Setelah gelaran PBAK 2022, mahasiswa baru (maba) di UIN Walisongo Semarang sedang memasuki fase awal perkuliahan. Mungkin ada banyak perbedaan yang dialami para maba ini dengan lingkungan sebelumnya, saat berkuliah di UIN Walisongo. Dimana hal tersebut terkadang membuat kita kurang nyaman dan harus beradaptasi.
Menjadi maba di UIN Walisongo kamu harus bersiap-siap karena bakal menghadapi tantangan-tantangan berikut ini;
1. Culture Shock
Perubahan budaya, lingkungan, cara belajar, bahasa hingga kebiasaan akan terasa perbedaannya ketika kamu masih duduk di bangku sekolah. Walaupun sama-sama bertujuan mencari ilmu, ketika sekolah kamu lebih banyak bergantung pada guru dan buku-buku paket pelajaran untuk mendapat ilmu dan informasi.
Berbeda dengan di dunia perkuliahan, sebagai mahasiswa kita dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar. Pasalnya dosen di kelas hanya sebagai pengantar materi saja. Selebihnya untuk mendalami materi kita bisa melakukan membaca, berdiskusi ataupun mencari kegiatan yang menujang perkuliahan di luar kelas.
Baca juga: Bertukar Bahagia dari Sebuket Bunga
2. Adaptasi dengan Teman Baru
Saat kuliah di UIN Walisongo, kita akan menemui orang dari berbagi daerah, baik dari pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa. Mereka membawa kultur, karakter dan bahasa yang berbeda dari diri kita. Hal ini membuat kita harus bisa beradaptasi dengan teman-teman baru kita yang berasal dari daerah yang berbeda.
3. Jalanan Kampus yang Menanjak
Seluruh mahasiswa UIN Walisongo pasti tahu dan pernah merasakan bagaimana menanjaknya jalanan di kampus. Hal tersebut dikarenakan dataran di daerah Ngaliyan yang tidak merata dan mengakibatkan banyak jalanan yang menanjak serta menurun. Bagi para mahasiswa pejalan kaki, berjalan di tanjakkan kampus sangatlah melelahkan. Terlebih jika ditambah panasnya matahari yang sangat menyengat.
Begitupun bagi para pengendara sepeda motor, perlu hati-hati karena tanjakan kampus UIN Walisongo cukup berbahaya. Tanjakan yang tidak terlalu luas dan sesak dengan kendaraan yang sedang parkir membuat kendaraan satu sama lain saling menyenggol dan membuat hal-hal tidak diinginkan terjadi.
4. Berhadapan dengan Bahasa Arab dan Matkul Ilmu Keagamaan
Bagi mahasiswa yang dulunya sekolah di Madrasah Tsanawiyah ( MTs ), Madrasah Aliyah (MA) ataupun Pondok Pesantren, mungkin merasa tidak keberatan mendapat mata kuliah (matkul) ilmu keagamaan dan Bahasa Arab dasar. Pasalnya mereka sudah sedikit paham dan saat berkuliah di UIN Walisongo tinggal mengulang saja.
Baca juga: Meski Kuliah Terkendala Finansial, Mujazad Berhasil Jadi Wisudawan Terbaik FUHum
Namun bagi mahasiswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana pelajaran berbasis agamnya tidak terlalu banyak, akan menjadi tantangan tersendiri. Pasalnya semester awal di UIN Walisongo, akan lebih banyak matkul berbasis keagamaan dan Bahasa Arab dibanding matkul kejuruan.
5. Wajib Mondok
Semenjak diturunkannya Surat Keputusan (SK) Rektor tentang Wajib Ma'had untuk mahasiswa baru jalur UMPTKIN dan Ujian Mandiri, diwajibkan untuk tinggal di Ma'had Al-Jamiah UIN Walisongo.
Hal itu menjadi tantangan tersendiri, dalam hal mengatur waktu kuliah, berorganisasi dan bermain yang mungkin akan berbenturan dengan kegiatan yang dilakukan di dalam Ma'had. Terlebih dengan adanya peraturan tentang batasan jam keluar tentu menjadi tantangan yang perlu kamu lewati dan selesaikan. [Hava Haniva Ariantara]
KOMENTAR