Ibnu Sina (Dok. Istimewa) |
Banyak ilmuwan ataupun peneliti modern, khususnya dari Barat yang hanya mampu mengetahui hal-hal yang bersifat fisik dan gagal dalam mengetahui hal-hal metafisik seperti jiwa secara ilmiah. Mereka menganggap jiwa sesuatu yang bersifat abstrak, gaib, dan sulit untuk diterima secara rasional.
Sementara dalam pandangan Islam, manusia diciptakan dengan dua unsur yaitu tubuh dan jiwa. Dimana tubuh dan jiwa menjadi satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia. Tanpa adanya jiwa dalam tubuh manusia, niscaya manusia tidak bisa disebut sebagai makhluk hidup.
Baca Juga : Mengenang Sejarah Perintah Salat Dalam Isra' Mi'raj
Dalam dunia keislaman, persoalan hubungan antara jiwa dan tubuh telah banyak dibahas oleh para ulama, sufi, dan filsuf melalui karya-karyanya. Pasalnya dalam ajaran Islam, dimensi jiwa memiliki tinkat lebih tinggi daripada fisik.
Meskipun hubungan antara jiwa dan tubuh tidak dapat dipisahkan, jiwa memiliki pengaruh besar dalam tubuh manusia. Salah satunya dibahas oleh filsuf muslim sekaligus dokter yakni Ibnu Sina.
Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina lahir tahun 980 M/370 H di Afshanah, dekat Bukhara. Tokoh muslim ini dijuluki al-Shaykh al-Ra’is dan di Barat lebih populer dengan sebutan Avicenna. Ia juga dikenal sebagai “Guru Ketiga” setelah Aristoteles dan Al-Farabi.
Belum genap berusia 10 tahun, Ibnu Sina telah mahir dalam hal Al-Qur’an dan sastra. Minatnya pada ilmu kedokteran, mendorongnya untuk belajar pada ‘Isa bin Yahya.
Baca Juga : Menyingkap Keistimewaan Makna Halal Bihalal
Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina telah menjadi seorang dokter dan mampu mengatasi permasalahan pengobatan melalui serangkaian metode eksperimen yang ia kembangkan.
Kekuatan Jiwa
Ibnu Sina memiliki pendekatan yang komprehensif dalam menjelaskan perihal jiwa. Menurutnya, jiwa memberi kemampuan seseorang untuk bisa merasakan, berpikir, dan bertindak. Jiwa juga berperan dalam mengendalikan fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, pergerakan, dan respon terhadap lingkungan.
Ibnu Sina mempercayai jiwa memiliki peran penting dalam proses penyembuhan atau pengobatan manusia, karena jiwa dan tubuh saling berkaitan.
Hubungan antara jiwa dan tubuh tidak sekadar berdiri pada fungsinya masing-masing. Melainkan, keduanya memiliki keterikatan fungsi, sebagaimana jiwa yang kuat mampu menyembuhkan tubuh yang sakit.
Dalam hal ini Ibnu Sina meneliti secara ilmiah dan menjelaskan bagaimana jiwa yang kuat dapat membentuk fisik yang kuat juga.
Meskipun demikian, Ibnu Sina juga menekankan jika kekuatan jiwa saja tidaklah cukup untuk membantu peranan manusia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Sina tentang konsep jiwa dalam membantu proses pengobatan.
Peran jiwa saja tidak cukup untuk membantu proses penyembuhan, namun perlu adanya peningkatan kekebalan tubuh dan kemampuan tubuh untuk menekan penyakit tubuh.
Membaca prespektif Ibnu Sina tentang kekuatan jiwa, membuktikan bahwa sesuatu yang metafisik memiliki peranan terhadap realitas yang nyata. Dimana hal tersebut ditunjukan melalui hubungan keduanya.
Jiwa dan tubuh menjadi hal penting dalam membentuk manusia. Untuk menjaga keseimbangan diri, kita juga menyimbangkan peran keduanya. Fungsi jiwa tidak akan maksimal jika tidak didorong oleh kekuatan tubuh, begitupun sebaliknya. [Rifky Adi]
KOMENTAR