Patung Kuda Berjingkrak Dua

Ontran-ontran berbondong-bondong mengoyak kemerdekaan

Yang diperjuangkan jendral-jendral tanpa penghargaan

Kemerdekaan yang dulu di perjuangkan kini, di perebutkan dengan dalih perdamaian

Kematian jendral tanpa bintang menjadi sia-sia dan dilupakan

Fatwa jihad hadrotussyekh, 

Pekik takbir dalam pidato bung tomo 

Hanya berlaku di tahun-tahun itu saja, selebihnya kosong bagai perut bedug yang bolong

Entah kenapa, merdeka atau mati diubah menjadi berkuasa atau di kuasai

Jargon pragmatic “berani mati” dihinakan demi kekuasaan

Dihinakan oleh jiwa-jiwa yang mabuk congyang penjajahan

Diinjak-injak oleh jiwa yang sakau sabu hedonistic pemuja nafsu ketamakan

Mereka mengaku benci penjajahan, tapi mereka sendiri juga penjajah kemanusiaan

10 november 1945 

Pekik takbir bergaung di langit Surabaya, diliputi pekikan jancok juga asuuu

Jancok, takbir dan Asu di pekikkan Arek suroboyo yang muntab akan penjajahan

Pengobar perjuangan melawan ketamakan dan keserakahan

Tapi kini aku tak tau kenapa pekik Asu berubah menjadi Aku

Yang berdengung di seantero jagat hanya Aku, aku dan aku

Hingga langit-langit terasa sesak oleh keakuan yang menggelikan

Raksinya lebih busuk dari bangkai udang di pelelangan

Makin hari makin sering pekik asu menjadi aku

Hingga aku tak tahu mana yang aku mana yang asu

Atau yang asu adalah aku 

Atau akulah yang asu

Pahlawan-pahlawan itu kian hari kian menyedihkan

Patung kuda mereka berjingkrak dua,

Bukan karena mati di medan laga

Tapi mati oleh…

[Fajar]