![]() |
Dok. Istimewa |
Asian Value, suatu nilai budaya di Asian yang bertujuan untuk mengimbangi budaya bangsa Barat. Negara-negara yang tergolong menerapkan Asian Velue seperti Cina, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand. Nilai ini meliputi beberapa bidang misalna, politik, etos kerja, tradisi disiplin, frugal, Pendidikan, kesimbangan antara kebutuhan pribadi dan sosial dan hormat pada otoritas yang berkuasa. Meskipun demikian, tidak semua negara di Asia menerapkan nilai tersebut dalam perilaku yang sama. Istilah ini populer setelah disebut dalam podcast Pandji Pragiwaksono.
Dari segi filosofi dan spiritual negara di Asia memiliki beberapa kepercayaan yang sudah dikenal oleh masyarakat sejak dahulu seperti Hindu, Budha hingga Taoisme. Dari nilai spiritualisme ini mengandung nilai-nilai etika dan tatanan sosial yang kuat. Sedangkan dari segi kekeluargaan dan komunitas, Asian Velue menjunjung tinggi penghormatan untuk orang yang berkedudukan lebih tinggi atau lebih tua. Di Asia, terutama di negara Indonesia masih kental dengan tradisi gotong royongnya, nilai ini masih banyak kita jumpai pada masyarakat terutama didaerah pedesaan. Kemudian dari segi keseimbangan modernitas dan tradisi, dizaman sekarang saat teknologi semakin maju dan canggih, masyarakat Asia tetap berupaya untuk menyeimbangkan budaya modern dengan kelestarian lingkungan adat mereka seperti kebiasaan beberapa masyarakat yang masih menggunakan daun pisang sebagai alas makan, sering menggunakan alat makan berbahan dasar non plastik misalnya besek.
Meskipun begitu, dengan kondisi yang saat ini semakin maju tantangan dalam mempertahankan nilai-nilai Asia semakin berat. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti, Pengaruh Globalisasi dan Westernisasi semakin kuat melalui media, ekonomi, dan teknologi. Tentunya kondisi ini dapat menggerus nilai-nilai tradisional Asia. Karena masyarakat, terutama generasi muda, yang cenderung lebih tertarik dengan gaya hidup dan nilai-nilai Barat.
Selain itu, Modernisasi dan urbanisasi yang terjadi saat ini mempengaruhi pola pikir masyarakat yang semula memiliki ketergantungan sosial tinggi menjadi lebih individualis. Pada kondisi ini pintu konflik budaya antara generasi tua dan muda akan terbuka. Perbedaan pandangan antara generasi tua dan muda terkait nilai-nilai tradisional Asia rawan menimbulkan konflik. Sehingga, hal tersebut berkemungkinan menimbulkan jurang pemisah antar generasi.
Baca Juga : Membaca Filosofi dalam Fotografi
Tidak berhenti disana perubahan ekonomi yang lebih kapitalis dan konsumtif dapat mengikis nilai-nilai sederhana, kebersamaan, dan keseimbangan hidup yang dianut dalam budaya Asia. Dalam hal informasi di era sekarang masyarakat semakin mudah memperoleh informasi. Akan tetapi, jika informasi yang disebarkan terlalu berlebihan maka akan menyebabkan kekacauan pada masyarakat.
Menghadapi tantangan-tantangan ini, diperlukan upaya yang komprehensif melibatkan pemerintah, lembaga pendidikan, media, dan masyarakat untuk memperkuat identitas budaya Asia dan mempertahankan nilai-nilainya di tengah arus globalisasi.
Sikap yang mencerminkan Asian Velue yang bisa kita cerminkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu penghormatan terhadap orang tua dan usia lanjut, menjaga solidaritas dan kebersamaan dalam lingkungan, mengedepankan keselarasan antara kehidupan spiritual dan material, hidup sederhana dan tidak konsumtif, penghargaan terhadap alam dan tradisi, kesopanan dan kerendahan hati, disipilin dan kerja keras.
Dengan menerapkan sikap-sikap tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melestarikan dan memperkuat nilai-nilai Asia yang berharga di tengah arus globalisasi. [Nurur Fadhila]
KOMENTAR