Doc. ideapers.com |
Mahasiswa yang lulus semester 14 itu pun meceritakan awal mula dirinya batal wisuda meski sudah mendapatkan kursi.
Sidqon mengatakan, pada H-20 acara wisuda ia dihubungi oleh Sekretaris Jurusan (Sekjur) AFI sekitar jam 16.00 WIB. Kata Sekjur, lanjut Sidqon, ada satu mata kuliah yang belum diambil dan ia diminta untuk menemui Kepala Jurusan (Kajur) AFI.
Kesokan harinya, kata Sidqon, ia datang ke kampus untuk menemui Kajur AFI. Kajur AFI mengatakan ia belum mengambil mata kuliah Tafsir Ayat Fasalfi. Namun Sidqon sendiri merasa sudah mengambil semua mata kuliahnya.
"Setahu saya sudah semua pak, di buku monitoring udah saya centang semua yang sudah saya ambil, udah saya ambil semua. Terus pak kajur bilang ada bukti gak KST mu? udah saya cari pak tapi enggak ada. Ini kamu enggak bisa ikut wisuda kalau enggak ada buktinya," ujar Sidqon saat diwawancarai oleh Kru IDEAPERS.COM, pada Rabu (08/11/23).
Mahasiswa asal Batang tersebut telah mencoba melakukan negosiasi dengan pihak kampus, mulai dari Kajur AFI, Dekan FUHum, Wakil Dekan hingga Wakil Rektor Bidang Akademik (WR 1). Namun pihak kampus tetap tidak bisa membantu lataran dirinya telah memasuki semester 15.
"Saya sudah bolak balik ke kampus sampai 4-5 kali, katanya nggak bisa bantu kecuali saya punya bukti KST yang bisa dibuktikan ke kantor PTIPD untuk buka blokiran," jelasnya.
Baca Juga : Wali Wisudawan Keluhkan Tempat Duduk Terpisah: Orang Tua di Belakang, Anak Kita dimana Nggak Keliatan
Selain itu, Sidqon mengatakan pihak kampus hanya menyarankan untuk pindah ke perguruan tinggi lain untuk mengambil makul yang kurang.
"Mungkin bisa ngulang di perguruan tinggi lain 1 atau 2 semester sesuai dari kampus yang baru," tuturnya.
Kelalain Sistem Akademik Kampus
Sidqon merasa kecewa terhadap pihak kampus karena baru memberitahu kekurangan satu matkul pada H-20 wisuda.
Pasalnya pengambilan seluruh makul (mata kuliah) wajib menjadi persyaratan untuk pendaftaran sidang.
"Seharusnya kan itukan buat persyaratan daftar sidang. Kenapa setelah sidang selesai sudah dikatakan lulus, sudah revisi dan sudah dapat nomor kursi wisuda kok baru ngabarin kalo kurang 1 makul," ungkapnya.
Kata Sidqon, pihak kampus pun mengakui adanya kesalahan sistem akademik yang tidak mendeteksi hal tersebut sejak awal.
"Pak Kajur bilang oh ya maaf mas, ini staf akademik FUHum yang kecolongan," tuturnya.
Kekecewaan Keluarga
Ia berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Pasalnya ia sudah mempersiapkan wisuda dan orang tuanya pun senang lantaran anaknya lulus sarjana.
"Udah kasih tau ke orang tua, pasti bagi orang tua kan jadi suatu kebanggaan juga bisa wisuda kan. soalnya aku udah nempuh 7 tahun 14 semester," ujar Sidqon.
Namun kata Sidqon, begitu orang tua tahu bahwa dirinya batal wisuda, ibunya jatuh sakit.
"Ibu besoknya langsung sakit, dengar aku mau di DO lah intinya ibu sampe sakit," ungkapnya.
"Tadi pagi (08/11/23) aja bilang gini, kamu harusnya hari ini wisuda, sambil ibuku menangis tadi pagi, aku juga gak tega karna ngerasa bersalah banget," pungkasnya. [Rep. Erli/Red. Gita]
KOMENTAR