Selain Menjaga Tradisi Pesantren, Santri Harus Terbuka terhadap Inovasi dan Pengetahuan Baru

(Sumber nuonline.com)

Semarang, IDEAPERS.COM - Memperingati Hari Santri Nasional (HSN), Dosen Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum), Muhammad Kudhori, mengatakan santri harus memiliki pemikiran terbuka pada penemuan baru yang membawa manfaat tanpa melupakan tradisi pesantren. 

Pada peringatan HSN yang jatuh pada Selasa 22 Oktober tahun 2024, Kudhori mengatakan santri saat ini perlu mengimplimentasikan kaidah Fiqih "al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah" (Memelihara yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik). 

"Meskipun dia kuliah (berada) dimana-mana, tidak meninggalkan warisan keilmuan dari ulama-ulama terdahulu yang masih positif. Tapi dia juga tidak antipati pada penemuan-penemuan baru yang lebih baik dan manfaat," ujarnya saat diwawancarai Kru ideapers.com, Rabu (16/10/24) di Gedung O.7 Kampus II. 

Baca Juga: Setyo Wibowo Bahas Tantangan dan Perkembangan Kecerdasan Buatan di Era Society 5.0

Kudhori mengingatkan, perjuangan santri sudah mengalami perubahan sebagaimana perkembangan zaman. Namun, dia mengatakan, seorang santri bisa memberi manfaat dan mempengaruhi lingkungan yang ditempati. 

Di sisi lain, Kudhori melihat, peluang santri untuk mengembangkan keilmuan diluar pesantren sudah terbuka luas. Lantaran, ujar dia, saat ini sudah banyak program beasiswa terutama bagi kalangan santri dari pemerintah. Menurutnya, santri saat ini tidak cukup jika hanya belajar di pesantren.

"Ketika santri hanya di pesantren saja, menurut saya itu wawasannya kurang luas. Dia tidak mengetahui perkembangan di perguruan tinggi. Dengan berkuliah santri akan mendapatkan wawasan yang lebih kuat dan segar. Mereka akan berdialektika dan bertemu dengan pemikiran-pemikiran yang selama ini belum pernah mereka temui" ujarnya.

Baca Juga: Pameran Metamorfosart Hadirkan 125 Karya dari 28 Negara

Kudhori mengungkapkan, pemikiran santri selama ini hanya terbatas sesuai dengan corak pemikiran pesantren. Sehingga, penting memanfaatkan peluang belajar di perguruan tinggi. 

"Saya akan berpendapat santri itu idealnya kuliah, sekarang itu ya karena pendidikan di pesantren itu ada dalam doktriner gitu ya. Artinya, doktriner itu sesuai dengan kurikulumnya itu. Bahkan berkaitan erat dengan mazhab, itu ideologi pesantren itu," jelasnya. 

Selanjutnya, Kudhori menjelaskan santri harus membuktikan perannya sebagai insan yang membawa pengaruh positif bagi lingkungannya. Tentunya peran tersebut berdasarkan pada ajaran yang diperoleh di pesantren. 

"Kalau dia masih sebagai santri setidaknya dia masih memberikan warna pada lingkungannya, kalau di pesantren yang di pesantren, kalau dikampus ya dia bisa memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan kampusnya itu. Bukan berarti malah santri itu mudah terpengaruh, santri itu harus mampu memengaruhi, bukan malah dia yang terpengaruh," pungkasnya. [Rep.Dyah Ayu/Red.Zaqia Ulfa]