Gagasan bahwa filsafat dapat membantu seseorang menghadapi kematiannya sendiri dengan keberanian dan kesiapan memiliki sejarah panjang. Salah satunya menjadi salah satu cacatan dalam sejarah hidup Filsuf Yunani, Socrates. Sepanjang litelatur telah menuliskan bahwasannya akhir hidup dari filsuf ini karena meminum racun cemara.
Socrates dikenal sebagai sosok bijaksana melalui dialektika pemikiran filsafatnya. Dalam kesehariannya Socrates selalu bertanya, berdiskusi dengan orang-orang di alun-alun kota, pasar-pasar tentang kehidupan etika dan lain sebagainya.
Namun realitasnya, kehadiran dirinya dan pemikirannya tidak begitu diterima oleh lingkunganya. Ia dianggap sebagai seorang pengganggu dan mencapai puncaknya ketika ia dianggap merusak kepercayaan umum dan memperkenalkan dewa-dewa baru kepada warga Athena. Ia dipanggil ke pengadilan atas tuduhan tersebut.
Socrates sempat diberi pengampunan jika mengehentikan aktivitas filsafatnya. Namun Socrates menolak, ia mengangga apa yang dilakukannya benar. Hingga pengadilan menjatuhi hukuman mati kepada Socrates.
Melihat kisah hidup Socrates, banyak filosof menganggap bahwa pengetahuan tentang kematian kitalah yang memunculkan kebutuhan akan filsafat di tempat pertama. Ide ini berakar pada dialog Plato, Phaedo. Plato menjadi salah satu filsuf yang mencatat perjalana hidup dan pemikiran Socrates.
Dalam Phaedo Plato, Socrates mengklaim bahwa dalam kematian jiwa dilepaskan dari tubuh yang tidak murni dan terkontaminasi, dan dengan demikian menjadi mampu mencapai pengetahuan murni tentang Kebenaran.
Dalam dialog Socrates berkata: “Benar-benar telah ditunjukkan kepada kita, jika kita ingin memiliki pengetahuan murni, kita harus melepaskan diri dari tubuh dan mengamati hal-hal dalam diri mereka dengan jiwa dengan sendirinya. Tampaknya kita akan, hanya pada saat itu, ketika kita mati, mencapai apa yang kita inginkan dan yang kita klaim sebagai kekasih, yaitu, kebijaksanaan…”
Jadi menurut Plato setelah kematian sang filsuf mencapai apa yang telah dia perjuangkan sepanjang hidupnya. Karena itu, Platon meminta Socrates mengklaim praktik filsafat dalam kehidupan sebenarnya adalah latihan untuk apa yang datang dalam kematian: "... mereka yang mempraktikkan filsafat dengan cara yang benar sedang dalam pelatihan untuk kematian, dan mereka paling tidak takut mati dari semua orang".
Sejak zaman Socrates dan filsafat Plato telah menunjukan bagaimana menghadapi sebuah kematian, dan memberikan penghiburan dalam menghadapi apa yang banyak orang anggap sebagai kejahatan terbesar, kematian. [Siti Nur Halimah]
KOMENTAR