Judul Buku : Inferno
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Djiwani Nimpoeno dan Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : VII, 2014
Tebal : 644 hlm
“Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral“
Populasi menjadi salah satu masalah yang dianggap paling mengancam akhir-akhir ini. Ledakan jumlah kelahiran manusia pun ditakutkan akan menjadikan dunia penuh sesak bahkan tak ada ruang kosong untuk sekedar ‘merebahkan diri’. Dan Brown pun tak luput dari ketertarikan mengenai isu tersebut. Dalam novelnya Inferno, Dan Brown mencoba untuk membuat kita larut dalam imajinasi ancaman populasi.
Over populasi adalah masalah kesehatan. Para ahli biologi menganggap, peningkatan laju pertumbuhan manusia yang drastis sebagai masalah yang krusial. Organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) telah memprediksikan jika penduduk bumi akan menjadi sekitar sembilan milyar sebelum pertengahan abad ini. Sumber daya alam pun akan semakin menyusut, berbagai macam spesies hewan akan punah dan air bersih akan semakin berkurang bahkan sulit ditemukan.
“ketika semua tempat di dunia penuh sesak oleh penghuni sehingga mereka tidak bisa bertahan hidup di tempat mereka berada dan juga tidak bisa pindah ke tempat lain, maka dunia akan membersihkan dirinya sendiri” (Machiavelli)
Kutipan dari Machiavelli menunjukkan betapa dahsyatnya implikasi dari masalah demografi yang sedang dihadapi dunia ini. Semua manusia berpotensi untuk menjadi seorang pencuri untuk memberi makan keluarga mereka. Dan mungkin akan menjadi seorang pembunuh untuk mempertahankan anak-anak mereka. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan? Pembatasan penduduk manusia, melakukan pengendalian kelahiran lewat pendidikan pun tak akan bisa menghambat laju populasi manusia. Karena Ledakan populasi menjadi ancaman masa depan jika tak segera dihentikan.
Dan Brown menggambarkan, Bertrand Zobrist adalah seorang ilmuwan antagonis yang ingin melakukan pembunuhan massal melalui ciptaan genetisnya. Inferno merupakan karya terkemuka milik Dante Alighieri yang juga menginspirasi Zobrist untuk mengemas alur pembunuhan massal secara runtut namun rumit, penuh dengan kode, simbol dan teka-teki. Puisi epik inferno yang ditulis pada tahun 1300-an menggambarkan hukuman akhirat menjadi mengerikan, mendalam dan tak terlupakan. Adalah Botticelli, sang seniman yang terobsesi karya-karya Dante, menerjemahkan neraka sebagai wujud corong bawah tanah dengan pemandangan berupa api, limbah, belerang, dan iblis yang berada di tengah corong.
Dalam menjalankan misinya, Zobrist memberikan petunjuk di dalam bait-bait puisi serta lukisan Inferno karya Dante. Kemudian ia meminta kepada konsorsium – sebuah organisasi swasta yang bertujuan memberikan perlindungan, pertahanan serta menambah kekuasaan – untuk mensukseskan misinya. Dalam 14 hari kedepan, Zobrist menyuruh kepala konsorsium memutar video yang ia buat pada hari terakhir. Video berisikan proses pembuatan wabah penyakitnya dan penjelasan mengenai motif misi kejahatannya, serta menyuruh untuk membunuh Robert Langdon yang menyimpan stempel kuno-dimana stempel tersebut dapat memecahkan teka-teki Zobrist.
Dengan segala kepiawaiannya, Zobrist memodifikasi ulang Map of Hell (Peta Neraka) karya Boticelli berdasarkan Infernonya Dante, agar Langdong tak dapat menggagalkan misinya. Lukisan peta neraka tersebut adalah petunjuk dimana Zobrist menyimpan ciptaan genetisnya yaitu wabah kematian. Wabah tersebut merupakan virus vektor yang dapat memodifikasi DNA manusia. Jika mutasi terkecil dalam tubuh manusia terjadi, dapat menyebabkan kanker, gagal organ, kerusakan darah serta menyerang fertilisasi manusia. Penyebaran wabah ini terdapat di udara dan di sebuah plastik Solublon yang diletakkan di bawah permukaan air. Serta dapat terurai lebih cepat dibanding plastik pada umumnya. Wabah itu dapat tersebar dengan sendirinya sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Robert Langdon-pemeran utama novel ini-ditemani oleh wanita cantik nan cerdas bernama Sienna Brooks dalam memecahkan simbol dan teka-teki Zobrist. Namun, suatu hari ia harus merasakan penghianatan karena wanita tersebut ternyata bersekongkol dengan ilmuwan cerdik itu. Di tengah keputusasannya, Langdon bertemu dengan anggota WHO-dr. Elizabeth Sinskey- yang juga memburu Zobrist sang bioteroris dunia.
Menjelang hari ke-14, hari dimana wabah kematian itu hampir tersebar, Zobrist memilih untuk bunuh diri karena ia mengira misinya hampir berhasil. Kematian sang ilmuwan tidak mengartikan mati pula misinya. Ternyata, Zobrist telah menelurkan sekte transhumanisme garis keras dan telah memiliki banyak pengikut fanatiknya. Salah satu anggota konsorsium adalah salah satunya. Transhumanisme adalah filosofi yang mengatakan manusia harus menggunakan teknologi untuk merekayasa spesies kita sendiri supaya lebih kuat. Penggerak sekte ini terdiri dari para pemikir apokaliptik yang meyakini pengertian bahwa kiamat sudah dekat dan harus ada yang mengambil tindakan drastis untuk menyelamatkan masa depan spesies.
Tak terduga, akhirnya Sienna memutuskan bergabung kembali bersama Langdon dan menyelamatkan manusia dari wabah kematian Zobrist. Puisi Dante, Map of Hell, The Mendagium, Hall of Five Hundred, Topeng Kematian Dante telah ia lewati untuk mengupas teka-teki sang ilmuwan cerdas dari kematian massal. Di luar, kegelapan berubah menjadi kebahagiaan masa depan. Karena dalam masa berbahaya, tidak ada dosa yang lebih besar daripada diam.
Dalam novel ini Dan Brown sangat piawai dalam meramu teori biologi berpadu dengan karya seni, filsafat, sastra, dan sejarah dengan apik. Singkat namun padat penuh isi. Ditambah dengan penggambaran tiga budaya yang saling bertautan, membuat pembaca semakin larut dalam cerita. Namun dalam setiap novel Dan Brown alur cerita yang dipakai hampir sama; keruwetan memecahkan kode dengan dibumbui karya seni, sains, dan wanita. Dan bahasa terjemah dari nevel ini pun cukup mudah dipahami, sehingga membuat pembaca tidak kebingungan. Selamat membaca. (Mustika Bintoro)
Penulis : Dan Brown
Penerjemah : Inggrid Djiwani Nimpoeno dan Berliani Mantili Nugrahani
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan : VII, 2014
Tebal : 644 hlm
“Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral di saat krisis moral“
Populasi menjadi salah satu masalah yang dianggap paling mengancam akhir-akhir ini. Ledakan jumlah kelahiran manusia pun ditakutkan akan menjadikan dunia penuh sesak bahkan tak ada ruang kosong untuk sekedar ‘merebahkan diri’. Dan Brown pun tak luput dari ketertarikan mengenai isu tersebut. Dalam novelnya Inferno, Dan Brown mencoba untuk membuat kita larut dalam imajinasi ancaman populasi.
Over populasi adalah masalah kesehatan. Para ahli biologi menganggap, peningkatan laju pertumbuhan manusia yang drastis sebagai masalah yang krusial. Organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) telah memprediksikan jika penduduk bumi akan menjadi sekitar sembilan milyar sebelum pertengahan abad ini. Sumber daya alam pun akan semakin menyusut, berbagai macam spesies hewan akan punah dan air bersih akan semakin berkurang bahkan sulit ditemukan.
“ketika semua tempat di dunia penuh sesak oleh penghuni sehingga mereka tidak bisa bertahan hidup di tempat mereka berada dan juga tidak bisa pindah ke tempat lain, maka dunia akan membersihkan dirinya sendiri” (Machiavelli)
Kutipan dari Machiavelli menunjukkan betapa dahsyatnya implikasi dari masalah demografi yang sedang dihadapi dunia ini. Semua manusia berpotensi untuk menjadi seorang pencuri untuk memberi makan keluarga mereka. Dan mungkin akan menjadi seorang pembunuh untuk mempertahankan anak-anak mereka. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan? Pembatasan penduduk manusia, melakukan pengendalian kelahiran lewat pendidikan pun tak akan bisa menghambat laju populasi manusia. Karena Ledakan populasi menjadi ancaman masa depan jika tak segera dihentikan.
Dan Brown menggambarkan, Bertrand Zobrist adalah seorang ilmuwan antagonis yang ingin melakukan pembunuhan massal melalui ciptaan genetisnya. Inferno merupakan karya terkemuka milik Dante Alighieri yang juga menginspirasi Zobrist untuk mengemas alur pembunuhan massal secara runtut namun rumit, penuh dengan kode, simbol dan teka-teki. Puisi epik inferno yang ditulis pada tahun 1300-an menggambarkan hukuman akhirat menjadi mengerikan, mendalam dan tak terlupakan. Adalah Botticelli, sang seniman yang terobsesi karya-karya Dante, menerjemahkan neraka sebagai wujud corong bawah tanah dengan pemandangan berupa api, limbah, belerang, dan iblis yang berada di tengah corong.
Dalam menjalankan misinya, Zobrist memberikan petunjuk di dalam bait-bait puisi serta lukisan Inferno karya Dante. Kemudian ia meminta kepada konsorsium – sebuah organisasi swasta yang bertujuan memberikan perlindungan, pertahanan serta menambah kekuasaan – untuk mensukseskan misinya. Dalam 14 hari kedepan, Zobrist menyuruh kepala konsorsium memutar video yang ia buat pada hari terakhir. Video berisikan proses pembuatan wabah penyakitnya dan penjelasan mengenai motif misi kejahatannya, serta menyuruh untuk membunuh Robert Langdon yang menyimpan stempel kuno-dimana stempel tersebut dapat memecahkan teka-teki Zobrist.
Dengan segala kepiawaiannya, Zobrist memodifikasi ulang Map of Hell (Peta Neraka) karya Boticelli berdasarkan Infernonya Dante, agar Langdong tak dapat menggagalkan misinya. Lukisan peta neraka tersebut adalah petunjuk dimana Zobrist menyimpan ciptaan genetisnya yaitu wabah kematian. Wabah tersebut merupakan virus vektor yang dapat memodifikasi DNA manusia. Jika mutasi terkecil dalam tubuh manusia terjadi, dapat menyebabkan kanker, gagal organ, kerusakan darah serta menyerang fertilisasi manusia. Penyebaran wabah ini terdapat di udara dan di sebuah plastik Solublon yang diletakkan di bawah permukaan air. Serta dapat terurai lebih cepat dibanding plastik pada umumnya. Wabah itu dapat tersebar dengan sendirinya sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Robert Langdon-pemeran utama novel ini-ditemani oleh wanita cantik nan cerdas bernama Sienna Brooks dalam memecahkan simbol dan teka-teki Zobrist. Namun, suatu hari ia harus merasakan penghianatan karena wanita tersebut ternyata bersekongkol dengan ilmuwan cerdik itu. Di tengah keputusasannya, Langdon bertemu dengan anggota WHO-dr. Elizabeth Sinskey- yang juga memburu Zobrist sang bioteroris dunia.
Menjelang hari ke-14, hari dimana wabah kematian itu hampir tersebar, Zobrist memilih untuk bunuh diri karena ia mengira misinya hampir berhasil. Kematian sang ilmuwan tidak mengartikan mati pula misinya. Ternyata, Zobrist telah menelurkan sekte transhumanisme garis keras dan telah memiliki banyak pengikut fanatiknya. Salah satu anggota konsorsium adalah salah satunya. Transhumanisme adalah filosofi yang mengatakan manusia harus menggunakan teknologi untuk merekayasa spesies kita sendiri supaya lebih kuat. Penggerak sekte ini terdiri dari para pemikir apokaliptik yang meyakini pengertian bahwa kiamat sudah dekat dan harus ada yang mengambil tindakan drastis untuk menyelamatkan masa depan spesies.
Tak terduga, akhirnya Sienna memutuskan bergabung kembali bersama Langdon dan menyelamatkan manusia dari wabah kematian Zobrist. Puisi Dante, Map of Hell, The Mendagium, Hall of Five Hundred, Topeng Kematian Dante telah ia lewati untuk mengupas teka-teki sang ilmuwan cerdas dari kematian massal. Di luar, kegelapan berubah menjadi kebahagiaan masa depan. Karena dalam masa berbahaya, tidak ada dosa yang lebih besar daripada diam.
Dalam novel ini Dan Brown sangat piawai dalam meramu teori biologi berpadu dengan karya seni, filsafat, sastra, dan sejarah dengan apik. Singkat namun padat penuh isi. Ditambah dengan penggambaran tiga budaya yang saling bertautan, membuat pembaca semakin larut dalam cerita. Namun dalam setiap novel Dan Brown alur cerita yang dipakai hampir sama; keruwetan memecahkan kode dengan dibumbui karya seni, sains, dan wanita. Dan bahasa terjemah dari nevel ini pun cukup mudah dipahami, sehingga membuat pembaca tidak kebingungan. Selamat membaca. (Mustika Bintoro)
KOMENTAR