Foto Siti Fauziah Febiyanti setelah mengikuti prosesi wisuda periode November 2024 di Kampus III UIN Walisongo Semarang pada Sabtu (02/11/24) |
Wisudawan yang akrab disapa Febi menggarap skripsi berjudul "Konsep Amalek Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta 2 Karya Habiburrahman El-Shirazy (Analisis Wacana Kritis)" dari hobinya membaca novel. Lalu kata Febi, judul tersebut didapatkan dari berita media massa mengenai retorika "Amalek" oleh Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel.
Selain terinspirasi dari konsep "Amalek", Febi juga menjadikan novel "Ayat-Ayat Cinta 2" yang ia baca saat SMA sebagai salah satu bahasan utama dalam mengerjakan skripsi. Pada salah satu bab novel itu, ungkap Febi, juga menyantumkan istilah "Amalek".
"Cuma saya ngangkat dari isu yang lagi booming yang terjadi di Gaza, kalau mengikuti berita-berita yang ada. Saya pernah baca novel Ayat-Ayat Cinta itu, itu ada satu bab dari Ayat-Ayat Cinta itu ngebahas tentang Amalek dan ada debat di novel tersebut," jelanya saat ditemui Kru Ideapers.com pada Sabtu (02/11/24).
"Kebetulan awal Februari tahun ini perwakilan hukum dari Afrika Selatan itu kan kayak menuntut Israel yang lagi genosida di Palestina itu kan menyebut warga Palestina sebagai Amalek," sambungnya.
Baca juga: Alami Nasib Berbeda, Berikut Cerita Pedagang di Wisuda UIN Walisongo
Lebih lanjut, Febi mengatakan, istilah "Amalek" digunakan sebagai sebutan orang Yahudi terhadap pemeluk agama di luar Yahudi. Febi mengutarakan, hal itu sesuai dengan jurusannya di prodi SAA.
"Amalek itu singkatnya kalau kita di Islam itu nyebut orang di luar Islam itu kafir, nah kalau di Yahudi itu mereka nyebut Amalek. Saya masukin ayat-ayat dari Ibrani dari perjanjian lama perjanjian baru. Itu dari kitab-kitab agama lain, kan sesuai sama jurusan saya," kata mahasiswa asal Bekasi itu.
Kemudian setelah lulus, Febi ingin melanjutkan jenjang profesi pada penelitian seputar agama-agama terutama di Jawa. Dia menyebutkan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama menjadi salah satu lembaga yang ia harapkan.
"Saya ingin kayak di balai litbang. Kalau di SAA itu kan ada agama lokal dan budaya lokal, kan di Indonesia banyak banget agama yang belum diketahui. Di Jawa aja banyak yang belum diketahui, orang yang tinggal di pulau Jawa," tuturnya.
Di lain sisi Febi berharap agar kampus memberi peran mediator agama pada lulusan S1 prodi SAA. Karena ujar Febi, di jurusannya telah diajari tentang mediasi antar agama.
"Kita yang lulus S1 itu mungkin bisa disalurkan ke lembaga-lembaga, kalau di SAA kita belajar mengenai mediasi. Mediasi itu kan buat jadi mediator, saya dengar di antar agama banyak dibutuhin. Kita sudah belajar ada matkulnya dan prakteknya juga, jadi bisa memperdalam kerja sama untuk jadi mediatornya," pungkasnya. [Rep. Jahid/Red. Ayu]
*) Ikuti Update-an terbaru kami langsung dari ponselmu. Bergabung melalui saluran WhatsApp IDEAPERS.COM klik link berikut ini https://whatsapp.com/channel/0029VaIGd9Q8V0tsJ58rsF3Q
KOMENTAR