(Sumber: Istimewa) |
Setiap tahunnya, berbagai lomba Agustusan dimeriahkan masyarakat indonesia dengan buncah kegembiraan. Namun, keseruan lomba ini bukan hanya sekedar hura-hara yang hadir tanpa makna.
Tersimpan semangat kemerdekaan dari histori masa kelam Indonesia, ketika masih dijajah oleh Belanda hingga Jepang.
Berikut IDEAPERS.COM telah merangkum sejarah dari 4 perlombaan Agustusan yang sarat akan semangat kemerdekaan.
1. Panjat Pinang
(Sumber: Istimewa) |
Mulanya, lomba yang identik dengan hari kemerdekaan ini ternyata dianggap sebagai hiburan serta bahan tertawaan para petinggi Belanda yang bertempat tinggal di Batavia. Saat itu, panjat pinang dikenal dengan nama De klimmast yang artinya panjat tiang.
Klimmats awalnya dilakukan setiap 31 Agustus, untuk memperingati hari lahir Wilhelmina Helena Pauline Merie van Orange-Nassau, seorang Ratu Belanda. Sedangkan peserta panjat pinang yang dilumuri minyak adalah para pribumi yang dipertontonkan oleh meneer atau petinggi Belanda.
Untuk hadiah yang digantungkan pada tiang panjat, kala itu berupa bahan makanan. Seperti roti, beras, keju, tepung, pakaian, dan barang lainnya.
Akibat perekonomian yang sulit di zaman itu, pribumi rela berulang kali jatuh dan kotor-kotoran untuk memperoleh kebutuhan pangan.
Nilai filosofis panjat pinang mengajarkan manusia untuk berjuang meraih kemerdekaan, dengan cara bekerjasama, bermain dengan cerdik, serta saling membahu di antara sesama. Sehingga lomba ini, menjadi simbolisasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
2. Balap Karung
(Sumber: Istimewa) |
Perlombaan khas lainnya dalam memperingati 17 Agustus adalah Balap Karung. Karung goni yang digunakan untuk membungkus sebagian anggota tubuh, lalu melompat-lompat menuju garis finis, ternyata mempunyai nilai kesederhanaan pada zaman dahulu.
Di mana, ketika zaman penjajahan masyarakat Indonesia masih menggunakan pakaian dari karung goni. Selain itu, balap karung menjadi pengingat penjajah jepang yang menghalau distribusi pangan Indonesia.
Kemudian, penggunaan balap karung yang dipakai setengah badan, lalu meloncat dengan menginjak karung Gani diartikan sebagai simbol pembebasan dari penjajah.
3. Makan Kerupuk
(Sumber: Kompas.com) |
Ketika masa sebelum ataupun sesudah penjajahan, Indonesia masih memiliki kemampuan yang rendah di sektor ekonomi, salah satunya. Hal itu menyebabkan kerupuk menjadi lauk pauk utama pribumi kita, dan menunjukan bukti akan kemiskinan orang Indonesia.
Sehingga, pelaksanaan lomba makan kerupuk menjadi penghormatan dan mengingat jasa para pejuang kemerdekaan. Meski berkembangnya zaman, kerupuk telah menjadi bagian lauk pendamping semata.
4. Tarik Tambang
(Sumber: Istimewa) |
Sebenarnya, lomba tarik tambang sudah ada di beberapa negara dengan variasi nama saja yang berbeda. Misalnya, di Korea bernama Ju dariqu, di Myanmar ada Lun hswe, dan Peru yang dikenal dengan lomba lafuerza glufico. Bahkan sejarah mencatat, China kuno sudah memiliki tarik tambang sejak tahun ke-8 sebelum Masehi.
Indonesia mengenal lomba tarik tambang dari Belanda. Pada mulanya, Tali yang digunakan untuk lomba digunakan untuk menarik benda-benda berat seperti gerobak pasir, batu, dan alat berat lainnya.
Kini, masyarakat indonesia menghadirkan tarik tambang sebagai lomba Agustusan yang penuh suka cita. Selaras dengan itu, tarik tambang menyimpan berbagai nilai simbolik kebersamaan, gotong-royong, solidaritas, serta perjuangan bahkan semangat kemerdekaan.
Itulah sejarah dibalik keseruan lomba Agutusan yang tak lagi asing bagi kita, Warga Negara Indonesia. Meski berkembangnya zaman, telah melahirkan jenis lomba yang inovatif, variatif, dan lebih kekinian. Pada dasarnya perlombaan Agustusan dirayakan untuk mengenang, bergembira, dan terus menjaga nilai kebangsaan.
[Ayu Sugiarti]
KOMENTAR