Momentum HSN, Dosen FUHum Ingatkan Santri Harus Lakukan 3 Pilar Penting Menurut Gus Mus

Foto Istimewa 

Semarang, IDEAPERS.COM – Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada hari Selasa 22 Oktober 2024, salah satu Dosen Fakultas Ushuliddin dan Humaniora, Ahmad Tajuddin Arafa, mengingatkan santri untuk mengaplikasikan tiga pilar penting menunut Mustofa Bisri (Gus Mus).

Diantaranya yang pertama, kata dia, memanusiakan manusia. Tajudin menegaskan, pentingnya memperlakukan manusia dengan baik sebagai aktualisasi pendidikan karakter dalam pesantren.

“Ini urusan outcame. Dalam artian, dia dalam pesantren itu belajar tentang bagaimana mengontrol diri, egoisme dalam dirinya. Santri bisa beradaptasi dengan keragaman dan warna-warni manusia di pesantren. Ketika dia keluar dari pesantren itu bisa diaktualisasi di masyarakat,” jelasnya saat di wawancarai Kru Ideapers.com pada Kamis (17/10/24) di Ruang O.6 Kampus II. 

Kedua, lanjutnya, santri harus terus mencari ilmu sebagai identitas pokok. Tajudin mengatakan, santri harus menuntut illmu paling tidak untuk dirinya sendiri. Hal ini, selain sebagai histori santri juga menjadi bukti nyata andil santri dalam mewujudkan cita-cita bangsa.  

“Orientasi soal apa, sumbangannya dia sebagai anak bangsa, salah. Sumbangsih yang nyata adalah dia masih mempertahankan keilmuan dalam dirinya itu minimal membantu pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa kan dirinya sendiri juga menjadi bagian dari itu,” tuturnya.

Pilar terakhir, sambung Tajudin, santri tidak berhenti untuk belajar. Baginya, belajar tidak hanya terpaku pada buku maupun teori namun juga bagaimana santri mampu membaca situasi masyarakat menggunakan basis keagamaan yang telah dipelajari.

“Ketiga yang menurut Gus Mus itu, tidak berhenti untuk belajar. Kata belajar di sini kita bisa maknai lebih luas dari sekedar teks book nya tapi juga sosial booksnya. Fenomena dan seterusnya, tentang fenomena masyarakat dan seterusnya,” sambungnya.

Adapun untuk menerapkan tagline HSN 2024 “Merengkuh Juang Menyambut Masa Depan”, Tajudin menilai akan terlaksana dengan baik ketika tidak hanya dipahami secara tekstual. Namun, kata dia, terwujudnya tagline tersebut jika santri mampu menggapai pengetahuan tanpa batas tidak hanya pengetahuan di ranah pesantren. 

“Ada istilah yang mengatakan barang siapa yang ilmunya luas sudah pasti akan luas pandangannya terhadap masyarakat juga. Orientasi ilmu itu utamanya di aspek memanusiakan manusia. Dua hal itu senantiasa mencari ilmu dan tidak pernah berhenti untuk belajar. Tidak hanya bicara pada perjuangan fisik saja,” pungkasnya. [Rep.Dyah Ayu/Red.Ayu Sugiarti]