[Cerpen] Dering



ADA MAYAT, mayat-mayat malang tanpa darah. Mereka bertebaran di sebuah tanah lapang yang dipenuhi ilalang. Tanahnya lumaya luas, berada di tempat yang strategis, di pinggiran  kota, sehingga orang-orang biasa melewatinya.

Meskipun dipenuhi ilalang, banyak orang senang mengunjungi tempat ini. Memiliki hamparan rumput yang luas, tanah yang beken dengan nama “taman ilalang” ini menjadi tempat ikonik untuk memenuhi laman medsos dengan berbagai unggahan video maupun foto yang memanjakan mata.

Ditambah dengan cantiknya langit saat matahari mulai melingsir. Warna jingga yang memukau menghiasi setiap sudut langit. Yang kemudian memudar, digantikan sinar berwarna keperakan saat bulan mulai singgah. Walaupun tidak secerah matahari, terangnya terasa begitu pas menghiasi kanvas bernama langit malam, ditemani kerlipan bintang-bintang kecil seperti kilauan berlian.

Sekarang ini, matahari mulai turun dan tidak lagi berada di atas kepala. Bersamaan dengan itu, semilir angin membawa harum terik matahari dan bau aneh yang terasa manis nan busuk.

“Bau yang aneh,” pikirku.

Rasa penasaran mulai merasuki dan sekarang disinilah aku. Berdiri menghadap pasukan orang mati. Kelewat takut untuk bergerak, kelewat kaget untuk berteriak. Tidak ada darah, tidak ada pula yang hidup. Ya, aku yakin tidak ada yang hidup.

Dengar saja! Tidak ada suara orang bernapas. Setiap satu dari mereka pucat pasi, bibir membiru dan berbusa. Racun,kah? Namun, satu yang pasti. Mereka semua terlihat masih sangat muda.

Aku menelisik, menembus setiap ilalang yang membentang. Daun-daun yang panjang dengan tepi agak tajam cukup membuat kulit manusia gatal dan terluka. Namun, aku tak merasakan apapun. Mungkin karena aku benar-benar ketakutan hingga mati rasa.

Srakk… srakk... srak...

Setiap ilalang membuka jalan, mereka seakan mempersilahkanku untuk melakukan apa saja pada mayat-mayat ini. Kuteliti setiap mayat satu-persatu. Aku tak tahu, kenapa aku melakukannya. Aku tak memeriksa apakah mereka masih hidup, bukan juga mencari tahu identitas mereka.

Aku hanya mencari sebuah wajah.

Wajah yang membuatku berharap pemiliknya ada di sini, aku juga tak tahu mengapa. Kepalaku kosong. Entah bagaimana, sekarang aku ada di sini, hingga menemukan puluhan mayat.

“Sebentar, lalu siapa aku? Nama! Nama? Apakah aku punya nama?”

“Ratih….”, aku mengingat satu nama. Nama itu asing sekaligus familiar.

“Ratih”, ucapku sekali lagi.

Merinding dan marah merasuki setiap jengkal kulit hinga menembus ke ulu hati, sensasi sama ketika membayangkan sebuah wajah yang ingin kucari. Sepertinya itu bukan namaku, pikirku. Lalu siapa?

Perasaan marah tidak kunjung mereda, malah kian memuncak. Lalu kusadari, perasaan ini bukan hanya milikku namun juga milik para mayat ini. Perasaan yang mengundang jeritan, makian, erangan dan rasa sakit. Semua bercampur aduk menjadi satu. Tiba-tiba, terang siang menghilang secepat kilatan petir dan hanya abu-abu yang mewarnai. Persis seperti film lama.

“Ting tong…… “

Terdengar dering pesan masuk dari sebuah telepon, suaranya berasal dari bawah. Ketika kulihat ternyata ada telepon genggam di tanganku. Sejak kapan benda ini ada disini?

Belum sempat membuka apa isi pesan tersebut, terdengar lagi dering yang sama. Lalu berturut-turut dering ini datang bergemuruh dari segala arah. Satu sama lain saling menyaut. Telepon milik siapa? Tidak ada yang hidup disini! Akhirnya kusadari, dering itu berasal dari mayat.

Dering-dering ini bersuara seakan berada di akhir zaman. Seakan-akan takut tidak dapat menyuarakan pendapat mereka. Di dentingan terakhir, suasana kian menyeramkan karena kesenyapan.

Aku terhuyung, kepala dan telinga terasa berat akibat bunyian itu. Kucoba menyeimbangkan badan namun tersandung oleh sesuatu. Mungkin aku tidak sengaja menginjak seonggok mayat. Dan benar, mayat itu adalah seorang remaja laki-laki memakai baju sekolah. Wajahnya familiar dengan rambut hitam legam dengan panjang pas berantakan oleh angin. Mata terpejam, namun terdapat keyakinan di ekspresinya, Keyakinan bersiap untuk mati. Anak laki-laki itu mengenggam telepon seluler di tangannya. Telepon sama seperti yang kugenggam.

“Tunggu, Anak itu….. adalah, Aku?”

***

Hari akan berakhir dan digantikan oleh gelapnya malam. Seorang pria paruh baya masuk ke dalam rumah disambut oleh istrinya. Seharian bekerja di kantor membuat otot-ototnya kaku, apalagi macet di jalan. Walau begitu, pria ini tidak langsung mandi malah duduk di sofa. Koran yang dibacanya sore tadi ketika macet masih saja mengagetkannya.

“Ditemukan Puluhan Mayat Remaja, Diduga Korban Bully” judul sebuah berita di koran tersebut.

Korban-korban itu seumuran anaknya. Kalau benar karena bullying, kenapa teman-temannya tidak ada yang menolong? Kalau anaknya pasti bisa menolong mereka. pikir pria tersebut.

“Ting tong…” terdengar bunyi pesan suara masuk.

“Lo pecundang! Liat aja nanti di sekolah! Lo kalo mati lebih bagus daripada hidup, tolol!”

“Ting tong...” satu pesan masuk dari pengirim yang sama.

“Maaf pa. Salah kirim, tadi bercanda sama temen hehe.”

Ditelepon tersebut terlihat nama pengirimnya, “Ratih”, putri papa.
[Nia Linawati]

KOMENTAR

Name

2021,4,22 Mei 2019,1,ab,1,Abu Nawas,1,academy,1,Advertorial,4,ai,1,al-ghazali,1,al-ikhlas,1,Al-Qur'an,4,Albert Camus,3,Albert Estein,2,Anak,1,Anak laki-laki,1,Analisis Utama,2,Animal Farm,1,aqidah dan filsafat islam,2,Artificial Intellgence,2,Artikel,501,Artikel sastra,1,atribut,1,audiensi,4,bali,1,banjir,2,Beasiswa,14,Begadang,1,belajar,5,berdoa,2,Berita,1423,biografi,1,bonus demografi,1,buku,3,bulan muharram,2,Bulan Ramadan,9,camaba,10,camaba 2022,2,Carl jung,2,ceremony,1,cerpen,28,Corona virus,65,critical thingking,1,cumlaude,1,cybersecurity. internet,1,darurat pernikahan dini,1,Daun kelor,1,dema,6,Demokrasi,1,digital,2,diklatpimnas,1,diskon,1,dosen,2,dsign,1,Edukasi Seksual,1,ekologi,1,ekosistem,1,EkspreShe,33,era digital,1,Essay,120,fakultas kedokteran,2,feature,2,film,5,Filsafat,35,fresh graduate,3,FUHUM,20,FUHum fest,2,FUPK,5,gaya hidup,2,gender,1,Generasi Milenial,31,George Orwell,1,globalisasi,1,graduation cap,1,Guru,3,hak cipta buku,1,Harapan,2,Hari Buku Internasional,1,Hari Buruh,1,Hari Buruh Internasional,3,hari guru,1,hari ibu,1,Hari Jumat,1,Hari Kartini,1,hari kemerdekaan,1,hari pahlawan,4,Hari Perempuan Internasional,1,Hari Raya,12,Hari Santri,5,Hari Santri Nasional 2022,6,Hari Sumpah Pemua 2022,2,heroisme,1,Ibnu Sina,1,ide bisnis,1,idul adha,5,Ilmu Falak,1,Ilmu Pengetahuan,87,Imam Nawawi,1,Imlek,1,indonesia,4,info kos ngaliyan,1,inspiratif,1,internasional,4,islam,2,isra' mi'raj,2,Iwan Fals,1,judul skripsi terbaik,2,Kahlil Gibran,2,Kapitalis,1,Keagamaan,70,Kebahagiaan,3,kebaya,1,kebudayaan,7,kecantikan,1,kecerdasan,2,Kedokteran,1,kekerasan seksual,2,kekerasan seksual anak,1,kemanusiaan,2,kemerdekaan,1,kerja,1,kesadaran,7,Kesehatan,26,KI Hajar Dewantara,1,KIP-K,6,Kitab Allah,1,kkl,7,KKN,14,Komunikasi,3,konten vidio,1,kopi,1,Korean Wave,1,kos,1,KTT G20,3,Kuliah,10,Kuliah luar negeri,4,Kuliah Online,21,Kuliah tatap muka,2,kuliner,1,kupi,1,kurban,1,Lahan Parkir,2,leaders declaration,1,liburan,1,lifestyle,1,Literasi,2,Logo HSN 2022,1,lukisan,1,Lulus Cepat,9,ma'had,2,maba2022,3,Machiavelli,1,Mahasiswa,494,makna hidup,1,Maksiat hati,1,media sosial,1,Membaca cepat,1,Mendikbud,1,mengingat,1,mental,2,Menulis,1,metaverse,1,modernitas,1,motivasi,8,Muhammad,5,Muhammad Iqbal,1,Musik,1,Nabi Muhammad,2,nasional,10,natal,1,New Normal,18,Ngaliyan,4,Oase,365,Olahraga,2,Opini,245,opini mahasiswa,21,ORKM,1,orsenik,19,outfit,1,pancasila,2,Pandemi,5,PBAK,24,PBAK 2022,5,peluang,1,pemuda,1,Pendidikan,10,penemuan ular,1,pengembangan diri,6,Penyair,1,Penyesuaian UKT 2022,3,perang ukraina,1,Perempuan,7,peringatan harlah NU,1,pernikahan dini,1,Pertemanan,1,PMB,7,politik,4,pondok pesantren,2,pormawa,1,Post-truth,1,Potret Berita,8,potret wisuda,4,praktikum,1,Pramoedya Ananta Toer,1,presidensi,1,profesi,2,Psikologi,31,Puasa,8,Puasa Ramadan,45,Puisi,132,Quotes,1,qurban,1,ramadhan 2023,9,Rasulullah,1,recriutment,1,recruitment,3,refrensi,1,rektor,4,Resensi,21,Resensi Buku,20,Resensi Film,28,revolusi industri,1,Riset,5,Sahabat,2,Sastra,112,Second Sex,1,sedekah,1,sejarah,1,sema,2,Semarang,134,Shalawat,1,SK Wajib Mahad,3,skill,1,Skripsi,11,sky,1,socrates,2,sosial,2,Sosok,2,stoic,1,sufisme,2,sukses,2,sumpah pemuda,1,Surat Pembaca,8,tafsir,6,Tafsir Misbah,1,Tafsir Surah Fatihah,2,Tahun baru,2,tasawuf,1,Taubat,1,teater,4,Teknologi,40,teladan,1,tips,4,Toefl-Imka,15,tokoh,1,Toxic,1,tranformasi energi,1,UIN Walisongo,605,ujm,2,UKM,6,ukt,23,ular piton,1,wali camaba,2,wali wisuda,2,wanita,1,William Shakespeare,1,Wisuda,96,wisuda 2022,14,wisuda offline,5,wisudawan terbaik,17,Writer's block,1,Zodiak,3,zoom meeting,1,Zuhud,1,
ltr
item
IDEApers: [Cerpen] Dering
[Cerpen] Dering
Mayat-mayat malang tanpa darah. bertebaran di sebuah tanah lapang yang dipenuhi ilalang. Tanahnya lumaya luas, berada di tempat yang strategis, di pinggiran kota, sehingga orang-orang biasa melewatinya.
https://2.bp.blogspot.com/-V8ddmNKSTu4/XwmuSWOJ9II/AAAAAAAAKq4/gGn_7a6VR2M2LaBCi6lWxqVnQ24zOYvSgCK4BGAYYCw/s1600/cerpen.JPG
https://2.bp.blogspot.com/-V8ddmNKSTu4/XwmuSWOJ9II/AAAAAAAAKq4/gGn_7a6VR2M2LaBCi6lWxqVnQ24zOYvSgCK4BGAYYCw/s72-c/cerpen.JPG
IDEApers
https://www.ideapers.com/2020/07/dering.html
https://www.ideapers.com/
https://www.ideapers.com/
https://www.ideapers.com/2020/07/dering.html
true
2845694181721974662
UTF-8
Lihat Semua Tidak Ditemukan LIHAT SEMUA Baca Balas Batalkan Komentar Hapus Oleh Beranda HALAMAN BERITA Lihat Semua BERITA TERKAIT RUBRIK ARSIP SEARCH SEMUA BERITA Tidak ditemukan Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Ming Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit lalu $$1$$ minutes ago 1 jam lalu $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 minggu lalu Followers Follow KONTEN INI PREMIUM Share sebelum membuka Salin semua kode Pilih semua kode Semua kode telah disalin. Tidak bisa disalin