Indonesia punya sejumlah pahlawan nasional yang juga berjasa dalam pendidikan di Indonesia. Guru menjadi pahlawan pendidikan jika dilihat pada zaman sekarang ini. Sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4, bahwa tujuan dari negara Indonesia yakni 'Mencerdaskan kehidupan bangsa'.
Guru sebagai figure teladan terhadap murid-muridnya. Namun, dengan adanya guru sebagai pahlawan pendidikan 'tanpa tanda jasa'. Tentu, tidak seketika melupakan adanya pahlawan di masa sebelum penjajahan. Bagaimana perjuangan mereka pada zamannya supaya anak-anak Indonesia masih tetap bisa belajar dengan aman.
Momentum Hari Guru yang jatuh pada tangga 25 November ini, mendorong kita untuk mengenang dan mengetahui lebih soal pahlawan-pahlawan pendidikan di Indonesia. Siapa saja? berikut penjelasannya.
1. Ki Hadjar Dewantara
Sosok yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia memiliki nama lengkap Raden Mas Soewardi Soejaningrat. Beliau lahir di Pakuaman pada 2 Mei 1889 dan wafat pada tahun 1959 di Yogyakarta 26 Mei. Perjuangannya dalam membangun sekolah dengan nama National Onderwijs Institut Tamansiswa pada tanggal 3 Juli 1922, yang akhirnya dikenal dengan 'Taman Siswa'.
Metode pengajaran yang terangkum dalam semboyan 'Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri handayani' ini sering disebut sebagai metode among. Maksudnya, bahwa pendekatan terbaik bagi guru ketika mengajar yakni dengan cara pendekatan hati. Alasannya, jika seorang guru menggunakan metode ini, maka pembelajarannya tidak pernah terhalang oleh waktu, ruang, dan materi.
2. RA Kartini
Pahlawan kedua ini, sangat identik dengan istilah ''Emansipasi wanita''. Pahlawan yang lahir pada 21 April 1879 dikenal sebagai tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Perempuan kelahiran Jepara itu wafat pada 17 September 1904. Didalam sejarah disebutkan bahwa Kartini sangat memperhatikan permasalahan sosial pada masanya.
Hal tersebut terangkum dalam surat-surat yang ditulis untuk sahabatnya. Surat-surat yang kemudian dibukukan tersebut, Beliau banyak mencurahkan pemikiran-pemikirannya tentang keluhan dan gugatannya. Terkhusus menyangkut budaya di Jawa yang dianggapnya telah menghambat kemajuan perempuan dalam menerima pendidikan.
Pencapaian lainnya dan bukti bahwa Kartini sangat memperjuangkan harga diri perempuan terlihat ketika tahun 1912. Beliau mendirikan sekolah bernama Kartika School yang didirikan khusus untuk perempuan.
3. Dewi Sartika
Lahir di Cicalengka 4 desember 1884, Dewi Sartika sebagai Pahlawan Nasional karena telah menjadi perintis pendidikan kaum wanita. Tidak jauh beda dengan pahlawan lainnya, Beliau juga mendirikan sekolah khusus perempuan yang dinamakan Sekolah Istri di Pendopo Kabupaten Bandung pada 16 Januari 1904.
Sebagai tokoh perjuangan dan pendidikan perempuan, sebelum mendirikan sekolah memang beliau sempat mengajar anak-anak perempuan dengan berbagai ketrampilan. Mulai dari merenda, memasak, menjahit, membaca, hingga menulis.
4. KH. Hayim Asy'ari
Kyai Hasyim Asy'ari, pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama. Bukti dinisbatkannya beliau sebagai Pahlawan pendidikan bagi Indonesia, yakni didirikannya Pondok Pesantren Tebu Ireng. Sampai sekarang pesantren tersebut menjadi yang terbesar juga terpenting di Jawa pada abad 20 ini. Kemudian dikuatkan dengan berdirinya Nadhlatul Ulama (Kebangkitan para Ulama) tahun 1926.
Perjuangannya mengabdi kepada bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan informal berupa pondok pesantren. Memang begitu, bukan hanya menguasai pendidikan formal di sekolah umum saja. Namun juga informal pun harus dipukul sama rata oleh para pahlawan tanpa tanda saja 'Guru' atau 'Ustadz'.
5. KH Ahmad Dahlan
Akrab disapa Kyai Dahlan lahir, beliau merupakan seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid besar kasultanan Yogyakarta pada masa itu. Terlahir di Yogyakarta 1 Agustus 1868. Sebagai Kyai, Ahmad Dahlan sangat menginginkan pembaharuan terhadap Islam di Indonesia.
Dengan mendirikan organisasi Muhammadiyah, beliau juga tidak melupakan pembaharuan terhadap cara berfikir dan beramal sesuai tuntutan agama Islam. Selain itu, beliau juga berhasil mempelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan melakukan perubahan besar.
[Riska]
KOMENTAR