Gen Z 'Nganggur' dan Pentingnya Eksplorasi Skill

Ilustrasi pengangguran di tengah era teknologi 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 10 juta generasi Z atau Gen Z, penduduk berusia 15 hingga 24 tahun menganggur atau Not Employment, Education, or Training (NEET). 'Nganggur' di sini menunjukan Gen Z yang tidak bekerja, tidak sedang sekolah dan tidak sedang mengikuti pelatihan. 

Padahal Gen Z diproyeksikan sebagai generasi emas pada satu abad kemerdekaan Indonesia di tahun 2045. Namun realitas tersebut seakan membawa bayang-bayang pesimistis bonus demografi yang diwacanakan selama ini. 

Banyak pemuda yang justru kehilangan masa produktivitasnya. Masa di mana pemuda mencari jati dirinya dengan mengeksplorasi diri dengan berbagai eksperimental. 

Penyebab Pengangguran 

Melansir dari Kompas.com, Kementerian Ketenagakerjaan menyebut salah satu penyebab Gen Z 'menganggur lantaran ketidaksesuaian antara pendidikan yang ditempuh dengan permintaan pasar tenaga kerja atau skill mismatch.

Kebanyakan orang yang mencari pekerjaan tidak memiliki keahlian yang menjadi kebutuhan perusahaan. Begitu pun para lulusan perguruan tinggi sulit mendapatkan pekerjaan linier sesuai bidang studinya. 

Melihat hal tersebut, paradigma pendidikan diartikan secara sempit, sebatas pencetak tenaga kerja. Jika sekolah mampu mencetak tenaga kerja yang sesuai kebutuhan industri akan disebut berhasil atau sebaliknya.

Padalah, pendidikan adalah proses berpengetahuan seseorang yang dilakukan seumur hidup. Dimana ukuran pendidikan tidak hanya sebatas kebutuhan industrialisasi saja. 

Baca Juga: Pendidikan Dalam Belenggu UKT Mahal

Eksplorasi Skill 

Di tengah polemik Gen Z 'nganggur', pendidikan menjadi salah satu medium untuk bisa menciptakan kualitas SDM unggul kita. Pendidikan menjadi proses untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan juga mentalitas generasi kita. Bukan hanya fokus pada pendidikan yang bersifat lebelitas dan kuantitas. 

Tingginya para pencari kerja, sementara lowongan kerja masih minim, membuat persaingan menjadi semakin ketat. Apalagi perubahan zaman yang semakin modern menuntut kita untuk ikut bertransformasi. Kita harus terus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan agar bisa beradaptasi dengan zaman. 

Di era digital, teknologi telah membuka ruang kita untuk eksplorasi menjadi tidak terbatas. Kita bisa mengakses segala informasi dan pengetahuan dengan mudah secara mandiri di ruang digital. Kemudian segala akses internet, media sosial bahkan artificial intellegence (AI) bisa menjadi peluang baru untuk mengasah keterampilan kita.

Mengeskplor diri dan tidak hanya terpaku pada pendidikan formal menjadi penting untuk menambah wawasan dan meningkatkan keterampilan kita. Agar kita tidak termakan oleh zaman, kita perlu terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman. 

[Ayu Sugiarti]