Ilustrasi by popmama.com |
Isra Mi'raj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid Al-Aqsa Yerusalem, melewati langit-langit, ke Sidratul Muntaha yang mana tempat tersebut tidak dapat dijangkau nalar dan pengetahuan manusia, jin bahkan malaikat sekalipun.
Peristiwa Isra dan Mi'raj ialah dua perjalanan Nabi Muhammad SAW yang terjadi dalam satu malam. Peristiwa ini berlangsung pada tanggal 27 Rajab di tahun Hijriah dan diperingati setiap tahunnya hingga kini merupakan perjalanan suci Nabi Muhammad SAW.
Isra Mi'raj termasuk sebagai peristiwa penting bagi umat Islam, banyak sekali hikmah dalam peristiwa dan sejarah Isra Mi'raj. Saat itu, Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT untuk menjalankan salat lima waktu, memperoleh keistimewaan dari Allah untuk melakukan perjalanan mulia bersama Malaikat Jibril untuk bertemu dengan nabi-nabi terdahulu, melihat surga dan neraka serta 'bertemu' dengan Allah. Lebih lanjut, berikut hal-hal menarik di balik Isra Mi'raj:
1. Waktu Isra Mi'raj
Terdapat perbedaan pendapat antara ulama dan ahli sejarah terkait dengan tanggal dan tahun peristiwa Isra Mi'raj. Menurut at-Thabari, Isra Mi'raj terjadi ketika Allah memuliakan Muhammad dengan risalah kenabian.
Pendapat lain mengatakan bahwa Isra Mi'raj berlangsung pada tahun kelima kenabian (an-Nawawi dan al-Qurthubi), malam tanggal 27 Rajab tahun ke-10 kenabian (al-Allamah al-Manshurfuri), enam bulan sebelum hijrah atau bulan Muharram tahun ke-13 kenabian, dan setahun sebelum hijrah atau bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-13 kenabian. Sementara menurut riwayat Ibnu Sa’ad, peristiwa agung tersebut terjadi pada 18 bulan sebelum hijrah.
Menurut Syekh Syafiyyurahman al-Mubarakfuri dalam Sirah Nabawiyah (2012) terdapat tiga pendapat pertama yaitu at-Thabari, an-Nawawi dan al-Qurthubi. Pendapat al-Manshurfuri tertolak dengan alasan Sayyidah Khadijah meninggal pada tahun ke-10 kenabian saat Khadijah meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu.
Di luar dari perbedaan pendapat tersebut, yang paling populer dan kuat adalah Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke- 10 kenabian dan setiap tahunnya diperingati oleh umat Islam seluruh dunia.
2. Dibelahnya dada Nabi Muhammad oleh Jibril
Mengacu pada buku Air Zamzam Mukjizat yang Masih terjaga (Said Bakdasy, 2015), dada Nabi Muhammad dibelah dan 'dibersihkan' hatinya oleh Malaikat Jibril dengan air zamzam sebanyak empat kali.
Pertama, ketika Nabi Muhammad berusia empat tahun dan masih tinggal bersama dengan ibu susunya, Sayyidah Halimah di kampung Bani Sa'd.
Yang kedua, ketika usia Nabi Muhammad mendekati usia taklif (mukallaf). Hatinya dibersihkan oleh Jibril dengan air zamzam agar tidak tercampur dengan hal-hal yang membuat seorang pemuda cacat.
Pembelahan dada selanjutnya adalah ketika Jibril membawa wahyu pengangkatan nabi tepatnya saat berusia 40 tahun. Hikmah di balik pembelahan ketiga ini adalah agar Nabi Muhammad mampu menerima wahyu denga hati yang kuat dan diridhai.
Terakhir ketika Isra Mi'raj. Sesuai dengan salah satu hadist riwayat Bukhari, Jibril membelah dada Muhammad dan membersihkan hatinya dengan tujuan agar dipenuhi dengan iman sebelum Isra Mi'raj.
3. Menaiki Buraq
Nabi Muhammad mengendarai buraq ketika dalam perjalanan dari Makkah ke Yerusalem, dan dari Yerusalem ke Sidrahtul Muntaha. Kata Buraq berasal dari kata Barq yang berarti kilat. Hal itu juga menjadi isyarat bahwa kecepatan buraq seperti kilat. Diriwayatkan bahwa ukuran tubuh buraq lebih kecil daripada kuda dan leih besar daripada bagal (hewan persilangan antara kuda dan keledai).
4. Bertemu dengan nabi-nabi terdahulu
Saat Isra Mi'raj, Nabi Muhammad ditemani oleh Malaikat Jibril menembus lapisan langit-langit. Di langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Di langit kedua, beliau bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Kemudian bertemu dengan Nabi Yusuf di langit ketiga. Di langit keempat, beliau bertemu dengan Nabi Idris. Nabi Harun bin Imran di langit keenam. Lalu, di langit ke tujuh Nabi Muhammad bersua dengan Nabi Ibrahim.
5. Melihat siksa di neraka
Allah memperlihatkan Muhammad berbagai macam siksa yang diterima karena telah melakukan perbuatan yang dilarang. Hal tersebut dilihat oleh Nabi Muhammad setelah berjumpa dengan Nabi Adam di langit pertama, sebagaimana yang diceritakan oleh Ibnu Hisyam, dalam buku Sejarah Hidup Muhammad (Muhammad Husain Haekal, 2013).
Nabi Muhammad juga bertemu dengan malaikat penjaga neraka, yaitu Malaikat Malik. Dikatakan oleh Jibril bahwa Malik tidak bisa senyum. Karena, ketika ia bertemu dengan Nabi, ia tidak mesem sama sekali.
6. Melihat surga
Jibril juga mengajak Nabi Muhammad untuk berkeliling melihat surga dan Baitul Ma'mur (Ka'bahnya penduduk langit) yang terletak di langit ketujuh. Sebanyak 70 ribu penduduk langit beribadah setiap saat. Di samping itu, beliau juga melihat Arsy (singgasana Allah) dan Sidratul Muntaha sangat indah hingga tidak terlukiskan dengan kata-kata.
7. Bertemu dengan Allah
Berbagai pendapat ulama yang berbeda-beda tentang bagaimana Nabi Muhammad 'bertemu' dengan Allah. Apakah dengan mata telanjang, dengan mata hati atau sanubari? Menurut Sirah Nabawiyah (Syekh Syafiyyurrahman al-Mubarakfuri, 2012), Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, mengutip perkataan Ibnu Taimiyah, bahwa Nabi Muhammad melihat Allah dengan mata telanjang. Menurut Ibnu Abbas, Nabi Muhammad melihat Allah dengan mutlak dan dengan sanubarinya.
8. shalat lima waktu
Saat peristiwa Isra Mi'raj, Allah mensyariatkan shalat lima waktu yang pada sebelumnya umat Islam melaksanakan shalat sebanyak dua kali, yaitu saat pagi dan petang. Tak seperti syariat-syariat yang lain, pada saat itu Allah langsung mengundang Nabi Muhammad untuk menemuinya dan menerima kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam.
Di balik syariat shalat lima waktu tersebut, ada kisah menarik di dalamnya. Awalnya Allah mewajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya untuk melaksanakan shalat 50 kali dalam sehari semalam. Beliau menerima itu, lalu turun dan bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa bertanya perintah apa yang Allah berikan ke Nabi Muhammad.
"Shalat lima puluh kali," jawab Nabi Muhammad.
Mendengar jawaban itu, Nabi Musa meminta Nabi Muhammad untuk meminta dispensasi dengan menghadap kembali ke Allah dengan alasan umat Nabi Muhammad tidak akan sanggup mengerjakan shalat dengan sebanyak itu dalam sehari semalam. Beliau kembali menghadap Allah dan meminta keringanan. Hal itu terjadi berulang kali hingga menyisakan lima waktu yang wajib untuk Nabi Muhammad dan Umatnya.
9. Abu Bakar mendapatkan gelar as-Siddiq
Setelah Nabi Muhammad menceritakan apa yang telah dialaminya, musuh-musuh Islam mengolok-ngolok Nabi Muhammad. Mereka menyebut Nabi Muhammad bohong dan mengada-ada.
Karena cerita tidak masuk akal itu, banyak umat yang akhirnya pergi meninggalkan Islam. Sayyidina Abu Bakar tampil ke depan dan membantah orang-orang yang telah mendustakan Nabi Muhammad. Kemudian ia menemui Muhammad dan mendengarkan secara langsung penjelasan tentang apa saja yang dialami Nabi selama Isra Mi'raj.
Setelah mendengarkan cerita Nabi, Abu Bakar langsung mendeklarasikan bahwa dirinya percaya dengan seluruh perkataan oleh Nabi Muhammad, tanpa ragu sedikitpun. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad kemudian memberi julukkan kepada Abu Bakar dengan 'as-Siddiq' (yang berkata benar).
Menurut Quraish Shihab dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW (2018), bahwa peristiwa Isra Mi’raj tidak bisa diamati dengan pendekatan ilmiah. Karena, pendekatan tersebut perlu menggunakan pengamatan, trial and error, serta eksperimen. Dan ketiga hal tersebut tidak mungkin terjadi saat Isra Mi’raj. Karena, Isra Mi’raj hanya terjadi sekali, tidak bisa dilakukan aneka eksperimen untuk membuktikannya karena Isra Mi’raj tidak menggunakan ‘alat.’
Lanjutnya, Isra Mi’raj hanya bisa didekati dengan pendekatan iman. Seperti yang tertera dalam QS. al-Isra’ ayat 1, jelas disebutkan bahwa hanya Allah yang memperjalankan hambanya (Nabi Muhammad) dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pada suatu malam. Sementara Nabi Muhammad hanyalah objek. Dan Allah tidak membutuhkan waktu dan alat untuk mewujudkan kehendak-Nya. Waallahu ‘Alam.
[ Hava Ariantara]
KOMENTAR