Senja itu, di sebuah surau kecil yang terletak di pinggiran desa, angin sepoi-sepoi menyapu wajah Salim, seorang pemuda alim yang selain mahasiswa ia juga merupakan marbot surau kecil itu. Salim selalu meluangkan waktunya untuk beribadah dan merenung. Hati dan pikirannya sering dipenuhi oleh kebesaran Allah dan kecintaan pada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw.
Langit mulai merona merah, tanda malam segera tiba. Selepas sholat jamaah isyak dan berjanjen Salim sedang duduk sendirian di atas sajadah, memejamkan mata, berzikir dalam ketenangan. Tiba-tiba terdengar suara minta tolong dari depan surau itu.
“Tolongg, tolongg!!!”
Salim bergumam dalam hati, “Innalillahi, suara minta tolong siapa itu jam segini”, sambil mencari orang yang meminta tolong itu.
Terkejutlah Salim saat melihat orang yang meminta tolong adalah seorang kakek- kakek yang terluka parah, sebelah matanya buta, jalannya pincang dan terlihat ada bekas luka disekujur tubuhnya. Saat Salim hendak meminta bantuan warga, namun tiba-tiba kakek itu mencengkram tangan Salim.
“Anak muda tolong berikan aku segelas air” ucap kakek itu.
“Baik kek, tunggu sebentar saya ambilkan segelas air”.
Salim pun mengambilkan kakek itu segelas air dan ingin segera pergi meminta bantuan warga. Tapi Salim sangat terkejut setelah kakek itu meminum segelas air yang diberikan, seketika luka-luka ditubuhnya sembuh tak berbekas dan kakek itu juga tidak lagi pincang.
“Masyaallah, maha suci Allah telah memperlihatkanku sebuah keajaiban” ucap Salim dengan ekspresi terkejut.
“Apa kau tahu siapa yang telah kau tolong ini anak muda?”
“Allah lebih mengetahui siapa kakek ini, kewajibanku hanya menolong kakek”
“Padahal kau lebih mengenal dan lebih dekat kepadaku ketimbang Tuhan mu”
“Apa maksud kakek, siapa kakek ini sebenarnya?”
“Aku mengenalmu bahkan mengenal orang yang paling kau cintai lebih dari dirimu”
Baca Juga: [Cerpen] Ibuk
Salim semakin bingung dan penasaran mengenai identitas kakek itu, karena kakek itu mengatakan mengenal orang yang dicintai Salim ketimbang Salim sendiri.
“Aku adalah iblis wahai anak muda”.
“Astagfirullah, terkutuklah kau musuh Allah” ucap Salim sambil tersentak mundur.
“Janganlah kau takut anak muda, karena kau telah menolongku dengan segelas air”
“Andai aku tahu kau Iblis sejak awal tentulah aku tak menolongmu wahai musuh Allah”
“HAHAHAHA, tenanglah anak muda diriku tak memiliki kuasa atas hamba yang taat, kemarilah duduk dan akan kuceritakan padamu tentang pertemuanku dengan orang yang paling kau cintai, sebagai bentuk terimakasihku karena telah menolongku”
“Siapa maksudmu orang yang paling kucintai?”
“Nabimu, Muhammad”
Terkejutlah Salim mendengar nama Nabinya disebut oleh makhluk paling terlaknat. Namun tidak ingin berlama-lama dengan iblis itu, jadi dia ingin mengusirnya. Saat hendak mengusirnya tubuh Salim mendadak tak bisa bergerak dan duduk dengan sendirinya.
“Tubuhku tak bisa bergerak, sihir apa yang kau lakukan?”
“Aku hanya memintamu duduk dan mendengar ceritaku dan ambilah hikmah dari cerita ini”
Seketika lampu di surau itu mati dan suasana menjadi gelap gulita bagai tanpa bintang dan bulan.
“Pertamakali aku bertemu nabi mu itu bukan atas keinginanku, tapi karena perintah Allah yang menyuruhku mendatanginya dan berkata serta menjawab segala pertanyaan dari Muhammad dengan jujur. Jika aku berbohong maka Allah akan menjadikanku abu yang terbawa angin”
Baca Juga: [Cerpen] Benjamin
Tibalah iblis di kota madinah, saat itu Rasulullah berada di rumah seorang sahabat dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah.
“Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, karena kalian membutuhkanku”. Seru Iblis
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat: "Apakah kalian tahu siapa yang menyeru itu ?”
Para sahabat menjawab,“Tentu Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”
Rasulullah berkata : “Dia adalah Iblis yang terkutuk – semoga Allah senantiasa melaknatnya”.
Umar bin Khattab R.A. berkata :” Ya, Rasulullah, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?”
Nabi SAW berkata pelan :” Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda kematiannya sampai waktu yang ditentukan [hari kiamat]?. Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang diperintahkan Allah SWT.”
“Dibukakan lah pintu untukku, lalu aku masuk di tengah-tengah nabimu dan para sahabatnya”
Salim menjadi agak tertarik dengan cerita Iblis, dan mendengarkan dengan seksama namun tetap waspada, karena tetap saja ia adalah Iblis musuh Allah.
Iblis berkata :” Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginanku sendiri, tetapi aku datang karena terpaksa [diperintah].”
Nabi SAW berkata :”Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini, wahai terlaknat?”
Iblis berkata, "Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan Yang Maha Agung, ia berkata kepada-ku" Sesungguhnya Allah SWT menyuruhmu untuk datang kepada Muhammad SAW dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka.
"Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang ditanyakan kepadamu”, jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan musuhmu karena bencana yang menimpamu”.
Salim tertawa tipis mendengar cerita Iblis yang tak berdaya melawan perintah Tuhan, walaupun dengan segala sihir yang ia punya.
Baca Juga: [Cerpen] Yang Melayang-layang
“Lalu apa yang ditanyakan nabiku padamu wahai yang terlaknat?”
Nabi mu kemudian mulai bertanya padau : "Jika kamu jujur, beritahukanlah kepada-ku, siapakah orang yang paling kamu benci ?”.
Iblis menjawab : “Engkau, wahai Muhammad, engkau adalah makhluk Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu”
Terjadilah dialog tanya jawab anatara Iblis dan Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW : “Siapa lagi yang kamu benci?”.
Iblis : “Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya kepada Allah SWT”.
Rasulullah : “Lalu siapa lagi ?”.
Iblis : “Orang Alim dan Wara [menjaga diri dari syubhat] yang saya tahu, lagi penyabar”.
Rasulullah : “Lalu, siapa lagi ?”
Iblis : “Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan suci dari kotoran”.
Rasulullah : “Lalu, siapa lagi ?”
Iblis : "Orang miskin [fakir] yang sabar, yang tidak menceritakan kefakirannya kepada orang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya”
Rasulullah : “Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar ?”
Iblis : “Wahai Muhammad, jika ia mengadukan keluh kesahnya kepada makhluk sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan dirinya ke dalam golongan orang-orang yang sabar “
Rasulullah : “Lalu, siapa lagi ?”
Iblis : "Orang kaya yang bersyukur “
Rasulullah bertanya : “Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur ?”
Iblis : “Jika aku melihatnya mengambil dari dan meletakkannya pada tempat yang halal”
Rassulullah : “Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat ?”
Iblis : “Aku merasa panas dan gemetar"
Rasulullah : "Kenapa, wahai terlaknat?”
Iblis : “Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat”
Rassulullah : “Jika mereka shaum (puasa) ?”
Iblis : “Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa”
Rasulullah : “Jika mereka menunaikan haji ?”
Iblis : “Saya menjadi gila”
Rasulullah : “Jika mereka membaca Al Qur’an ?’
Iblis : “Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api”
Rasulullah : “Jika mereka berzakat ?”
Iblis : “Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil gergaji atau kapak dan memotongku menjadi dua”
Rasulullah : “Mengapa begitu, wahai Abu Murrah ?”.
Iblis : “Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu. Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua, menjadikan orang yang bezakat disenangi makhluk-Nya yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang antara dirinya dengan api neraka. Ke-empat, dengan zakat, Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya”.
Salim seketika menangis setelah mendengar percakapan itu,
“Mengapa kau menangis anak muda?” tanya iblis pada Salim.
“Aku mengingat dalam diriku terdapat beberapa sifat yang kau sukai, dan aku hanya melihat sedikit sifat yang kau benci dalam diriku” Ucap Salim semabil berlinang air mata.
Seketika tubuh salim kembali dapat bergerak dan lampu surau menyala. Kakek tua yang ternyata Iblis itu pun juga langsung menghilang tanpa berpamitan. Tapi Salim langsung tersungkur dan bertaubat atas segala dosa yang membuatnya serupa bahkan lebih hina dari iblis itu sendiri.
[Andra Yudistira]
“Astagirullahhaladzim”
KOMENTAR