Nor Lutfi Fais Alumni MA NU TBS Kudus yang jadi wisudawan terbaik |
Baca Juga: Berikut Deretan 16 Wisudawan Terbaik UIN Walisongo Periode Januari 2020
Selain belajar pada jenjang pendidikan formal, Fais juga mendalami kitab kuning di Pondok Pesantren Tasywiquth Thullab Salafiyyah. Ia mengatakan, dekat dengan keluarga KH. Ma'mun, kiainya waktu nyantri di TBS Kudus, menjadi momen yang tidak bisa dilupakan.
"Semua berkenang, mungkin bisa dekat dengan keluarga ndalem Mbah Ma'mun hingga sekarang itu yang paling bernilai. Bisa hormat dengan ahli bait syaikhina," tuturnya kepada kru IDEAPERS.COM, Senin, (27/01/20).
Mahasiswa asal Demak itu lulus dari MA NU TBS Kudus pada tahun 2010. Setelah itu ia lanjut nyanti di Ma'hadul 'Ulum asy-Syar'iyyah (MUS) Sarang, Rembang. Setelah lima tahun nyantri di Sarang, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Ilmu Al- Qur'an dan Tafsir UIN Walisongo.
Baca Juga: Wisuda 773 Mahasiswa, Rektor UIN Walisongo Tegaskan Pentingnya Peran Orang Tua
Selama kuliah di UIN Walisongo, Fais mengikuti lomba membaca kitab kuning, mulai dari tingkat kabupaten hingga nasional. Pada Pekan Ilmiah Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) yang digelar di UIN Maulana Malik Ibarhim Malang pada 2019 lalu, Fais mewakili UIN Walisongo dan berhasil meraih juara 2 cabang lomba Musabaqoh Qirao'atul Kutub (MQK).
"Prestasi terbaik pernah menjadi juara dua MQK Pionir IX 2019 di Malang. Dan beberapa prestasi yang serupa di MQK hanya di lingkup yang lebih kecil," ungkapnya.
Baca Juga: Mengenal Romza, Wisudawan Terbaik FST yang Suka Fisika Sejak MA
Lebih lanjut, dalam lika-liku dunia kampus ia mengaku menjalaninya tanpa ada kesulitan. Mahasiswa yang lulus pada semester tujuh itu menganggap UIN Walisongo sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas akademik.
"Kampus tempat belajar yang benar-benar mandiri, bebas berpendapat asal bertanggung jawab," katanya.
Prestasi wisudawan terbaik FUHum UIN Walisongo ini dipersembahkannya kepada orang tua di rumah. Meskipun ayahnya hanya seorang petani dan ibunya sudah meninggal sembilan tahun lalu, tidak membuatnya berkecil hati. Justru hal itu yang membuat Fais termotivasi untuk giat belajar.
"Bangga menjadi anak dan ibu. Kalau dikata, Bapak seorang wiraswasta, petani dan pedagang. Ibu sudah meninggal, besok ahad ini (1 Februari/7 Jumadil Akhir 1441 H) bertepatan dengan haul ke-9, al Fatihah untuk beliau," katanya. [Rep. Agung/ Red. Mahfud]
KOMENTAR