![]() |
Potret perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHum) Kampus II. (Doc: ideapers.com/Dw) |
"Sekarang statusnya sebagai badan perpustakaan, karena perpustakaan itu harus terintegrasi sebenarnya di perpustakaan pusat UIN Walisongo. Namun apa yang ada di FUHum sekarang itu adalah ruang baru, penunjang ruang baca, yang sebelumya disebut perpustakaan," ungkap Eko kepada Kru IDEAPERS.COM melalui panggilan Whatsapp, pada Kamis (16/11/23).
Beralih fungsi menjadi ruang baca, jelas Eko, menyebabkan koleksi buku di perpustakaan fakultas tidak menyediakan referensi yang lebih lengkap.
Lebih lanjut, Saat ditanyai soal keberadaan buku-buku perpustakaan yang rusak bahkan dimakan rayap, ia mengatakan buku itu memang sudah seharusnya disimpan. Namun, pihaknya tidak memiliki tempat penyimpanan untuk buku tidak layak tersebut.
"Memang referensinya sangat terbatas karena referensi yang lengkap itu ada di perpustakaan pusat, buku-buku yang rusak itu juga, memang seharusnya sudah disimpan saja tapi karena memang tidak ada tempat untuk tandon buku, tandon buku lama ya memang masih display di ruang baca itu di perpustakaan fuhum, memang begitu keadaanya," jelasnya.
Mulanya, ia mengungkapkan perpustakaan FUHum sempat di wacanakan tutup dan akan dirubah menjadi Galeri oleh Dekan FUHum, Hasyim Muhammad.
“Karena statusnya bukan lagi sebagai perpustakaan, bahkan beberapa bulan yang lalu ada wacana perpustakaan ini mau ditutup, mau (dijadikan) sebagai galeri saja oleh pak dekan” ungkapnya.
![]() |
Terpampang sebuah informasi jadwal pelayanan perpustakaan, jelas pelayanan dibuka mulai pagi hingga sore Senin-Jumat. |
“Tapi melihat antusiasme mahasiswa, kebutuhan mahasiswa untuk mengerjakan tugas, santai-santai sambil membaca di ruangan tersebut, sehingga masih dibuka,” Ungkapnya.
Terakhir, Eko menghimbau kesadaran mahasiswa sekaligus pengunjung perpus FUHum untuk menjaga dan merawat buku-buku di perpustakaan Fakultas.
"Kita jaga bersama-sama jangan melipat buku, jangan mencoret buku Jangan meletakan buku di sembarangan tempat mengembalikan ke tempat semula Sehingga buku itu tidak cepat robek dan bisa dinikmati generasi selanjutnya," pungkasnya. [Rep. Arun, Ayu/Red. Riska]
KOMENTAR