Perasaan bahagia bagi setiap manusia mempunyai makna masing-masing. Sumber kebahagiaan pun bisa saja berasal dari berbagai hal. Bahkan dari sesuatu yang tanpa diduga sama sekali. Seperti dari orang-orang yang kita sayang atau malah sebaliknya.
Bukan hanya itu, rasa bahagia juga bisa bersumber dari diri kita sendiri. Saat kita mensyukuri semua hal dan juga tanpa mengeluhkan sesuatu yang sudah digariskan. Hal tersebut bisa membuat rasa lega sendiri dalam hati. Namun, bukan berarti semua hal yang kita lakukan bakal menumbuhkan sebuah rasa kebahagiaan.
Karena, ada perilaku yang sebaiknya dihindari untuk tercapainya kebahagiaan di kehidupan. Bisa saja malah menimbulkan penyesalan hingga menurunkan semangat melakukan aktivitas setiap harinya. Berikut beberapa hal tersebut :
1. Ekspektasi Terlalu Tinggi
Kita pasti menginginkan segala suatu perkara berjalan lancar sesuai harapan. Tetapi seringkali kita malah ditampar kenyataan yang terjadi tidak sesuai apa yang diharapkan. Ekspektasi berlebihan seperti ini, dapat mempersulit seseorang membangun relasi dengan orang lain. Selain itu, memicu terjadinya konflik pengganggu keinginan memperoleh kebahagiaan hidup.
Hal ini bisa saja dicegah dengan mengesampingkan ekspektasi-ekspektasi dan membiarkannya berjalan dengan apa adanya. Apalagi memposisikan diri sebagai seseorang yang dibutuhkan, akan jauh lebih bahagia. Karena dengan menolong orang bukannya membuang waktu malah memberikan manfaat lebih bagi kehidupanmu.
2. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Hakikat manusia ialah menjadi makhluk hidup yang tidak pernah merasa puas. Banyak orang yang mengevaluasi kebahagiaan dengan patokan pada pencapaian orang lain. Padahal, bahagia tidaknya seseorang bermuara dalam dirinya sendiri bukan karena perspektif orang lain. Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain malah akan menjatuhkan semangat untuk meraih sesuatu.
3. Pengaruh Lingkungan toxic
Tidak semua orang pandai memberi tahu mengenai kekurangan beserta kesalahan kita. Beberapa orang hanya akan menghabiskan energi, membunuh mimpi dan harapan kita saja. Seringkali ungkapan berdalih mengingatkan namun berujung hanya membuat pesimis bahwa kita tidak akan bisa mencapainya.
Kita berhak memilih bahkan menolak siapa saja orang yang akan dijadikan teman hingga partner dalam hal pekerjaan. Maka dari itu, semakin dewasa seseorang sebaiknya lebih bijak lagi memilih dengan siapa kita bergaul. Karena teman yang baik akan sangat bermanfaat bagi perkembangan diri sendiri.
4. Menahan Dendam
Salah satu sikap yang bisa menjauhkanmu dari kebahagiaan ialah sering menahan dendam dengan orang lain. Hal ini hanya membuatmu lebih menghabiskan energi dari pada biasanya. Sebaiknya memaafkan setiap kesalahan orang lain. Meskipun luka, setidaknya hidup menjadi tenang dan bisa melakukan aktivitas dengan semangat.
5. Mementingkan Diri Sendiri
Orang-orang yang mementingkan diri sendiri biasanya takut kehilangan keberadaannya atas hal lain. Mereka memandang dirinya sebagai orang penting dan berharap setiap orang memprioritaskannya dalam situasi apapun. Cobalah mulai mensyukuri apa yang sudah terjadi dalam kehidupan kita.
Jangan melupakan seseorang yang tetap bertahan di sekitar kita, dan tanpa mendapatkan posisi utama sepertimu. Belajarlah memahami potensi dan kemauan diri kita, bisa masuk dalam bidang apa. Menghargai pendapat orang lain juga perlu dipelajari. Karena masih ada orang lain yang mempunyai hak dan kebebasan sama.
6. Menekan Emosi
Sebagian dari kita mungkin berpikir dengan menunjukkan emosi dapat membuat diri kita menjadi rapuh. Namun, kenyataannya malah sebaliknya. Menahan emosi bisa menyebabkan depresi. Ketika kita lebih terbuka dan jujur menyampaikan emosi kita, hidup lebih tenang dan ringan.
Walaupun begitu, banyak orang yang masih sering salah paham dengan sikap seperti ini. Alasannya, setiap orang pasti mempunyai sisi privasinya sendiri-sendiri. Hal ini bisa dicegah dengan memilih permasalahan mana yang orang lain boleh tau dan tidak. Siapa tau jika kita terbuka dengan orang lain, bisa menemukan solusi atas permasalahan yang sedang dialami.
7. Terlalu Mengkhawatirkan Masa Depan
Kekhawatiran terhadap masa depan sering melanda seorang manusia. Terutama, mahasiswa seperti kita ini. Tanpa disadari, terlalu mengkhawatirkan tentang masa depan akan menghilangkan momen-momen berharga saat ini. Daripada terjebak dengan kondisi seperti ini, akan lebih baik jika mulai menetapkan arah tujuan hidup.
Lalu, selalu berusaha produktif dan berkreatifitas untuk bekal di masa depan. Karena bukan hanya tabungan pengetahuan dan material saja, namun juga skill dan pengalaman sangat perlu. Selalu mencoba hal baru dan tidak pernah bosan memperjuangkan harapan kita.
8. Menjatuhkan Orang Lain
Menjatuhkan orang lain tidak akan membuat kita lebih maju dan hebat. Ya, bisa jadi terlihat demikian tetapi tidak ada jaminan bertahan lama. Karena perasaan tidak aman akan selalu menghantui. Menghakimi orang lain tidak akan mendefinisikan siapa mereka, melainkan dapat memperlihatkan watak asli kita. Justru orang-orang hebat yang akan saling merangkul dan menginspirasi satu sama lain.
9. Menyalahkan Orang Lain
Beberapa orang menyalahkan orang lain demi menjauhkan diri dari masalah. Masalah harus tetap kita hadapi bukan menghindar apalagi membiarkan. Selalu ada pelajaran dari setiap masalah yang ada dan dari suatu masalah dapat menuntun kita menjadi pribadi yang lebih baik. Ketika berhenti menyalahkan orang lain, kita mulai menemukan siapa diri kita sebenarnya dan menemukan kedamaian dalam diri. Perlahan belajar menyadari bahwa kebahagiaan kita sepenuhnya merupakan tanggungjawab diri kita sendiri.
10. Terburu-buru
Ketika melakukan pekerjaa, seringkali kita merasa kekurangan bahkan kehabisan waktu untuk melakukan yang lain. Namun realitanya, kita sendiri yang tidak bisa mengaturnya lebih efisien lagi. Ini bisa dilakukan dengan melakukan hal yang dianggap prioritas atau perlu dilakukan terlebih dahulu dibanding yang lain.
Apalagi kita sering menunda pekerjaan. Hal itu berakibat buruk, seperti kamu menjadi lebih terburu-buru melakukan aktivitas setiap harinya. Sikap seperti ini menyebabkan lebih banyak kekacauan pada pekerjaan, bukan pencapaian yang didapatkan.
Rida Fahima
KOMENTAR