Kaprodi Pendidikan Matematika, Yulia Romadiastri mengatakan pihaknya telah menjalankan kebijakan penjadwalan sempro selama dua tahun belakangan, tepatnya pada mahasiswa angkatan 2019 dan 2020.
Kebijakan ini, kata Yulia, sebagai upaya percepatan kelulusan mahasiswa yang baru-baru ini diatur oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), yang mengatakan bahwa setiap prodi harus meluluskan mahasiswa sebanyak 40 persen dengan predikat tepat waktu, 8 semester.
Sehingga, lanjutnya, penjadwalan sempro baru dilakukan pertama kali pada angkatan 2019, tepatnya pada Januari hingga Maret 2023.
"Karena memang ketentuan untuk BAN PT itu memang baru. Jadi akhirnya kita upayanya ya itu (penjadwalan sempro)," ujar Yulia saat ditemui kru IDEAPERS.COM di kantornya, pada Senin (29/05/23).
Di sisi lain, terangnya, angkatan selanjutnya juga mengejar target 40 persen kelulusan dengan penjadwalan sempro ini. Ia menyebutkan mahasiswa angkatan 2020 sudah selesai dijadwalkan sempro sejak Maret hingga 31 Mei lalu.
"Terus untuk adik tingkatnya berarti harus lulusnya tahun depan, maka mulailah dari sekarang itu sudah diupayakan untuk mengarah ke sana juga. Karena ini memang nggak bisa mendadak gitu loh," terangnya.
Ia menjelaskan persentase sebanyak 40 persen tingkat kelulusan tepat waktu mahasiswa ini, akan terus dipantau oleh BAN-PT.
Lebih lanjut, pihaknya bertanggung jawab secara penuh terkait kelangsungan akreditasi prodi. Dimana, tambahnya, segala persyaratan akreditasi harus selesai diurus hingga Oktober mendatang.
"Apalagi kami mau akreditasi kan, itu harus mengajukan permohonan akreditasi itu paling engga oktober nanti. Kita (prodi) harus menjaga atau memastikan bahwa semuanya aman, artinya bisa lolos pantauan, sehingga proses akreditasi bisa berjalan," jelasnya kepada kru IDEAPERS.COM.
Tanggapan Mahasiswa
Salah satu mahasiswa Pendidikan Matematika semester 6 (angkatan 2020), Alabretta Zileiha menceritakan proses penjadwalan sempro yang ia alami.
Ia menceritakan bahwa kebijakan ini telah dipersiapkan sejak masih semester 5, tepatnya dalam mata kuliah (makul) Metodologi Penelitian.
Dalam Makul itu, katanya, mereka diberi tugas akhir untuk menentukan judul skripsi dan mulai mengerjakan proposal skripsi untuk uji sempro.
"Saat makul metodologi penelitian, dosen saya meminta untuk segera ngajukan judul, agar segera diberikan dosen pembimbing," ucap Alabretta saat diwawancarai kru IDEAPERS.COM melalui whatsapp, pada Jumat, (02/06/23).
Baca Juga : Penjadwalan Ujian Sempro Jadi Program Percepatan Kelulusan Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Walisongo
Kemudian di semester 6, kata Alabretta, mereka dijadwalkan sempro dalam makul berbeda, yakni seminar proposal. Ia mengungkapkan, jika tahun-tahun sebelumnya mata kuliah tersebut hanya sebagai ajang latihan (simulasi) sempro semata, namun mulai angkatan mereka diberlakukan ujian sempro secara sungguhan dalam makul itu.
Secara teknis, katanya, penjadwalan sempro membagikan mahasiswa semester 6 ke dalam 19 kelompok, dimulai bulan Maret dan berakhir 31 Mei lalu.
"Ada 19 kelompok (sempro), setiap kelompoknya 4 orang, Saya kebagian kelompok akhir di kelompok 16, jadi dapet tanggal 25 mei kemaren," akunya.
Mendekati jadwal ujian sempro, Alabretta menyampaikan harus menyesuaikan waktu dengan tugas-tugas perkuliahan semester 6, bersamaan dengan itu ia juga harus merampungkan proposal skripsi.
"karena kami masih ada mata kuliah lainnya, jadi lebih terasa berat gitu. Karena bertumpukan dengan tugas lain, sedangkan juga harus ngerjain proposal," ungkapnya.
"kalau menurut saya (sempro berjadwal) si efektif tergantung pribadinya sendiri mau atau tidak berusaha maksimal dalam program ini," pungkasnya.
Selain Alabretta, mahasiswa semester 8 Pendidikan Matematika, Halimatus mengaku mendapatkan jadwal sempro di kelompok pertama.
Pembagian jadwal, jelas Halima, dibagi dengan beberapa ketentuan. Ia mengungkapkan giliran kelompok pertama diisi oleh mahasiswa dengan dosbing wakil dekan 1 FST, Pak Saminarto.
Selanjutnya, sambungnya, Kelompok kedua terdiri dari mahasiswa yang inisiatif mengajukan judul proposal skripsi lebih dahulu. Kemudian, katanya, urutan kelompok 3 hingga 19 dijadwalkan secara acak atau diundi.
"Pak sam ini emang minta 'anak bimbingannya saya yang pertama kali' gitu, terus empat orang (kelompok) kedua itu yang ngajuin sendiri yang emang pengen sempro duluan. Terus yang lainnya kocokan-kocokan kayak arisan itu loh, ngambil nomor," jelas Halima saat ditanyai oleh kru IDEAPERS.COM secara online whatsapp, pada Jumat, (02/06/23).
Untuk dapat menyelesaikan proposal skripsi, Halima mengaku mengalami berbagai kendala. Menurutnya, hasil proposal yang ia kerjakan belum maksimal, dan mengalami berbagai revisi berkali-kali dari dosbing.
"Sebulan pertama kuliah (semester 6) aku tuh masih amburadul proposalnya pas itu, ya enggak amburadul banget sih. Pas itu ya sering bimbingan, ya enggak langsung ACC juga kan masih ada yang revisi-revisi," jelasnya.
"Bab 2 dan 3 itu full ngebut, dan bimbingannya by WA soalnya pak sam itu emang lebih ke WA sih, dan waktu itu pak Sam sibuk juga. Kita kirim file nanti dicoret-coret, di screenshoot sama pak sam," ungkapnya.
Secara efektifitas waktu, Ia menilai kelompok akhir seharusnya dapat menyelesaikan proposal skripsi lebih maksimal, dibanding kelompok pertama sepertinya.
Selain itu, program penjadwalan sempro ini, menurut Halimah termasuk efektif. Pasalnya, mahasiswa menjadi terdorong untuk menyelesaikan proposal skripsi sesuai jadwal yang didapat.
"Kayak udah tahu sempro kapan ya harusnya uda prepare jauh-jauh hari, bahkan yang dapet jadwal akhiran harusnya udah perfect," terangnya.
"Efektif sih menurutku cuma ya tergantung dari mahasiswanya, bisa nggak menyesuaikan sama tuntutan prodi. Kalo nggak ada pressure mahasiswa kadang nggak gerak," tambahnya.
Baca Juga : Program Percepatan Kelulusan Dinilai Mahasiswa Kurang Efektif
Tak hanya Alabretta dan Halimah, mahasiswa Matematika Pendidikan semester 6 lainnya, Mahmudah menceritakan pengalamannya usai menyelesaikan sempro terjadwal, tepatnya pada 28 maret lalu.
Ia menambahkan, ketika sempro mahasiswa diberi waktu lima menit untuk mempresentasikan proposal skripsi. Kemudian, lanjut Mahmudah, sempro diisi dengan sesi tanya jawab oleh empat penguji.
"Kita kalau pagi dari 9 sampai 10, kalau siang dari jam 13 sampai 16 gitu. Nah pas aku kemarin kebagian jadwal sempro siang," tutur Mahmuda saat dihubungi oleh kru IDEAPERS.COM secara online
Ketika ditanyai soal kendala, ia mengaku harus melawan sifat menunda dalam menyelesaikan proposal skripsi.
"Kalau kendala utamanya itu males, males yang ada pada diri kita. Jadi kalau kita malas ngerjain proposal itu ya ditunda-tunda terus, besoklah-besoklah. Terus kan kalau kita enggak ada progres, kita males buat bimbingan soalnya apa yang mau kita bimbingin," akunya.
Menurut Mahmudah, penjadwalan sempro ini cukup efektif bagi mahasiswa. Seperti halnya Halimah, ia menyebutkan mahasiswa jadi cenderung lebih semangat dan didorong untuk dapat menyelesaikan proposal skripsi dan melaksanakan ujian sempro.
"Menurutku ini sebuah kesempatan, kayaknya menurut temen-temen yang lain juga gitu, kapan lagi kita diberikan kesempatan sebesar ini biar bisa lulus cepat, jadi sebisa mungkin dimanfaatkan dengan baik," ungkapnya.
"Soalnya mau nggak mau mahasiswa harus maju sempro, dari situ mau nggak mau harus ngerjain proposal, dan harus bimbingan," tambahnya.[Rep. Riska/Red. Gita].
KOMENTAR