Mahasiswa Ilmu Seni dan Arsitektur Islam (ISAI), Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Riyan Adi Saputro menceritakan kronologi terjadi banjir bandang, bermula dari curah hujan yang tinggi. Ia melanjutkan, sekitar pukul 18.00 WIB ada air dari tanggul mengalir ke sepanjang jalan Wahyu Utoma hingga memasuki pemukiman warga, termasuk kontrakan yang ditinggali narasumber.
"Kalau enggak salah tingginya itu sekitar 30 cm an di dalam kontrakan. Kalau di luar masih lebih tinggi lagi, sebelah depan masjid yang paling pojok sendiri itu, yang di dekat sungai itu sekitar 1 meter an," jelas Rian saat diwawancara kru IDEAPERS.COM via telfon, pada Senin malam (07/11/22).
Lebih lanjut, Rian mengatakan pada saat kejadian ia sedang bersama dua temannya. "Saya, Radit, dan Slamet yang ada di kontrakan," lanjut Rian.
Akibat banjir, Rian mengungkapkan banyak barang milik dirinya dan temannya yang rusak dan tidak bisa diselamatkan karena tenggelam oleh air banjir. Mulai barang pribadi seperti baju dan kasur, hingga barang kuliah seperti dokumen, tugas, dan gambar kerja.
"Hp slamet sampe kecebur, agak kemasukan air, masih hidup. Jadi udah tenggelem itu posisinya HPnya," ungkapnya.
Baca Juga: [Potret] Dampak Banjir Bandang Di Kawasan Perumahan Wahyu Utomo Ngaliyan, Semarang
Sementara, Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Radit, mengaku kesulitan membersihkan tempat tinggalnya setelah banjir karena air banjir yang kotor dan berlumpur sehingga membutuhkan banyak waktu dan tenaga.
"Kerugiannya menguras tenaga, bisa-bisa sakit nih enggak ada yang ngasih obat," ungkap Radit.
Senada dengan Radit, Rian pun mengatakan membutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk membersihkan tempat tinggalnya, mulai dari malam kejadian hingga keesokkan harinya, Senin (07/11/22). Ia menambahkan air banjir yang bercampur dengan lumpur cukup menyulitkan proses pembersihan tersebut.
"Sekarang kondisinya udah lumayan bersih, soalnya abis ba'da mahrib kita bersih-bersih bertiga sampe ke pagi dan sorenya, diselingi juga istirahat ringan," katanya.
Kemudian, Rian mengungkapkan kejadian banjir ini menjadi pengalaman pertama dan tak terduga yang dialaminya di Semarang, khususnya di kawasan Wahyu Utomo. Warga pun, ungkap Rian bergotong-royong untuk membersihkan area Perumahan.
"Sebelumnya kan belum ada kejadian banjir, jadi untuk penanggulangan itu mungkin belum persiapan," ungkapnya.
Selain itu, Radit mengatakan setelah banjir ada yang memberinya bantuan makanan untuk dirinya dan teman temannya.
"Bantuan ada makan rames, tiba-tiba ada aja makan 3 3 5. Kemarin malam 3, tadi pagi 4, tadi siang temenku beliin, tadi barusan ini isinya ayam," tutur Radit. [Rep. Riska/Red.Gita]
KOMENTAR