Menjadi diri sendiri merupakan kalimat yang seringkali digaungkan orang-orang sebagai ungkapan penerimaan untuk menjalani kehidupan. Bagaimana hidup apa adanya yang selalu identik dengan kenyamanan dan hilangnya beban sebab kita tidak perlu menjadi orang lain. Tentu menyenangkan jika bisa dilakukan. Namun, benarkah setiap orang telah menjadi dirinya sendiri sepanjang hidupnya?
Saat berada di lingkungan sosial, baik di tempat bekerja, sekolah, kuliah, atau tongkrongan dengan orang lain, pastinya kita melakukan interkasi baik secara verbal maupun non verbal. Berhadapan dengan orang lain membuat kita harus menyesuaikan diri untuk menjalin komunikasi sesuai lawan bicara dan kondisinya.
Pasalnya, ada ketakutan tersendiri ketika harus menunjukkan diri kita yang sebenarnya di hadapan orang lain. Penolakan salah satu alasannya. Akhirnya, kita memilih bertindak sesuai dengan lingkungan kita. Barangkali hal tersebut bukan hanya dilakukan oleh diri kita saja, orang-orang di sekitar kita mungkin juga berperilaku yang sama saat bertemu orang lain, mereka seperti "tidak menjadi dirinya sendiri".
Munculnya konflik dan salah paham antara satu dengan lainnya juga menjadi alasan seseorang sulit menjadi diri sendiri. Anggapan dan pikiran negatif yang muncul terhadap apa yang sedang dipikirkan orang lain membuat kita cenderung menunjukkan bagian yang bukan diri kita.
Sepertinya sudah menjadi rahasia umum, jika kita harus menggunakan topeng yang berbeda di setiap lingkungan yang berbeda juga. Sebagaimana bunglon yang dapat mengubah warna tubuhnya, kita mengubah diri kita menjadi sosok yang lain agar bisa berbaur dengan lingkungan sosial kita.
Menjadi diri sendiri sepenuhnya bukan hal yang mudah. Butuh keberanian dan latihan agar bisa menjadi diri sendiri tanpa beban. Kita memerlukan solusi yang efektif untuk menghadapi hal ini, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Solusi Menjadi Diri Sendiri
Melatih keterampilan sosial menjadi bagian penting dalam penyelesaian masalah ini. Menjadi komunikator yang baik, membangun kepercayaan diri yang lebih tinggi, dan bertindak sesuai dengan yang kita bisa merupakan jalan terang untuk memulai menjadi diri sendiri. Selain itu, mulailah menghindari obrolan yang membuat diri kita tidak nyaman.
Beberapa di antara kita mungkin berpikir, lebih baik menjadi orang lain agar di nilai baik di mata orang lain. Beberapa momen juga terkadang membuat kita ingin menujukan yang terbaik dari sisi lain kita kepada orang lain. Bukan begitu?
Membuat kesan yang baik saat menjalin hubungan dengan orang lain memang diperlukan. Namun, jika dilakukan secara terus menerus dan salah, malah akan mengarahkan kita pada hubungan palsu. Hal ini justru semakin menyiksa diri kita dengan ketidaknyamanan.
Setiap orang memiliki kesulitan yang membuat mereka merasa menderita di tiap-tiap fasenya. Namun, jika setiap orang dapat memahami dan mengetahui dirinya sendiri, tentu akan mempermudah dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain.
Diri kita adalah pengendali dari setiap apa yang kita lakukan. Tidak perlu mengkhawatirkan yang dipikirkan orang lain. Berusaha memenuhi yang orang lain harapkan, akan membuat diri kita tidak nyaman. Berfikir dan bertindaklah sesuai pilihan dirimu dan bisa membuat pengembangan diri.
Tentang bagaimana kita menjalani hidup dan menjadi diri sendiri, sudahkah kita berusaha melakukannya dengan baik?
[Devia]
KOMENTAR