
Ada ungkapan peribahasa yang menarik dari Habib Syekh, yang pernah diucapkan oleh Mbah Misbah, Jawa Timur;
"Katah gabus podho ngambang ing banyune, watu item iku kelem sak mestine. Nanging bakal ono gabus podo kelem, watu item dikon kelem ora gelem. Ilang-ilang turut dalan koyo kewan, wong kang ora melu edan gak keduman."
Maksud dari syair di atas, gabus (spons) yang kemambang (terapung) di permukaan air ini sudah biasa. Ini sebagai pengibaratan bahwa zaman sekarang ini banyak Kiai yang ilmunya sedikit, tapi banyak yang muncul berada di atas. Tapi watu item, yakni Kiai yang di kampung, mengajarkan bagaimana cara salat yang sah, membaca alif ba ta, bersuci yang sah, malah tidak mau di atas. Para kiai watu item ini lebih memilih bersembunyi di bawah agar tidak dilihat oleh umum.
Tapi akan ada saatnya watu item yang bersembunyi tadi disuruh tenggelam tidak mau. Kiai-kiai yang biasanya naik sepeda ontel itu nanti pada waktunya bakalan naik ke permukaan. Semua keluar dari persembunyian dan mengajak umatnya, mengajari bagaimana caranya salat yang baik, ngaji yang benar, wudhu yang sah, dan lain sebagainya.
Kalau zaman sekarang, masih banyak orang yang pintar, tapi tidak salat, tidak menjalankan ibadah. Makanya sekarang ini umat harus pintar mencari Kiai atau ustaz.
Bukan hanya melihat dari kepandaian yang mereka bicarakan. Karena kenal dari akun Facebook, Instagram, atau Youtube, lalu terpikat dan asal saja membenarkan dan mengikutinya. Umat juga dituntut harus lebih cermat dalam berguru.
Pesan Kiai Anwar Zahid; Kalau mau mencari ustaz, carilah ustaz kanan, jangan ustadz kiri. Menurutnya, kalau ustaz kanan ini, belajar agama dari hasil membaca kitab kuning yang cara membacanya dari kanan dan diajarkan oleh orang yang alim. Sedangkan ustaz kiri ini, belajar online dengan modal terjemahan dari Syekh Google.
Poinnya, orang yang mau belajar agama, ikutilah para ulama kiai-kiai kanan. Beli kitabnya jangan dari penjual kitab yang jongkok di pinggir jalan, ditaruh di bawah, ini berbahaya. Nanti, jangan-jangan judulnya yang dibeli "Bagaimana Cara Memikat Cewek Cantik". Hal ini yang sangat disayangkan, gara-gara belajar agama tapi tidak sesuai pada tempatnya. Akhirnya hasilnya salah kaprah, seperti anak-anak zaman sekarang ini. Mungkin. [A]
Artikel Lain:
Tekstualitas Dakwah Islam dalam Tayangan Televisi
Muslim dan Perbincangan tentang Kebenaran
"Azab" Hanyalah Skenario Buatan Manusia
Belajar dari Sufi Gila
Filosofi Sarung
KOMENTAR