![]() |
(Dok. Indonesia Travel) |
Semarang, IDEAPERS.COM - Hari raya Idul Adha merupakan salah satu hari besar yang dirayakan umat Islam di bulan Dzulhijjah. Adapun ritual yang biasa dilakukan umat muslim di Hari besar itu, yakni menyembelih hewan kurban yang telah disyariatkan oleh Islam. Umat muslim di berbagai daerah juga biasanya juga memiliki caranya sendiri untuk penyambutan.
Pada beberapa daerah di Indonesia, umat muslim menyambut Hari Raya Idul Adha dengan cara yang berbeda dan unik. Berikut beberapa tradisi unik yang dilakukan masyarakat muslim Indonesia untuk menyambut hari raya Idul Adha:
1. Tradisi Apitan di Semarang
![]() |
(Dok. Istimewa) |
Tradisi ini dilakukan dengan prosesi pembacaan doa dan dilanjutkan dengan arak-arakan gunungan hasil tani dan ternak. Arak-arakan tersebut nantinya akan diambil oleh masyarakat sekitar secara berebut. Tradisi apitan ini bertujuan untuk menunjukkan rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Perayaan tradisi ini telah dipercaya sebagai kebiasaan Wali Songo dahulu untuk ungkapan rasa syukur saat menjelang Idul Adha. Selain arak-arakan tradisi apitan juga menyuguhkan hiburan kearifan masyarakat setempat yang dapat disaksikan oleh siapa pun.
2. Tradisi Manten Sapi di Pasuruan
![]() |
(Dok. Istimewa) |
Dalam tradisi ini, hewan kurban yang akan disembelih, dihias terlebih dahulu sebagaimana riasan seorang manten. Sebelum disembelih, sapi tersebut akan dipakaikan kalung berupa bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, surban, dan sajalah. Kain kafan yang digunakan pada sapi tersebut melambangkan simbol kesucian bagi orang yang berkurban.
Setelah didandani, semua sapi akan diarak menuju masjid untuk disembelih. Daging sapi kurban yang mengikuti tradisi Manten Sapi biasanya akan diolah untuk disantap bersama-sama.
Tradisi Manten Sapi dinilai sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada hewan yang akan dikurangkan.
3. Tradisi Grebeg Gunungan di Yogyakarta
![]() |
(Dok. Indonesia Travel) |
Tradisi Grebeg Gunungan ini merupakan tradisi menjelang Idul Adha yang telah dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta sejak lama. Masyarakat muslim Yogyakarta akan mengarak hasil bumi dari halaman keraton sampai Masjid Gede Kauman. Arak-arakan hasil bumi ini berupa tiga gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur-mayur dan buah-buahan.
Masyarakat Yogyakarta yang mempercayai tradisi ini, menganggap jika mereka berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam gunungan maka mereka akan mendapatkan rezeki. Tradisi ini tidak hanya dilakukan pada saat Idul Adha, namun juga pada saat Idul Fitri yang terkenal dengan istilah Grebeg Syawal.
4. Tradisi Gamelan Sekaten di Cirebon
![]() |
(Dok. Istimewa) |
Tradisi Gamelan Sekaten ini dilestarikan oleh masyarakat muslim Cirebon. Tradisi ini digunakan oleh Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam di tanah Cirebon. Tidak hanya dilakukan pada saat hari raya Idul Adha, masyarakat Cirebon juga melakukan tradisi ini di Hari Raya Idul Fitri.
Rangkaian Gamelan dibunyikan sesaat setelah Sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Alunan Gamelan yang berada di sekitar Keraton Kasepuhan Cirebon, menandakan bahwa umat Islam di cirebon tengah merayakan hari kemenangan, yakni Hari Raya Idul Adha.
5. Tradisi Meugang di Aceh
![]() |
(Dok. Istimewa) |
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Aceh sebagai ungkapan rasa syukur atas kemakmuran tanah Aceh dan telah dilaksanakan sejak ratusan tahun lalu. Tradisi Megang, identik dengan makan bersama-sama dengan menu daging sapi atau kerbau yang diolah dalam beraneka masakan.
Sejarah tradisi Meugang berawal pada masa kerajaan Aceh yang memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Sampai saat ini, masyarakat Aceh tetap melestarikan tradisi Meugang untuk menyambut hari-hari besar umat Islam, termasuk Idul Adha serta Idul Fitri. [Ali Maskur]
KOMENTAR