Siapa yang tidak tahu dengan kebaya, warisan budaya tak benda UNESCO yang begitu melekat pada perempuan Indonesia. Hari ini 24 Juli 2024, menjadi momen memperingati hari kebaya. Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional. Semenjak itu, tanggal 24 Juli menjadi hari kebaya nasional.
Kebaya berasal dari bahasa arab, abaya yang bermakna pakaian. Dari segi filosofisnya kebaya menggambarkan kelembutan dari seorang wanita, simbol kesabaran, hingga kepatuhan.
Namun, melalui film pendek berjudul Kebaya Kala Kini, arti kebaya tidak hanya berhenti disana. Melalui film berdurasi sembilan menit tujuh belas detik yang dirilis oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini, diharapkan setiap wanita Indonesia bisa membawa budaya berkebaya dalam keseharian. Perilaku ini diharapkan dapat menjadi upaya melestarikan budaya lokal.
Tidak berhenti di sana, dalam film pendek yang diperankan oleh Dian Sastro Wardoyo dan Putri Marino ini juga menggambarkan kebaya sebagai simbol kehidupan dan perjalanan yang penuh warna. Selain itu, film pendek ini juga menggambarkan kebaya sebagai entitas yang hidup dan berkembang beriringan dengan perjalanan wanita Indonesia dari masa ke masa.
Hingga kini film Kebaya Masa Kini telah ditonton oleh 5,4 ribu penonton. Dari film tersebut diharapkan bisa menggugah semangat wanita Indonesia dalam melestarikan budaya memakai kebaya.
Kebaya dan Perjalanan Wanita Indonesia
Kebaya sebagai busana unik yang kental akan sisi filosofi sejatinya telah memiliki sejarah panjang yang berdampingan dengan perkembangan wanita dari masa kemasa. Hal inilah yang membuat kebaya begitu lekat dengan budaya keperempuanan. Pada masa penjajahan Jepang misalnya, wanita Indonesia menolak untuk mengenakan baju selain baju kebaya saat mereka ditawan kamp tentara Jepang.
Baca Juga; Artikel Kebaya, Antara Klaim dan Budaya
Kemudian, dari tahun ke tahun ditengah perkembangan zaman yang semakin maju kesadaran melestarikan budaya berkebaya masih terus menyala. Dibuktikan dengan pemilihan kebaya sebagai seragam salah satu maskapai penerbangan Garuda Indonesia.
Namun, saat ini upaya tersebut kian redup akibat maraknya budaya luar seperti Korean style dan style fesyen lainnya. Salah satu faktornya adalah adanya degradasi budaya turun temurun. Alhasil, menyebabkan penyempitan makna dan fungsional kebaya.
Perlunya edukasi terkait daya fungsional dan peran kebaya sebagai salah satu upaya pelestarian budaya. Selain itu, penting kesadaran individu dalam upaya pelestarian kebaya untuk mendobrak prespektif kuno dari kebaya. Hal ini menjadi salah satu kunci keberhasilan memperpanjang nilai budaya dari kebaya itu sendiri. [Zaqia]
KOMENTAR