknya sama, mereka juga akan membenci cara-cara kita.
Betapa tidak? ketika zaman semakin maju maka teknologi akan semakin berkembang. Generasi yang sedang dalam masa pertumbuhan pada waktu itu akan memiliki cara berpikir yang lebih praktis dari generasi sebelumnya. Apabila kita masih terbiasa menutup diri, seakan tidak mau melek teknologi, bukan tidak mungkin kita akan tertinggal. Padahal praktisnya cara berpikir mereka dapat menjadi potensi yang baik. Entah nantinya mereka mampu meningkatkan teknologi, membuat masalah mereka lebih sederhana, bahkan hingga peluang bisnis. Tentunya segala potensi tersebut menguntungkan mereka diri sendiri.
Baca Juga: Indeks Dosen "Killer" FUHum I
Seperti penggunaan e-book dan buku cetak seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Tidak hanya itu, hal serupa juga terjadi saat orangtua ragu untuk memberikan kepercayaan pada anaknya yang ingin belajar melalui aplikasi maupun situs-situs online. Menganggap bahwa bimbingan belajar di dunia nyata lebih efektif daripada di dunia maya. Kemudian memaksa mereka mengikuti cara lama. Padahal, dunia maya tidak selalu membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia.
Sebenarnya, tidak salah bila menyarankan mereka yang punya pikiran lebih praktis untuk mengikuti cara lama. Akan tetapi, mengapa tidak coba untuk menghargai praktisnya cara mereka? Membiarkan mereka memilih jalannya sendiri. Sedangkan kita hanya memantau kemudian membantu mereka menyelesaikan masalah. Jika tidak, bukan tidak mungkin mereka akan membenci kita.
Menjadi Penengah
Mantan Wakil Walikota Mataram, Mohan Roliskana berkata bahwa guru harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, agar anak-anak semakin aktif dan kreatif. Bahkan menurutnya, metode pembelajaran yang lebih baik dan efektif, anak-anak bisa menyerap proses belajar dengan baik pula. Saat ini, guru memiliki peran yang penting dan strategis. Karena itu mereka dituntut untuk memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Sebab, saat ini anak-anak tidak hanya membutuhkan nasihat, melainkan juga keteladanan.
Bukankah memang begitulah jalan yang baik? Dengan memberikan contoh yang baik pada mereka dengan tetap memantau setiap jalan yang mereka ambil. Maka, agar tidak dibenci oleh generasi kita yang akan datang, perlu memahami cara-cara mereka. Dengan tidak menganggap diri kita paling benar, hanya karena kita memiliki lebih banyak pengalaman dibanding mereka. Alangkah baiknya apabila pengalaman tersebut diterapkan sesuai dengan zamannya.
Dengan menerapkan cara-cara itu, setidaknya dapat meminimalisir adanya kebencian generasi yang akan datang. Sama seperti kita, mereka hanya butuh dihargai. [Swah]
Artikel Terkait
5 Tipe Dosen di UIN Walisongo
5 Hal yang Bisa Kamu Lakukan Ketika Dosen Datang Terlambat
Menggugat Dosen Pemberi Tugas Makalah
KOMENTAR