Semarang, IDEAPERS.COM – Dosen Fakultas Psikologi dan Kesehatan (FPK), Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Nadya Ariyani Hasanah Nuriyyatiningrum, menyebutkan tiga hal yang menjadi tantangan mahasiswa saat memasuki fase dewasa awal dalam kacamata psikologi. Diantaranya, hubungan dekat dengan lawan jenis atau inimasi, masalah karir dan masalah relasi.
Nadya menyebutkan usia mahasiswa dalam ranah psikologi disebut dewasa awal. Lebih lanjut, ia mengatakan menjalin inimasi dalam proses perkembangan dewasa awal, bukan menjadi faktor tantangan utama. Namun masalah inimasi berpotensi menjadi stresure sendiri yang akan berakibat pada terhambatnya proses tersebut.
"Saya tidak bisa mengatakan bahwa ini bisa menjadi faktor utama tapi secara teoritis memang iya ada korelasi, karena di dewasa awal ada kebutuhan untuk itu. Ada tugas untuk menjalin inimasi," jelas Nadya.
Kemudian Nadya mengatakan, ketiga tantangan tersebut jika mahasiswa berhasil mencapainya dapat menjadi indikator kesuksesan dalam perkembangannya.
“Kayak tugas gitu ya, jadi akan dikatakan sukses dalam periode perkembangan kalau dia bisa mencapai itu. Salah satu tugas perkembangannya dewasa awal yaitu Inimasi, ketika dia berhasil menjalin hubungan dekat dengan lawan jenis. Kemudian ada masalah karir, ada masalah relasi. Relasi yang bukan relasi romantis ya, tapi relasi secara umum,” jelasnya dalam wawancara eksklusif bersama Kru IDEAPERS.COM di kantor FPK, Jumat (04/11/22).
Kemudian, Nadya mengatakan untuk mendukung keberhasilan capaian ini, dibutuhkan lingkungan yang mendukung atau support system dalam membangun proses perkembangan dewasa awal. Sebagai contoh orang yang mendukung anaknya dari jauh sebagai mahasiswa diperantauan.
“Banyak banget kemungkinan kita untuk mendapatkan dukungan. Mulai dari keluarga aja nih, aspeknya banyak ya, ada bapak, Ibu, ada kakak, adek, bahkan mungkin yang tinggal serumah bareng tante kakek nenek itu bisa menjadi support system, ” terangnya.
Namun, Nadya menyoroti kesalahan berfikir anak muda sekarang yang mengartikan support system sebagai pasangan asmara belaka. Menurutnya perspektif tersebut dapat menghambat kesempatan perkembangan diri mereka.
“Teman kuliah itu ada banyak. Tapi biasanya orang tutup mata ya, kalau udah satu orang bucinnya, pokoknya duniaku ya orang ini. Kalau ditilik lebih lanjut sebenarnya kesalahan dalam berpikir, ada distorsing kognitif di sana. Orang dengan distorsing kognitif ini akhirnya kayak make kacamata kuda gitu, lurus, sehingga dia lupa nih kalau ada banyak kesempatan yang bisa didapatkan dari orang yang lebih,” tutur Nadya.
Tipe Menghadapi Masalah
Nadya menjelaskan ada tiga macam cara seseorang dalam menghadapi tantangan masalahnya. Ada yang tipe lari dari masalah (fligh), berdiam diri tanpa solusi (freeze), dan ada yang menghadapi masalahnya (fight). Menghadapi masalah dengan figh menurut Nadya menjadi cara yang paling sehat.
“Ada orang-orang yang fight nah ini yang paling sehat nih, jadi dia kalau ada masalah dia berusaha untuk mengerahkan kemampuannya agar dia tetap bertahan untuk menangani masalahanya,” jelasnya.
Lebih lanjut, Nadya menjelaskan, setiap orang mempunyai caranya masing-masing dalam menyelesaikan masalah, tergantung pada persepsinya.
“Intinya itu sih sebenarnya, jangan cuma dipikirin. Tapi berani beraksi untuk menyelesaikan masalah,” tuturnya [Rep. Riska/Red. Gita]
KOMENTAR