Semarang, IDEAPERS.COM - Walisongo Center di UIN Walisongo Semarang telah diresmikan oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada 11 Agustus 2023 lalu. Namun, saat ini Walisongo Center masih dalam tahap pengembangan sehingga belum dibuka untuk umum.
"Iya masih tahap pengembangan," kata Tim Pengembangan, Ahmad Tajuddin Arafat, ketika ditemui Kru IDEAPERS.COM, di gedung Walisongo Center pada Kamis (16/11/23).
Tajuddin mengaku pihaknya belum membuka Walisongo Center untuk umum karena gedung tersebut belum dipersiapkan keamanannya dengan matang. Pasalnya, ada bayak kitab peninggalan sejarah yang masih harus diamankan.
"Belum, kalau kemudian menjadi destinasi, kita belum. Kita nggak mau. Karena kalau terlalu banyak orang, kita belum prepare, malah ada yang rusak. Saya yang kepikiran, ini barang-barang ini nggak ada gantinya gimana. Gantinya gimana," jelas dia.
Tajuddin menjelaskan koleksi 30 naskah asli yang ada di Walisongo Center itu nantinya akan disimpan di ruangan khusus kedap udara dengan kadar pendingin yang stabil. Sama seperti di Perputakaan Nasional (Perpusnas), katanya, naskah yang akan dipajang nantinya berupa barang duplikat.
"Jadi nantinya kita punya ruangan khusus untuk menjaga ini (naskah) biar tidak mudah diakses orang. Nanti yang kita kasih duplikat-duplikatnya saja. Seperti perpusnas itu yang difoto yang ditaruh di ini untuk apa namanya, display itu duplikat tok duplikat seperti aslinya. Aslinya dimana? di ruang khusus," papar dia.
Pada tahap ini, Tajuddin menyampaikan pihaknya telah mengajukan permintaan agar ruangan Walisongo Center itu diberi Air Conditioner (AC). Menurutnya, hal itu untuk menjaga kelembaban ruangan agar lembaran kertas naskah tidak rusak.
"Kalau terus dengan kondisi panas seperti ini, jelas ya rusak maka kita minta minimal pertama kemarin kita minta itu kasi AC dulu bukan untuk pendingin tapi untuk menjaga stabilitas kelembabannya ini agar naskah ini bisa terjaga," ungkap dia.
Selain itu, Tajuddin juga mengatakan bahwa pihaknya membutuhkan anggota tim tambahan sebagai tour guide ketika Walisongo Center ini sudah dibuka untuk umum. Hal itu, melihat jumlah tim saat ini belum cukup untuk menangani pengunjung yang datang nantinya.
"Ketika ada orang datang semuanya kami ya capek, kami butuh temen yang lain untuk bisa menjelaskan sebagaimana kita menjelaskan," keluhnya sebagai tim pengembangan.
Di sisi lain, dia menceritakan bahwa sebelumnya sempat ada mahasiswa yang menawarkan diri untuk menjadi relawan. Akan tetapi, kata dia, untuk sementara ini pihaknya belum bisa menerima relawan sampai persiapan Walisongo Center selesai sepenuhnya.
"Kita kemarin pas, ada beberapa emang mahasiswa yang kesini kunjungan itu ini minta ini jadi relawan. Momennya ibaratnya gini, rumah kita rumahnya aja belum jadi kok minta diterima, mau tidur dimana," jelas dia.
Dirumuskan Sejak 2021
Walisongo Center yang diresmikan langsung oleh Menag, Yaqut Choulil Qoumas itu telah dirumuskan sejak tahun 2021. Tajuddin menjelaskan, Walisongo Center merupakan representasi dari Pusat Kajian Budaya Jawa di UIN Walisongo.
"Tim pengembangan sudah ada sejak tahun 2021. Kemudian dulu masih kayak kajian kajian. Mengaji beberapa tokoh, mengaji naskah," kata dia, pada Kamis (16/11/23).
"Sebelum Wali Songo center itu ada yang namanya pusat kajian budaya Jawa itu. Itu sudah lama," tambah dia.
Dia lantas menuturkan, pusat kajian itu kemudian dikembangkan dan dimunculkan dalam bentuk visual. Sehingga, kata dia, warisan budaya Jawa tidak hanya tertuang dalam bentuk narasi namun warisannya juga bisa dinikmati dan dipelajari banyak orang.
"Pak rektor (Imam Taufiq) saat itu meminta kemudian harus dimunculkan dalam bentuk fisik, visual, biar orang kita yang membaca Wali Songo itu hanya tidak dari narasi buku, tapi oh ini, oh warisanya ini," jelas dosen FUHum tersebut.
"Ini, kemudian munculah ini. Kita dibuat tim tahun 2021, tim pengembangan Wali Songo center yang diketuai Pak Anasom sebagai tindak lanjut penerus tadi pusat kajian dan budaya Jawa itu. Itu sebenarnya," tambahnya.
Lebih lanjut, Tajuddin mengatakan sebelumnya gedung Walisongo Center itu dulunya perpustakaan umum UIN Walisongo. Kemudian dia menyampaikan bahwa Walisongo Center itu setidaknya memiliki empat tujuan.
"Dulu ini adalah milik perpus lantai dua yang lama. Jadi, dibentuk sedemikian rupa berubah menjadi ruang. Walisongo Center itu mempunyai empat tujuan, jelas untuk riset pertama, kemudian untuk diskusi, kemudian untuk edukasi, dan koleksi," ungkap Tajuddin. [Rep. Jahid/Red. Dian]
KOMENTAR