Potret salah satu mahasiswa FUHum, Nanda Oktavia |
Semarang, IDEAPERS.COM - Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang menilai program percepatan kelulusan masih kurang efektif.
Hal ini disampaikan oleh salah satu mahasiswa semester 8, jurusan Studi Agama Agama (SAA), Nanda Oktavia saat diwawancarai Kru IDEAPERS.COM secara online, pada Jum’at (10/03/23).
“Temen-temen dan saya sendiri waktu ada percepatan sebenarnya masih linglung, ini mau masuk penelitian apa dan arahnya masih bingung, jadi agak kurang efektif aja gitu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan perkuliahan online semasa pandemi menjadi faktor kebingungan mahasiswa dalam menentukan skripsi.
"Terus kita 4 sampai 5 semester online ya, jadi itu juga faktor yang membuat linglung arah mau ambil penelitiaan apa, kenyataan di lapangannya ya seperti itu lah. Mungkin dari beberapa temen ada yang mau sidang, menurutku sebagian besar masih dalam proses pengerjaan," jelas Nanda.
Sementara itu, salah satu mahasiswa semester 8 jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), Agung Pratopo mengaku tidak mengetahui adanya program percepatan kelulusan mahasiswa.
"Belum dengar soal itu," ucap Agung saat dihubungi Kru IDEAPERS.COM secara online, pada Senin (20/03/23).
Dalam proses pengerjaan Skripsi, Agung menuturkan sedang ditahap bab 4. Katanya, proses bimbingan dilakukan seminggu sekali sesuai kesepakatan dengan dosen pembimbing. Namun, ia mengeluhkan tidak ada jadwal pengganti saat dosen tak menyanggupi kehadiran.
“Bimbingan seminggu cuma sekali, kadang ditentukan harinya. Kalau hari itu dosen nggak bisa, berarti kita harus bimbingan dua minggu kedepan. Bimbingan seminggu sekali kalau tidak bisa tidak ada Pergantian di hari lain,” ungkapnya.
Selain itu, ia mengatakan memiliki kendala belum terpenuhinya tes bahasa TOELF-IMKA yang menjadi persyaratan Munaqasah nanti.
"Kendala di luar skripsi, itu TOEFL dan IMKA baru dapat satu. Katanya itu menjadi syarat munaqosah, ternyata itu syarat prodi," ujarnya.
Di sisi lain, mahasiswa AFI semester 8, Lalu Rifki Rahman justru mempertanyakan adanya program percepatan kelulusan. Pernyataan ini disampaikan Rifki saat diwawancarai Kru IDEAPERS.COM secara online, pada Jumat (24/02/23).
Menurutnya, program percepatan kelulusan mahasiswa di AFI cenderung belum inovatif.
“Programnya terlalu biasa banget, semua jurusan juga ngelakuin," singkat Rifki.
"Tapi kembali lagi ke mahasiswanya aja si, mau dibilang dia masuk jurusan mudah ataupun sulit, kalo mahasiswanya males ya podo ae, tapi kalo semisal jurusan mau ngadain kemudahan dalam skripsi mungkin efektif. Contoh, dosen gak muluk muluk pas bimbingan, gak ghosting. Kalo dari aku itu si,” tambahnya. [Rep. Ayu/Red. Riska].
KOMENTAR