Mantan Rektor UIN Walisongo Semarang periode 2003-2010, Abdul Jamil, saat diwawancara Kru ideapers.com di kediamannya pada, Jum'at (09/06/23). (Dok. Ideapers.com) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Mantan Rektor UIN Walisongo Semarang periode 2003-2010, Abdul Jamil menyampaikan soal problematika kampus dari dulu hingga saat ini. Salah satunya mengenai budaya akdemik kampus.
Abdul Jamil menilai budaya akademik di UIN Walisongo masih bersifat pragmatis sehingga mahasiswa hanya belajar pada apa yang diberikan dosen. Menurutnya, kampus harus berbasis pada kebebasan akademik dengan proses belajar yang terbuka.
"Kita ini punya kebebasan akademik, mahasiswa dan dosen itu setara. Dalam hal sebagai orang yang sama-sama mencari kebenaran, sehingga jangan sampai dosen merasa paling tahu dan mahasiswa tidak tahu apa-apa, itu kan pendidikan SMA," jelas Abdul Jamil saat diwawancarai secara ekskulsif IDEAPERS.COM, di kediamannya, Jumat (09/06/23).
"Padahal kita sama-sama berkiprah dalam panggung akademik, mahasiswa bisa lebih tahu daripada dosen, sekarang kan eranya keterbukaan," lanjutnya.
Abdul Jamil mengatakan saat ini kita tengah berada di era keterbukaan informasi. Dimana, kata dia, ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diperoleh dan diakses oleh siapa saja melalui internet. Dengan itu, menurutnya, para dosen tidak bisa bersikap tertutup terhadap pemikiran mahasiswa.
"Anda (mahasiswa) bisa lebih tahu daripada saya (dosen) dalam hal tertentu, dan saya tidak boleh mengatakan 'tahu apa Anda anak kemarin sore?' kan tidak bisa," jelas mantan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) perode 2014 itu.
Baca Juga :
Apalagi, kata dia, dengan hadirnya Artificial Intellegence (AI) seperti ChatGPT dapat memudahkan mahasiswa dalam membuat tugas kuliahnya. Meskipun demikian, katanya, mahasiswa harus menyaring kembali infromasi ataupun jawaban yang diberikan oleh AI.
Lebih lanjut, Abdul Jamil mendorong agar seluruh civitas akademik untuk melakukan adjustment hingga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan.
"Apalagi sekarang ada Artificial Intellegence. AI apa saja yang kamu tanyakan disitu dijawab, yah walaupun jawabannya mesti harus kita saring," terang Abdul Jamil.
"(Jika tidak menyesuaikan) kita akan menjadi fosil, manusia lama yang hidup di dunia modern, itu yang antara kekurangannya," ungkap dia.
Kemudian, Abdul Jamil berpesan agar orientasi serta nilai budaya seluruh warga di UIN Walisongo harus terus ditingkatkan ke arah cinta ilmu mencari kebenaran.
"Saya yakin mahasiswa kita mampu, yang penting kita terus mentradisikan kebiasaan-kebiasaan yang bagus di dunia akademik. Cinta buku, cinta perpustakaan, cinta diskusi, berpikiran terbuka," tuturnya. [Rep. Rifki/Red. Dian]
KOMENTAR