![]() |
Ilustrasi: ideapers |
Semarang, IDEApers.com - Dewasa ini, tugas kuliah memakai metode tulis tangan sering dilakukan beberapa Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) UIN Walisongo. Sebagian mahasiswa menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang tidak cocok untuk diterapkan di era sekarang.
Hal itu seperti yang dikatakn oleh salah satu mahasiswa FUHum yang enggan disebutkan namanya, ia mengatakan bahwa penugasan dengan tulisan tangan sudah tidak cocok diterapkan di era modern seperti sekarang.
"Menurutku kurang efektif, karena kelasnya mahasiswa itu udah pake ngetik, bukan nulis tangan lagi," tegasnya kepada kru IDEApers.com (18/04/18).
Hal senada juga dikatakan oleh Mahasiswa Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), Eka, ia menjelaskan bahwa tugas tulis tangan tersebut banyak membuang waktu. Ia mengira dosen yang memberikan tugas itu pun tidak memeriksa tugas tulis tangan dengan seksama semuanya.
"Iya, paling cuma dibaca beberapa saja, jadi kan sama aja. Apalagi tugasnya dikasihin lagi ke mahasiswa, tidak dikumpulkan di dosennya," jelas Eka.
Baca juga: Menggugat Dosen Pemberi Tugas Makalah
Mahasiswa Jurusan Studi Agama-agama (SAA), Yekti, menegaskan bahwa hal tersebut tidak efektif, karena tugas tulis tangan yang diberikan oleh dosen bersangkutan terkesan tidak diperiksa dengan jeli.
"Iya setuju-setuju aja sih, cuma kurang efektif karena resumannya tidak dikumpulkan dan hanya dibawa pulang kembali. Itu enggak menghargai mahasiswa," katanya.
Berbeda dengan keterangan mahasiswa sebelumnya, Afi merespon positif metode penugasan tulis tangan yang dilakukan beberapa dosen di FUHum.
"Setuju, karena dengan begitu mahasiswa membaca dulu sebelum meresume," ucapnya.
Mengurangi Plagiasi
Menanggapi hal itu, salah satu dosen yang menerapkan metode penugasan dengan tulis tangan, Tsuwaibah, mengatakan bahwa metode tersebut dapat mengurangi plagiasi yang dilakukan mahasiswa.
"Kelebihan dari tugas tulis tangan salah satunya yaitu mengurangi plagiasi, kadang hanya salah satu yang membuat tapi disebarkan kepada orang lain dengan mudah", terangnya.
Ia juga menambahkan, mahasiswa sekarang dengan mudah mengkopi tulisan tanpa memahami materinya, sedangkan dalam metode tulis tangan memiliki kelebihan dari proses pengerjaannya.
"Menurut saya sangat efektif, karena ketika kita menulis, secara tidak langsung kita belajar dua kali dari membaca lalu menulis", tegas dosen yang mengajar Mata Kuliah Filsafat Agama di FUHum tersebut.
Mengenai hal tersebut Wakil Dekan Bidang Akademik, Musyafiq, mengatakan bahwa perkuliahan yang dilakukan dengan metode penugasan tulis tangan merupakan inisiatif para dosen. "Itu hanya inisiatif dosen masing-masing, dan saya menggalakkan dengan metode ini," tegasnya.
Musyafiq beralasan penugasan dengan metode tersebut adalah cara belajar paling efektif. "Menulis itu sebenarnya belajar paling efektif. Tentunya dengan membaca terus diresum," jelasnya.
Berdasarkan pengalaman mengajarnya, saat diberikan penugasan makalah print-out, dalam pengerjaannya mahasiswa hanya mengambil dari internet.
"Iya kalo dari sumber yang otentik(makalah yang dibuat mahasiswa). Yang diinginkan itu sebenarnya bukan hasilnya, tetapi prosesnya," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan mengenai tujuan dari penugasan metode tulis tangan tersebut.
"Saya berharap mahasiswa memanfaatkan hal-hal yang alamiah yang dipunya, kemudian berimplikasi pada hal yang positif dalam hal belajar," pungkasnya.[Rep. Maarif, Iffa, Farid/Red. Riyan]
KOMENTAR