![]() |
Ratusan Mahasiswa UIN Walisongo melakukan aksi menolak kebijakan wajib ma'had di depan gedung rektorat Kampus III, pada Rabu (09/08/23). (Foto: Azka/Ideapers.com) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Ratusan mahasiswa UIN Walisongo yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Walisongo (AMW) melakukan aksi menolak kebijakan wajib Ma'had bertajuk 'Kosongkan Ma'had Geruduk Rektorat', di depan gedung rektorat Kampus III, pada Rabu (09/08/23).
Sebelum sampai di rektorat, ratusan mahasiswa itu sebelumnya telah melakukan longmarch dari Landmark Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) kampus III menunju Rektorat, dengan mengenakan atribut seperti baju hitam dan banner dengan tulisan yang bernada penolakan wajib Ma'had.
Menurut Faris Balya, salah satu orator aksi mengatakan tujuan aksi ini untuk memaksa pimpinan rektorat, Imam Taufiq agar mencabut SK Rektor yang mewajibkan seluruh mahasiswa baru tahun ajaran 2023/2024 untuk bertempat tinggal di Ma'had Al-jami'ah UIN Walisongo.
Baca Juga: Viral Video Santri Ma'had UIN Walisongo Keluhkan Fasilitas Makanan Tak Layak Konsumsi
Lebih lanjut, ia bersama Dewan Ekslusif Mahasiswa (DEMA) melakukan penolakan wajib Ma'had melalui surat terbuka untuk kementerian Agama RI nomor 128/DEMA-U/UIN-WS/VIII/2023 dengan tiga poin tuntutan.
Poin tuntutan tersebut di antaranya, pembatalan kewajiban Ma'had dan Pondok Mitra, pengembalian uang Ma'had, serta transparansi anggaran Ma'had.
Menurut Balya, kewajiban Ma'had dengan biaya satu semester sebanyak Rp 3 juta tidak sebanding dengan fasilitas yang mereka dapatkan.
"Mereka keluar uang untuk pembayaran ma'had, tapi fasilitas yang mereka nikmati ternyata sangat sangat tidak memanusiakan manusia. Oleh karena itu saya rasa banyaknya masa yang datang ke sini adalah salah satu bentuk dari luapan kemarahan yang mereka pendam selama 13 hari ini," ungkapnya kepada kru IDEAPERS.COM usai aksi berlangsung.
Baca Juga: Bayar Rp 4 Juta, Alumni Mahad Putra Masih Kecewa, Belum Rasakan Fasilitas yang Dijanjikan
Selain tiga tuntutan itu, ia juga mengecam pembungkaman mahasiswa baru yang mencoba mengeluhkan fasilitas Ma'had kepada media apapun.
"Banyak teman-teman mahasiswa yang dibungkam untuk tidak bersuara. Kita sangat mengecam pembungkaman kritisisme dari mahasiswa oleh para pimpinan," jelas Faris. [Rep. Rifky Adi/Red. Riska]
KOMENTAR