![]() |
Sumber: Istimewa |
Media sosial yang menjadi ruang kebebasan dalam menyampaikan pendapat, terkadang tidak luput dari manipulasi. Kita sebagai konsumen, perlu memverifikasi konten yang ada. Agar tidak menjadi korban hoaks dan disinformasi.
Baca Juga: Candu Medsos Setingkat dengan Candu Narkoba, Benarkah?
Di tengah Pandemi Covid-19 ini, media sosial Di tengah Pandemi Covid-19 ini, media sosial juga ramai menampilkan informasi seputar hal tersebut. Mulai dari teori konspirasi, oknum di balik corona, hingga penemuan obat herbal untuk mencegah penyebarannya. Informasi yang masih samar tak jarang pula dijadikan konten didalam platform digital.
Berbagai informasi yang masih bias kerap kali membuat resah bahkan menjadi kontroversi. Seperti konten vidio YouTube musisi Anji mengenai penemuan obat Covid-19. Pasalnya riwayat pendidikan medis dari narasumber belum jelas sehingga otoritas keilmuannya masih diragukan. Alhasil selain konten tersebut di-take down, narasumber beserta YouTuber dalam vidio wawancara juga dilaporkan ke Polda Metro Jaya karena dianggap menyebarkan berita bohong (Tirto.id, 04/08/20).
Kasus di atas dapat dijadikan pembelajaran bagi semua orang agar lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Terutama bagi influencer untuk mempertimbangkan membuat konten. Karena dapat berdampak menggiring opini publik. Apalagi konten berisikan Covid-19 yang nyaris seluruh elemen masyarakat dunia merasakan dampaknya. Alangkah baiknya, influencer mengusung konten bernilai positif yang dapat memberikan edukasi kepada masyarakat.
Baca Juga: Negara dan Platform Media Sosial
Meski begitu, kembali kepada pribadi masing-masing. Apakah ingin tetap menjadi konsumen yang menelan mentah-mentah suatu informasi ataukah konsumen kritis yang melakukan verifikasi terlebih dahulu. Media sosial memang tempat berekspresi bagi siapapun. Namun apabila menyampaikan pendapat, haruslah memperhatikan kapasitas pengetahuan yang kita miliki. Tidak semua hal dapat kita komentari. Jangan sampai hanya ingin terlihat eksis, kita berujung menggiring publik ke dalam jurang informasi yang palsu.
[Rida Fahima]
KOMENTAR