![]() |
Peresmian Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo, Kamis (19/12/19) |
Dalam kesempatan itu, Fachrul mengapresiasi indeks kerukunan umat beragama di Jawa Tengah. Ia mengatakan, kerukunan umat beragama di Jawa Tengah paling tinggi di Pulau Jawa.
“Luar biasa indeks kerukunan umat beragama di Jawa Tengah ini sangat tinggi, mencapai angka sekitar 74,8 persen,” ungkapnya.
Kemudian ia berpesan, adanya Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo dapat meningkatkan iklim toleransi di Jawa Tengah. Seperti yang pernah dilakukan para Walisongo pada zamannya.
“Senang UIN Walisongo telah melangkah sangat jauh. Nama besar Walisongo harus dipikul bersama demi menjaga nama baik. Saya lihat konsep moderasinya juga luar biasa,” kata Fachrul.
Baca Juga: Menteri Agama RI Harapkan Lulusan UIN Walisongo Jadi Teladan dalam Berdakwah
Sementara itu, Rektor UIN Walisongo, Imam Taufiq berkomitmen untuk menjadikan UIN Walisongo sebagai kampus yang mengikuti spirit dakwah para Walisongo. Yaitu dengan mengkolaborasikan ajaran Islam dan kearifan lokal. Salah satunya dengan mendirikan rumah modersi beragama ini.
“Keragaman beragama adalah wujud keramahan Allah. Toleransi perdamaian saling menyayangi menjadi sesuatu yg harus diwujudkan. Hal inilah yang menjadikan UIN Walisongo membangun rumah moderasi”, jelas Imam.
Boleh Ucapkan Natal
Selanjutnya Fachrul juga menyinggung soal polemik mengucapkan selamat natal. Ia menegaskan, mengucapkan 'selamat Natal' kepada umat Kristen tidak melunturkan akidah seorang muslim. Namun ia tetap menghormati seseorang yang memiliki pendapat berbeda dengannya.
"Pasti jelas, tidak sedikit pun akan diganggu akidah orang yang mengucapkan (selamat Natal). Misalnya orang punya sikap, tidak boleh ada yang mengucapkan, ya silakan saja dia punya sikap begitu. Tapi, kalau ada orang lain yang mengucapkan 'selamat Natal' kepada temannya, ya semua orang punya haknya juga,” tegasnya, Kamis (19/12/19).
Baca Juga: Menteri Agama RI Resmikan Dua Gedung Baru UIN Walisongo
Fachrul berharap, umat beragama di Indonesia dapat menghormati dan saling menebarkan kedamaian agar tidak terjadi perpecahan.
"Pada dasarnya saya ingin katakan bahwa masalah memberikan kesempatan kepada semua agama untuk melaksanakan ibadahnya masing-masing sudah jadi budaya kita sejak dulu, bukan sesuatu yang aneh," ujarnya. [Rep. Mahfud/ Red. Ma]
KOMENTAR