Menjadi seorang sarjana tentu sebuah pencapaian yang diinginkan oleh sebagian orang. Title sarjana yang direpresentasikan sebagai intelektualitas, prestis dan sebagainya. Namun menjadi sarjana, tidak bisa terlepas dari atribut atau labelitas sosial yang terkadang justru menjadi belenggu dan dilematis.
Selama ini konsepsi sosial yang tidak bisa lepas dari labelitas sarjana adalah soal kesuksesan. Karir, pekerjaan, materi dan lain sebagainya menjadi tolak ukur kesuksesan seorang sarjana. Misalnya sarjana yang dianggap sukses, mereka yang lulus tepat waktu, memiliki status pekerjaan profesional, jabatan tinggi, gaji besar dan lain sebagainya. Jika tidak, maka prespektif akan berbanding terbalik.
Konsepsi sosial yang mengakar ini kemudian menjadi sebuah paradigma tentang orientasi "sekolah untuk kerja". Bagaimana sebagaian orang mengaggap tujuan dari berpendidikan tinggi akan lebih mudah dalam mendapatkan pekerjaan. Hingga ijazah menjadi semacam alat tukar untuk bisa mendapatkan pekerjaan.
Baca Juga: Dilema Labelisasi Sarjana
Belenggu dari paradigma ini, perlahan menggeser hal esensial pedidikan yang selama ini. Orientasi tersebut menjadi pijakan, dalam proses pendidikan lebih mengejar kuantitas atau nilai pengembangan pengetahuan baik soft skill maupun hard skill.
Jalan Terjal Dunia Kerja Era Digital
Transformasi telah membawa peradaban manusia dari era konvensional ke era digital. Tidak menutup kemungkinan bahwasannya banyak lini kehidupan yang ikut berubah seperti sektor pendidikan, ekonomi, infromasi ke arah digitalisasi. Namun ini tidak hanya berbicara mengenai perubahan, namun bagaimana masyarakat mampu menjadi adaptif terhadap perubahan yang terjadi. Adaptif dengan pengetahuan dan keterampilan.
Begitupun dengan realitas seorang sarjana seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Setelah menempuh jenjang pnedidikan, seorang sarjana akan dihadapkan dengan relaitas baik itu dunia kerja maupun kehidupan sosial masyarakat.
Untuk dapat mengikuti pola kehidupan yang serba digital, diperlukan modal pengetahuan maupun keterampilan. Tidak cukup hanya dengan menawarkan sebuah title untuk bertarung di dalam dunia kerja. ketika digitalisasi mulai menguat, perubahan dan pergesaran ini memerlukan keterampilan baru untuk dapat menyesuaikanya. Kemudian, kita akan bersaing dengan sumber daya manusai (SDM) lain, dengan kemampuan dan keterampilan yang lebih matang untuk mendapatkan pekerjaan yang sama.
Baca Juga: Geliat Sarjana Mencari Kerja
Melihat realitas yang ada, transformasi digital ini juga menuntut kita untuk berubah. Ikut turut bertansformasi dalam hal pengetahuan maupun keterampilan. Belajar berbagai keterampilan yang bisa mendukung kemampuan digital kita, seperti videografi, fotografi, web master, marketing digital dan lain sebagainya.
Pasalnya jika tidak adaptif, maka yang terjadi adalah sebuah ketertinggalan. Termasuk dalam dunia kerja, seperti lagu lawas milik musisi Iwan Fals yang berjudul "Sarjana Muda" akan menjadi relevan.
Sebuah Transfromasi
Melihat realitas yang terjadi, konsepsi sukses seorang sarjana tidak cukup dinilai berdasarkan title, maupun aspek materiil lainnya. Lulus dari perguruan tinggi juga bukan menjadi proses akhir dalam pengetahuan, melainkan titik awal. Dimana nantinya kita akan menemui realitas yang lebih besar yakni kehidupan sosial.
Sebagai seorang intelektual kita tidak hanya bertanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi juga seorang generasi penerus bangsa (Iron Stock) yang menjadi pegangan bagi orang lain. Maka kita perlu membutuhkan bekal pengetahauan, karakter dan moral yang kuat untuk berada dalam kehidupan sosial.
Seorang intelektual tidak hanya dinilai berdasarkan pengetahuan saja, melainkan pola pikir, karakter, sikap tindakan yang ditampilkan. Bagaimana kontribusi ide maupun tindakan yang diberikan kepada masyarakat baik dalam hal pembaharaun maupun problem solving.
Tidak hanya itu saja, melihat peradaban yang terus berubah, maka proses belajar bukan kewajiban dalam lingkup sekolah. Yang menandakan belajar bukanlah jeratan sebuah institusi, melainkan hal esensial diri manusia. Kita masih memiliki kebebasan dalam diri kita untuk belajar dan mengembangkan skill yang ada dalam diri kita. Menjadi manusia yang sukses menaklukan diri sendiri. [Nia Linawati]
KOMENTAR