Potret Rusmadi saat menjadi narasumber dalam Diskusi Umum bersama Kru LPM IDEA pada, Kamis (30/03/23) |
Dalam diskusi yang bertema "Mendialektikakan Energi Terbarukan dalam Prespektif Sosio Ekologi" Rusmadi menjelaskan faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia masih belum siap bertransformasi menuju sumber energi terbarukan.
"Jika dihitung secara kuantitatif pasti banyak yang tidak siap," sebutnya dalam diskusi bersama LPM IDEA pada, Kamis (30/03/23).
Jika ditinjau dari prespektif ekonomi, kata Rusmadi, pendapatan perkapita mayoritas masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Sehingga cukup sulit untuk mengakses energi terbarukan seperti listrik yang cukup mahal.
Diketahui, Pemerintah resmi menerbitkan aturan mengenai pemberian bantuan subsidi untuk pembelian Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yakni motor listrik dan mobil listrik, yang akan dimulai pada 20 Maret 2023.
Melansir dari Katadata.co.id pemerintah memberikan berupa dukungan subsidi sebesar 7 juta untuk motor listrik.
Rusmadi mengatakan masyarakat cenderung memilih bahan bakar yang dirasa lebih terjangkau. Perilaku ini karena kondisi ekonomi yang masih rendah, salah satu penyebabnya ialah minimnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki.
Rusmadi mengungkapkan masyarakat dihadapkan dengan kebimbangan antara merealisasikan penggunaan energi terbarukan yang ramah dengan biaya yang mahal. Atau tetap bertahan dengan bahan bakar BBM dengan konsekuensi meningkatnya emisi karbon.
"Jadi dilema masyarakat itu milih murah atau ramah?" ujarnya.
Selain itu, Rusmadi berpesan agar masyarakat berpikir maju dan tidak hanya menjadi konsumen.
"Masyarakat harus berpikir maju, dan berani mencoba berbagai kemungkinan untuk menjadi subjek peradaban," jelasnya.
Lebih lanjut, Rusmadi menyebutkan konsumsi masyarakat terhadap bahan bakar semakin meningkat. Hal tersebut diakibatkan karena masyarakat indonesia yang lebih banyak hanya menjadi konsumen.
"Masyarakat perlu bisa menjadi prosumen (produsen sekaligus konsumen)," ujar dosen FST tersebut.
Dosen FST tersebut menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat eksploitasi bahan baku energi. Ia menuturkan satunya dengan mengubah pola hidup menjadi lebih ramah lingkungan. Seperti memperpanjang usia barang, hingga menerapkan pola hidup slowliving.
"Tapi dengan cara seperti itulah kita bisa green," sebutnya.[Rep.Zaqia/ Red.Gita]
KOMENTAR