Dalam proses aktivitas manusia terkadang kita menemui sebuah kesalahan yang membuat kita merasa harus memperbaikinya. Atau terkadang kita juga merasa perlu memperbaiki diri terkait hasil pencapaian yang telah capai sebelumnya.
Namun konsep tentang perbaikan diri ini selalu menjadi dilematis dalam diri kita. Apakah proses yang selama ini kita lakukan merupakan proses perbaikan diri ? lalu mengapa kita merasa harus memperbaiki diri secara terus menerus?
Perbaikan diri memang bukanlah proses yang mudah. Namun perbaikan diri merupakan sifat lahiriah seseorang, di mana kita berusaha untuk menjadi lebih baik dari diri kita saat ini. Sebagaimana dijelaskan oleh psikologi Menurut Abraham Maslow, setiap manusia memiliki kebutuhan bawaan untuk pengembangan pribadi, yaitu pencarian untuk membuat diri kita lebih baik dalam setiap aspek kehidupan kita.
Lalu apa yang terjadi jika kita tidak mengalami pertumbuhan pribadi atau perbaikan diri? Apakah sebuah stagnasi? Rasa tegang muncul dalam diri kita. Ketegangan yang disebabkan oleh tidak adanya pembangunan ini yang mendorong kita untuk berubah. Selama perjalanan perbaikan diri, kita bisa lebih dekat dengan kenyataan dan dengan demikian memahami diri kita sendiri serta proses penciptaan diri kita.
Sebagaimana yang disarankan oleh filsuf asal Hongaria Balázs Török-Szabó dalam bukunya, A teoretika (The theoretics), “Perbaikan dimulai di luar kebiasaan, batasan, dan aktivitas yang dianggap aman. Ini melibatkan ketegangan, kerja dan selalu menggerakkan individu ke batas-batasnya”.
Peningkatan menjadi kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu sebagai sebuah pilihan. Berarti hal tersebut sepenuhnya tergantung pada setiap individu apakah dia memutuskan untuk melakukan perbaikan diri atau memutuskan sebaliknya.
Perubahan Sadar
Perubahan adalah pilihan. Memilih berubah berarti bentuk kesadaran. Kesadaran di sini maksudnya, ketika seseorang memilih untuk melakukan perubahan, kesadaran menjadi kunci utama. Bagaimana kita dapat memahami realitas akan diri kita terlebih dahulu. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana prinsip hidup kita, kemampuan diri kita, apa tujuan kita atau pembentukan nalar etik.
Kemudian sadar akan lingkungan atau realitas yang terjadi. Saat kita telah memiliki pengetahuan diri dan memahami realitas, hal ini akan menjadi modal untuk melakukan sebuah keputusan. Keputusan yang akan digunakan untuk kita melakukan sesuatu. Keputusan berdasarkan pertimbangan akan nilai ralitas dan nilai diri kita.
Ketika kita telah menetapkan keputusan apa yang kita lakukan, langkah selanjutnya adalah proses. Perbaikan dan perubahan bukan sebuah momen namun berkelanjutan. Kita mampu berkomitmen dengan diri kita terhadap apa saja yang akan kita lakukan atau disebut kebiasaan.
Kesadaran dapat dianggap sebagai keseimbangan antara kemandirian dan keteraturan. Pada titik keseimbangan ini, kita memiliki kesempatan untuk memulai perubahan yang selaras antara realitas dan kemampuan diri kita. Untuk meningkatkan, juga perlu dipahami jika perubahan dimulai di dalam diri kita.
Dengan kata lain, gerakan atau perubahan harus berupa tindakan bukan reaksi terhadap pengaruh eksternal. Jadi perbaikan sebagai perubahan yang disadari adalah ketika kita memulai suatu tindakan dari diri kita sendiri dalam keseimbangan keteraturan dan kemandirian.
“Setiap manusia dimotivasi oleh sesuatu. Kekuatan pendorong atau ketegangan ini, jika dibarengi dengan peningkatan, menggerakkan kita menuju jalan baru. Dalam beberapa hal, ini adalah kehidupan itu sendiri”, Balázs Török-Szabó. [Gita]
KOMENTAR